Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Sepakbola
22 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
2
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
Umum
21 jam yang lalu
Melanggar Lalu Lintas, Gisele Bündchen Kena Tilang Polisi
3
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
22 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
4
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Sumatera Barat
22 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
5
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
Umum
22 jam yang lalu
Rizky Febian Siap Lepas Masa Lajang, Mahalini Syahadat Sebelum Akad
6
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Sumatera Barat
5 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Wajar Corona Menggila, Jokowi Tidak Bisa Bedakan PPKM Mikro dengan Lockdown

Wajar Corona Menggila, Jokowi Tidak Bisa Bedakan PPKM Mikro dengan Lockdown
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun. (foto: Istimewa)
Minggu, 27 Juni 2021 16:09 WIB
JAKARTA - Penyebaran virus Covid-19 yang semakin mengganas merupakan akibat dari ketidakpahaman Presiden Joko Widodo atas esensi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dan lockdown atau karantina wilayah.

Penilaian itu disampaikan analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menanggapi pernyataan Presiden Jokowi beberapa hari lalu yang mengatakan bahwa PPKM Mikro dan lockdown memiliki esensi yang sama, yaitu membatasi kegiatan masyarakat.

"Pernyataan Jokowi tersebut jelas keliru besar sebab esensinya berbeda," ujar Ubedilah dilansir GoNews.co dari Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (27/6).

Ubedilah menjelaskan, PPKM Mikro masih membolehkan masyarakat bepergian melakukan mobilitas tetapi dibatasi. Karenanya, masih memungkinkan penularan Covid-19 masih akan terjadi.

Sedangkan lockdown atau karantina wilayah kata Ubedilah, totalitas masyarakat suatu wilayah tidak boleh melakukan mobilitas dalam jangka waktu tertentu, misalnya selama dua minggu demi memutus mata rantai penularan.

"Jadi jelas esensinya berbeda. Pernyataan Jokowi ini berbahaya. Dan itulah yang selama ini dilakukannya sejak Maret 2020 hingga saat ini, karenanya jangan heran penyebaran Covid-19 masih terus terjadi," kata Ubedilah.

Bahkan masih kata Ubedilah, Covid-19 kini mengalami situasi yang semakin buruk dengan angka yang terkena Covid lebih dari dua juta, yang meninggal dunia lebih dari 55 ribu dan kasus harian terbesar terjadi dalam beberapa hari ini lebih dari 20 ribu per hari.

"Dengan positifity rate lebih dari 30 persen melebihi standar WHO yang 5 persen," pungkas Ubedilah.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Kesehatan, Politik, Pemerintahan, Peristiwa
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/