Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Sepakbola
20 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
2
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
Umum
19 jam yang lalu
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
3
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
20 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
4
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Sumatera Barat
20 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
5
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
Umum
20 jam yang lalu
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
6
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Sumatera Barat
3 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Politik

Jika Penguasa Petugas Parpol, Kepentingan Pemodal Jadi Prioritas, Rakyat Diabaikan

Jika Penguasa Petugas Parpol, Kepentingan Pemodal Jadi Prioritas, Rakyat Diabaikan
Busyro Muqaddas. (republika.co.id)
Kamis, 27 Juli 2017 09:05 WIB
SLEMAN Esensi agama seharusnya jadi landasan para pemimpin dalam mengambil kebijakan atau membuat aturan.

Demikian diingatkan pendiri Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII), Busyro Muqoddas. ''Masalahnya, bisakah nilai-nilai itu dijadikan paradigma DPR dan pemerintah membuat aturan, tidak seperti sekarang ini,'' kata Busyro di bedah buku Perlindungan Kebebasan Beragama dari Pusham UII, Rabu (26/7).

Termasuk, lanjut Busyro, seharusnya esensi agama itu dijadikan kurikulum pendidikan di kepolisian, sampai ke tingkat bintara.

Dia merasa, kepolisian pun harus memiliki paradigma polmas, yang didasarkan kesuksesan cara itu di DI Yogyakarta.

Sayangnya, dia melihat, saat ini, mereka yang duduk di DPR maupun pemerintahan, termasuk presiden, begitu terikat dengan partai politik. Jika itu berlanjut, siapa saja yang berlaga di 2019 nanti, tetap tidak bisa mengabaikan parpol.

''Petugas partai saja, jadi paling yang ada nanti kabinet parpol,'' ujar Ketua PP Muhammadiyah dan mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut.

Dia mengingatkan, jika parpol tetap berkuasa kepentingan yang akan menjadi prioritas tentu pemodal, bukan rakyat.

Menurut Busyro, mobilitas vertikal itu menghambat putra terbaik muncul tanpa birokrasi parpol yang cuma bisa ditembus dua saja, yaitu hipoteisme atau uang.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Politik, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/