Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Sepakbola
22 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
Olahraga
23 jam yang lalu
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
3
Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk Laga Lawan Irak dan Filipina
Sepakbola
23 jam yang lalu
Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk Laga Lawan Irak dan Filipina
4
Borneo FC Miliki Motivasi Tinggi Untuk Revans di Leg Kedua
Olahraga
22 jam yang lalu
Borneo FC Miliki Motivasi Tinggi Untuk Revans di Leg Kedua
5
Tak Enak dengan Bea Cukai, Enzy Storia Harap Ada Perbaikan Layanan Publik
Umum
17 jam yang lalu
Tak Enak dengan Bea Cukai, Enzy Storia Harap Ada Perbaikan Layanan Publik
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
22 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Cabai Melonjak, Pedagang Pecel Rugi

Cabai Melonjak, Pedagang Pecel Rugi
Cabai di pasaran (Ist)
Minggu, 08 Januari 2017 13:55 WIB

BLITAR - Kenaikan harga cabai yang terjadi sepekan ini menyebabkan pelaku usaha makanan mengalami kerugian. Salah satunya pengusaha sambel pecel di Blitar, Jawa Timur.

Supriyati, seorang produsen sambel pecel asal Desa Gleduk, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, mengatakan, akibat harga cabai yang mencapai Rp 100.000 per kilogram, ia terpaksa memangkas konsumsi cabai.

"Biasanya butuh 11 kilogram, tapi karena harga cabai mahal saya kurangi dua kilogram," kata Supriyati seperti dikutip Antara, Minggu (8/1/2017).

Tidak hanya itu, ia pun harus mengeluarkan biaya ekstra akibat harga cabai yang melejit tersebut. Ini dilakukan karena cabai merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan sambel pecel.

Selain sambel pecel, bahan lain yang digunakan adalah kacang, daun jeruk purut, bawang puting, gula, dan bahan lain. Ketika harga cabai naik, maka produsen sambel pecel akan merasakan dampaknya.

Dalam sekali produksi, ia bisa mengeluarkan tambahan biaya hingga Rp 500.000, salah satunya karena tingginya harga cabai dan tidak berimbang dengan harga sambel pecel.

Supriyati mengaku tidak berani mengurangi takaran bumbu sebab khawatir para pelanggannya akan berkurang. Walaupun harga mahal, ia hanya bisa berharap usahanya tetap berjalan baik.

"Saya hanya mempertahankan konsumen agar tidak lari. Jika tidak dilayani, langganan akan lari," katanya.

Supriyati menjual sambel pecel dengan harga Rp 35.000 per kilogram. Pelanggannya tidak hanya dari sekitar Blitar, tetapi juga mencapai sejumlah kota di Jatim.

Dalam menjalankan usahanya, Supriyati dibantu sejumlah tetangganya. Mereka membantu memilih bumbu, mengangin-anginkannya agar kandungan air berkurang, membantu menggiling sambel pecel, serta mengemasnya.

Supriyati berharap harga cabai bisa secepatnya stabil sehingga pengusaha kecil seperti dirinya tidak menderita kerugian terlalu besar.

Editor:Rizky Fadilah
Kategori:Ekonomi, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/