Home  /  Berita  /  Umum

Buah dari Ketekunan dan Kegigihan, Jufri yang Lahir dari Keluarga Sederhana Kini Memimpin Kejari Kuansing

Buah dari Ketekunan dan Kegigihan, Jufri yang Lahir dari Keluarga Sederhana Kini Memimpin Kejari Kuansing
Selasa, 10 Januari 2017 07:28 WIB
Penulis: Wirman Susandi
GIGIH dan pantang menyerah sudah tertanam sejak dini di diri Jufri, SH, MH. Terlahir dari keluarga sederhana, tak membuatnya surut dalam mewujudkan cita-cita.

"Ayah saya hanya seorang pedagang, berdagang apa saja yang bisa dijual. Yang penting halal. Kebetulan, kampung saya terletak di pinggir laut, jadi ayah kadang jualan ikan," ujar Jufri mengawali cerita kepada GoRiau.com akhir Desember 2016 lalu.

Jufri yang kini menjadi Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kuantan Singingi (Kuansing) merupakan anak ke-5 dari enam bersaudara yang dilahirkan pasangan H. Lahmuddin dan Hj. Zakiannur di Mandailing Natal, 6 Januari 1974.

"Awalnya kami bukan keluarga kejaksaan, ibu saya hanya seorang petani yang mengelola sawahnya sendiri," tutur Alumnus Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Aceh ini.

Kondisi perekonomian keluarga yang kadang tak menentu membuat Jufri semakin semangat dalam menuntut ilmu. Sejak kecil, ia selalu didorong untuk belajar lebih giat.

"Kekurangan dan keterbatasan tak membuat saya patah semangat, justru itu yang melecut semangat saya dalam belajar," ujarnya.

Sejak SMA, Jufri Sudah Tertarik Hukum

Ketertarikan Jufri terhadap hukum sudah ia rasakan ketika masih SMA. Dengan tekad yang bulat, ia mengambil jurusan hukum di Unsyah Aceh. Karena prestasinya, ia mendapatkan beasiswa dari PT Astra International.

Selama kuliah, Jufri tak hanya belajar melulu. Melainkan, ia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Senat Mahasiswa.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/09012017/kejati-3jp-5500.jpg

"Sebelum kuliah, saya melihat setiap sendi kehidupan ada hukum dan norma yang mengaturnya. Karena itu, saya ingin masuk ke semua lini kehidupan masyarakat. Saya kepengen menjadi bagian dari masyarakat sosial," ucap Jufri yang mengutarakan pandangan hidupnya ketika masih SMA.

Ketika itu, Jufri memandang hukum berada di setiap lini kehidupan masyarakat. Ia memandang, hukum sesuatu yang unik dan harus dipelajari.

"Ya, alhamdulillah. Pada tahun 1999 saya selesai kuliah dan langsung tes jaksa," tutur Jufri.

Jufri mengaku, ketika tes ikut jaksa dirinya tak langsung jebol. Malahan, ia harus mengulang pada tahun 2000.

"Mungkin pada tes pertama tak ada rezeki kita dan alhamdulillah pada tes kedua, saya lulus jaksa," ucap Jufri tersenyum sumringah.

Selama menjadi aparat penegak hukum, Jufri mendapat berbagai macam tantangan. Tidak hanya tantangan, tapi juga ancaman terhadap keselamatan diri dan keluarga.

"Sangat banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama saat pertama bertugas di Langsa, Aceh. Teror bukan hal baru, apalagi kita bersentuhan langsung dengan harkat martabat diri seseorang," ujar suami dari Rika Afriliza ini.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/09012017/kejati-2jp-5501.jpg

Kendati sering mendapatkan ancaman, tak membuat Jufri kendur dalam menjalankan tugas. Kuncinya, ia tetap bersubahat dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. ''Lima tahun lamanya saya bertugas di daerah konflik, selama itu kita tetap menangani perkara.''

Di tengah rintangan dan halangan tersebut, Jufri masih bisa mengukir prestasi kerja. Terbukti, ketika ditempatkan sebagai Kasi Penyidikan di Kejati Sumut, ia meraih peringkat satu se-Indonesia penanganan perkara khusus.

Jufri juga pernah menjadi Kasis Sospol di Kejati Aceh, Kasi Eksekusi dan Ekseminasi di Kejati DKI Jakarta, Kasi Pidsus Kejari Medan dan sebelum menjadi Kajari Kuansing, Jufri dipromosikan sebagai koordinator di Kejari Jambi. ‎

"Semua prestasi itu berkat kerjasama tim," tegas ayah dari Ghina Abiyyah Maharani, Alya Friska dan Muhammad Riffat Jufri itu.

Ingin Bermanfaat untuk Semua Orang

Bagi Jufri, sukses adalah ketika dirinya mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Ketika datang di suatu tempat dan orang merasa senang, di situlah ia merasa bahagia.

"Ya, begitu saja. Kita harus mampu mendatangkan manfaat untuk orang lain," katanya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/09012017/kejati-4jp-5499.jpg

Untuk itu, ia berpesa kepada generasi muda agar terus giat belajar. Ke depan, untuk mengisi pembangunan harus dengan belajar. Jika tak belajar, maka dengan sendirinya akan tereliminasi dari kompetisi.

"Apalagi untuk adik-adik yang kuliah di (jurusan) Hukum. Menjadi sarjana hukum sangat mudah, namun untuk menjadi ahli hukum tak gampang," ujar Jufri.

Ia mengharapkan agar calon penegak hukum ke depan bisa menguasai hukum secara benar. Sehingga, tidak ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan penegak hukum.

"Insya Allah, jika bisa menjadi ahli huku, tentu tak ada masyarakat yang gagal paham. Sebab, hukum yang bisa menyelaraskan seluruh sendi kehidupan masyarakat," tutup Jufri.***

Kategori:Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/