Rizal Ramli Mengaku Setuju dengan Seruan Presiden untuk Tingkatkan Effisiensi BUMN
Penulis: Muslikhin Effendy
"BUMN itu masuk ke sektor dimana pihak swasta tak sanggup, dan BUMN juga jangan main sing printil-printil, harus punya strategi yang baik, harus fokus pada core business, harus tangguh dan bisa kompetitif. Maka cost BUMN itu bisa kita turunkan dan performannya bisa kita tingkatkan. Saya dukung kemauan atau keinginan Presiden Jokowi dan itu sudah benar," ujarnya kepada wartawan, Kamis (5/10/2017).
Mantan Menko Ekuin dan Mantan Menko Kemaritiman ini juga mengusulkan beberapa hal penting untuk memperbaiki kinerja BUMN saat ini.
Pertama, pemerintah tidak bisa menyuntik modal terus menerus kepada BUMN dan juga tak bisa BUMN asal taruh preskom/direksi karena koneksi dan setor sana sini.
Kedua, menurut Rizal yaitu, jangan menempatkan orang bermasalah untuk pimpin BUMN hanya karena dia mau setor. Penting sekali mencari orang professional, dan strateginya harus jelas dan bagus.
Ketiga, sesuai pengalaman pribadinya di BUMN, BUMN itu pemasoknya pada KKN, maka pemerintah harus minta turunkan biaya KKN itu. "Semua pemasok BUMN yang KKN musti ditekan dan kalau tak mau nurut, maka wajib diganti dengan pemasok yang lain," tukasnya.
Lebih jauh, pria yang akrab disapa RR ini menuturkan, Indonesia bisa menaikkan produktifitas dan kualitas. Misalnya, BUMN perkebunan, biaya BUMN PTPN itu lebih mahal 2000 dolar/hektare dan itu lebih mahal dari swasta. "Kalau 2000 dolar AS/hektare itu bisa ditekan dan diefisiensikan, maka setiap 2 juta hektare perkebunan PTPN, pemerintah akan mendapat dua miliar dolar AS dari perkebunan itu," paparnya.
"Sayangnya BUMN perkebunan kita tak efisien. Umumnya BUMN dan swasta kita itu jago kandang. Konglomerat kita harus kita ajari dan kita bimbing agar masuk pasar global, bisa berkompetisi di global market, harus kita dorong jadi jago dunia. Kita cari strateginya, kita bimbing, dengan sungguh-sungguh, bisa kok," tegasnya.
Menurut RR, jika konglomerat Indonesia masuk pasar global, maka para konglomerat itu akan menyeret/menarik gerbong pengusaha menengah dan kecil untuk masuk global market. Dia juga mencontohkan, seperti Korsel yang ada konglomerat, difasilitasi dan dikaitkan dengan performance ekspor.
"Park Chung Hee memonitor konglomerat Korsel, Pak Harto pun kasih dana murah ke konglomerat dan mereka tumbuh besar, tapi tak dikaitkan dengan ekspor, maka mereka jadi raksasa jago kandang. Cuma indomie dan obat tolak angin yang masuk di pasar dunia," imbuh RR.
"Kita harus ubah struktur konglomerasi maka kalau konglomerat jago dunia, maka akan menarik gerbong pengusaha UMKM. Meski pasar domestic sangat menarik, itu tak cukup, harus kita dorong masuk pasar global, dunia," pungkasnya. ***
Kategori | : | GoNews Group, Umum, Ekonomi, Pemerintahan |