Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
15 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
2
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Sumatera Barat
14 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
5 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
5
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
4 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
6
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
4 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

LPS Setuju dengan OJK Bahwa Rasio Kredit Bermasalah Pada Tahun 2017 Akan Turun

LPS Setuju dengan OJK Bahwa Rasio Kredit Bermasalah Pada Tahun 2017 Akan Turun
Jum'at, 11 November 2016 01:24 WIB
JAKARTA - Kepala Subdivisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan LPS Mochammad Doddy Arifianto  setuju terkait dengan adanya peluang yang disebutkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) untuk turun secara perlahan di bawah 3,1 persen (gross) pada 2017.

"Terkait dgn NPL, saya setuju dgn OJK pada kuartal 3 2016 sd 1 2017 ini memasuki puncak. Setelah itu NPL akan menurun secara perlahan," kata Dody Arifianto di Jakarta, Kamis (10/11).

Doddy mengatakan, pertumbuhan kredit pada situasi saat ini terutama di sektor infrastruktur related dan konsumsi. "Menjelang akhir tahun 2017, manufaktur juga bisa meningkat karena perbaikan iklim bisnis," ujarnya.

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut menilai pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2017 dikisaran angka 9 sampai 10 Persen.

"Pertumbuhan kredit saat ini masih belum optimal, tahun ini disekitar 8 Persen,"ujarnya.

Menurutnya, hal itu lebih banyak disebabkan oleh sisi demand, yg masih lemah karena prospek ekonomi dan harga komoditas yg relatif rendah.

Sementara Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebutkan sektor Jasa Keuangan juga terimbas kinerja kredit yang masih lesu.

Menurutnya, pertumbuhan sektor jasa keuangan turun 8,83% dari TW II sebesar 13,51% di iringi oleh pertumbuhan kredit yang lesu dan NPL yang tinggi.

''Penurunan suku bunga acuan BI, 7 days repo terbukti belum mampu menurunkan bunga kredit. Single digit masih jauh dari angan," katanya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:GoNews Group, Ekonomi, Sumatera Barat
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/