Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
19 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
2
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
10 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
3
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
7 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
4
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
6 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
5
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Nasional
7 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Di Bali, Ketua Fraksi PPP MPR Ungkap Pilkada yang Merepresentasi Kedaulatan Modal

Di Bali, Ketua Fraksi PPP MPR Ungkap Pilkada yang Merepresentasi Kedaulatan Modal
Sabtu, 16 November 2019 12:07 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
BALI - Ketua Fraksi PPP MPR RI, Arwani Thomafi, menyinggung evaluasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang belakangan menjadi diskursus politik publik. Arwani, menyebut praktek Pilkada Langsung cenderung menyokong kedaulatan pemodal.

"Tema besar soal kedaulatan rakyat justru kian susah kita realisasikan. Alih-alih rakyat berdaulat, pemilihan secara langsung ini justru jadi ajang kedaulatan pemodal," kata Arwani kepada wartawan di Bali, Jumat, (15/11/2019), malam.

Sejarah lahirnya Pilkada Langsung sendiri, dipaparkan Arwani, sedianya demi kedaulatan rakyat, karena Kepala Daerah hasil pilihan DPRD, kerap mendapat menolakan dari masyarakat setempat.

Belum lagi, soal egosektoral beberapa Kepala Daerah yang menyebabkan disinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Situasi ini, kata Arwani, tak sejalan dengan sistem presidensialisme yang berlaku di Indonesia.

Sebelumnya, Kamis (14/11/2019), Arwani bahkan mengungkap terkait besarnya biaya politik dari sebuah Pilkada Langsung. Katanya, "sudah bukan menjadi rahasia umum, siapapun yang ingin menjadi kepala daerah, untuk tingkat Bupati saya memperhatikan untuk DPT yang sekitar 500-an ribu pemilih, itu Rp 20 miliar. Kalau lebih dari itu, satu juta misalnya ya tinggal mengalikan,".***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/