Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
24 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
2
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
Olahraga
10 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
3
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
10 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
4
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
Olahraga
5 jam yang lalu
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Politik

WNI di Australia Masih Antre untuk Nyoblos Hingga Malam Hari

WNI di Australia Masih Antre untuk Nyoblos Hingga Malam Hari
Minggu, 14 April 2019 00:56 WIB
JAKARTA - Antusias warga Indonesia di Melbourne, Australia untuk bisa mencoblos di Pemilu 2019 sangat tinggi, bahkan hingga malam hari antrian masih panjang di depan kantor KJRI Melbourne.

Kebanyakan pemilih yang datang ke KJRI Melbourne adalah baru pertama kali mencoblos dalam hidupnya. Ribuan diantaranya tidak terdaftar, tetapi tetap datang sebagai pemilih khusus.

Mereka mengatakan korupsi, perlindungan terhadap minoritas, serta pemerintahan yang efektif adalah masalah utama. Menurut jadwal sebelumnya, pencoblosan akan ditutup pukul 7 malam waktu setempat, hari Sabtu (13/04).

Satu jam terakhir sebelum penutupan dikhususkan bagi warga Indonesia yang masuk dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK).

Yang termasuk dalam DPK adalah pemilih yang tidak terdata di luar negeri, tetapi tetap memiliki hak memilih dan cukup membawa paspor.

Salah satu warga Indonesia asal Aceh, Frilla Geubrina mengatakan kepada ABC bahwa ia baru saja selesai mencoblos sekitar pukul 07:30 malam.

"Tadi jam 6 sore semua yang DPK disuruh masuk dan antrian masih panjang hingga ke ujung jalan [Kantor KJRI]," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

Ia menjelaskan karena membludaknya warga yang datang, antrian sempat tidak terkontrol dan terjadi dorong-dorongan.

Tetapi kemudian situasi masih terkendali dan proses pencoblosan masih bisa dilakukan semestinya, seperti pengecekan jari tangan sebelum mencoblos dan pemilih memastikan kartu suara belum dicoblos.

Di Melbourne, pemilih tetap mencapai lebih dari 13.000 orang dan Panita Pemilihan Luar Negeri (PPLN) belum memastikan berapa jumlah pemilih yang datang.

Antrian panjang sudah terlihat di sekitar kantor KJRI Mebourne sejak pagi hari dengan panjang mencapai ratusan meter dan sempat membuat kemacetan.

Kebanyakan pemilih di Melbourne adalah mahasiswa dan beberapa diantaranya bahkan mengaku baru pertama kali mencoblos dalam hidupnya.

Salah satunya adalah Albert Witanto, mahasiswa di Melbourne yang mengaku persaingan pemilu kali ini terasa begitu ketat dan bahkan menyamakan dengan pemilu Amerika Serikat saat Donald Trump dan Hillary Clinton bersaing.

Albert baru pertama kali memilih dan ia merasa sedikit cemas menunggu hasil pemilu yang baru akan diumumkan bersamaan dengan pemilu di Indonesia.

"Saya berharap Indonesia akan terus berkembang dan lebih maju dan menciptakan pemerintahan yang efektif," ujarnya kepada ABC Indonesia.

Siauw Exel Prasadhana Setiawan yang juga mahasiswa, pada awalnya mengaku sempat tidak akan ikut mencoblos pada pemilu kali ini karena melihat kekurangan dari kedua kandidat presiden.

Exel menginginkan seorang pemimpin yang dapat berani menutaskan korupsi, masalah lingkungan, serta meningkatkan perlindungan bagi warga minoritas di Indonesia.

Karenanya ia mengaku mencoblos adalah salah satu bentuk kekuasaan yang dimilikinya sebagai warga untuk melakukan perubahan.

Melihat antrian yang panjang, Anggraini Prawira merasa bersyukur karena ia sudah melakukan pendaftaran online untuk memilih sehingga tidak perlu lama mengantri.

Ia mengaku sangat terkejut dengan minat memilih di Pemilu 2019 kali ini apalagi dibandingkan dengan Pemilu 2014.

"Semua orang sangat antusias untuk datang dan kita ingin mencoblos, kita ingin yang terbaik untuk Indonesia," ujarnya.

"Meskipun kita tinggal di Australia, kita masih peduli dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini."

Pemilu 2019 telah menciptakan banyak perdebatan soal pilihan politik, khususnya di jejaring sosial seperti Facebook dan Whatsapp group yang juga telah memicu perpecahan dalam keluarga dan pertemanan.

Tapi Anggraini berharap Pemilu 2019 bisa tetap berjalan lancar dan damai dan hasilnya bisa diterima dan dihormati oleh seluruh warga Indonesia, siapa pun pemenangnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:DETIK.COM
Kategori:Politik, Pemerintahan, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/