Home  /  Berita  /  Umum

Penyebab Menurunnya Wisatawan Karena Indonesia Kalah Bersaing

Penyebab Menurunnya Wisatawan Karena Indonesia Kalah Bersaing
Wisatawan mancanegara di salah satu objek wisata Sumatera Barat.
Rabu, 14 Oktober 2015 20:06 WIB
Penulis: jontra
BUKITTINGGI, GOSUMBAR.COM — Kerapnya Indonesia kalah bersaing dari negeri tetangga dalam kunjungan wisatawan mancanegara juga berefek terhadap daerah yang menjadi destinasi kunjungan.

Bahkan, jumlah pengunjung di Indonesia setiap tahunnya yang mencapai 9 juta, masih jauh dibandingkan dengan Negara tetangga yang mencapai diatas 20 ribu lebih pengunjung. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan semua unsur pariwisata serta masyarakat kedepannya.

Ketua Asita Sumbar, Ian Hanafiah mengatakan bahwa untuk saat ini secara umum dapat dikatakan bahwa efek kunjungan wisata nasional yang rendah juga berdampak bagi daerah Sumbar sendiri, terutama dilihat dari daerah dan kawasan yang menjadi tujuan wisatawan seperti Padang, Bukittinggi, Pesisir selatan dan daerah yang memiliki potensi lainnya.

“Secara umum memang saat ini kondisi wisatawan turun, kita kalah saing dari negeri tetangga yang pemerintahnya terus membenahi bidang pariwisata, alhasil, seperti Negara Singapura, Malaysia, Thailand selalu mengalami lonjakan pengunjung. Bahkan saat ini Vietnam yang kondisi alamnya hampir sama dengan Negara kita mampu manarik pengunjung lebih banyak dari kita” ujarnya saat ditemui selepas menggelar workshop pengembangan sadar wisata dan sapta pesona angkatan I di Royal Denai Bukittinggi, Selasa ,(14/10/2015).

Padahal menurut Ian, wisatawan merupakan asset besar bagi perekonomian masyarakat yang mampu menunjang merangkaknya perekonomian secara nasional. Dengan ramainya pengunjung atau wisatawan dapat dimanfaat kan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri.

“yang jelas saja, perekonomian masyarakat tentulah akan meningkat, mulai dari penginapan, transportasi, belanja, oleh-oleh akan mendatangkan pendapatan yang menggerakan perekonomian masyarakat. Namun sayang selama ini potensi kita belum dimanfaatkan seevektif mungkin. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita bersama, baik pemerintah, masyarakat, serta pelaku pariwisata sendiri” ujar Ian.

Selain persoalan interen, persoalan lainnya juga datang dari wisman sendiri yang merasa jenuh dengan hal tidak kreatif dan merugikan yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab selama berkunjung ke Indonesia dank e Sumbar khususnya.

“sama-sama kita ketahui, banyak sekali pungutan-pungutan liar, sumbangan ini itu dijalanan, hal ini membuat pengunjung jenuh dan risih. Ujung-ujungnya mereka tidak berkeinginan lagi datang karena kurang nyaman,” ujarnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Ian mencontohkan bahwa pemerintah daerah dan pemerintah kota masing-masing kabupaten/kota haru bisa menggandeng pelaku wisata, serta membina masyarakat agar mampu mengerti akan persoalan wisata sendiri.

“seperti hal nya di Bukittinggi, bendi itu bisa kita manfaatkan, namun harus dikelola sebaik mungkin, belum lagi sanjainya, kerajinannya dan banyak lagi. Semua itu membutuhkan uluran tangan pemerintah” tukasnya mencontohkan.

Sementara itu, Melfi Abra, Kepala Dinas  Budaya dan Pariwisata Bukittinggi mengatakan bahwa untuk saat ini jumlah pengunjung yang datang ke Bukittinggi berkisar lebih kurang 40 ribu setiap bulannya. Namun jumlah pengunjung tersebut didominasi oleh wisatawan domestik.

“Kedepannya kita akan mencoba kembali membenahi dan menerapkan tentang persoalan Sapta Pesona yang mampu melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah, stakeholder, aparat dan masyarakat sendiri” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua DPD Assosiation Experiental Learning Indonesia (AELI) Sumbar, Zuhrizul mengatakan satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan pariwisata khususnya di Sumbar adalah dengan mengoptimalkan Sapta Pesona.

“Dari tujuh Sapta Pesona (aman, tertib, indah, bersih,sejuk, sehat, dan ramah-tamah)  tersebut, enam diantaranya adalah tanggung jawab pemerintah, satu adalah tanggung jawab masyarakat. Yang ada saat ini semuanya dipaksakan kepada masyarakat yang bisa dikatakan tidak mengerti apa-apa. Karena itu kita tidak bisa menyalahkan masyarakat” ujarnya.

Menurut Zuhrizul, masyarakat harus diberikan pembelajaran oleh pihak terkait. “pemerintah harus memberikan pembelajaran, menggembleng masyarakat, membina dan diberdayakan agar tujuan ini tercapai. Kalau kita lihat saat ini semua hanya jalan sendiri-sendiri” ucapnya.

Workshop yang menggambil tema "Melalui Sadar Wisata dan Sapta Pesona kita ciptakan iklim yang kondusif di destinasi wisata" itu diikuti sebanyak 120 peserta dari pelaku dan kelompok sadar wisata di tiga daerah yaitu kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota.

Kabid Pengembangan Destinasi Wisata, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif Provinsi Sumatera Barat. Federda mengatakan tujuan kegiatan itu untuk meningkatkan Sumberdaya masyarakat dalam rangka memberdayakanya. Kegiatan itu selain melibatkan masyarakat juga melibatkan SKPD terkait seperti Dinas, PU, Kesehatan, Lingkungan hidup,Pol PP, Koperindag, Perhubungan, kepolisian, pelaku pariwisata serta kelompok masyarakat lainya.

“Semua komponen itu harus kita kolaborasikan untuk mendukungnya dan meningkatkan pelayanan pariwisata itu, karena tidak ada cara lain untuk meningkatkan kunjungan wisata itu kecuali dengan meningkatkan pelayanan pariwisata, seperti kebersihan lingkunan, kemanan dan kenyamanan tamu yang datang, termasuk kelengkapan infra strukturnya,”ungkapnya.(**)

Kategori:Bukittinggi, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/