Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
15 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
2
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Sumatera Barat
14 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
5 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
5
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
4 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
6
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
4 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Ekonomi
Kisah Inspiratif

Kisah Kakek Nasrul yang Bertahan Hidup dengan Memotret di Ibu Kota Meski Usianya Sudah 76 Tahun

Kisah Kakek Nasrul yang Bertahan Hidup dengan Memotret di Ibu Kota Meski Usianya Sudah 76 Tahun
Kakek Nasrul. (foto:Merdeka.com)
Minggu, 23 Oktober 2016 03:09 WIB
JAKARTA - Beberapa tahun lalu, Nasrul sempat meramaikan dunia maya. Kakek yang kini berusia 76 itu sempat menjadi sorotan media karena perjuangannya bertahan hidup di Ibu kota hanya dengan modal kamera.

Trotoar Jalan Prof Dr Satrio yang terletak di kawasan Setiabudi, Kuningan, telah menjadi saksi perjuangannya sejak hampir tiga tahun yang lalu. Di trotoar itu, dia menawarkan jasa pemotretannya kepada orang-orang yang lewat di hadapannya.

Kini, dia masih di sana. Kamera berjenis SLR masih bergantung di lehernya. Kerutan di wajahnya pun masih sama, menampilkan lelahnya perjuangan bertahan hidup di Jakarta.

"Bu, mau foto?" tawarnya pada seorang wanita yang lewat di hadapannya.

Dia masih berdiri di lokasi yang sama, di bawah pohon, dengan tas hitam lusuh dan topi di kepalanya. Di sana, dia ditemani oleh beberapa pedagang kaki lima yang juga mangkal di sana. Pada hari ini, dia bersyukur telah mendapat sebanyak tiga pesanan foto.

"Sudah tiga foto sampai ini sore," katanya saat ditemui di lokasi tempatnya mangkal, tepat di depan OCBC NISP Tower, Jakarta Selatan, Sabtu (22/10/2016).

Di zaman yang sudah serba canggih ini, laki-laki tua asal Padang itu sebenarnya sadar akan kesulitan dari pekerjaannya sebagai tukang foto jalanan. Saat setiap orang sudah bisa memotret dirinya sendiri dengan kamera yang lebih canggih, Nasrul masih berusaha menawarkan jasa memotret.

Selain itu, pelanggannya harus menunggu selama 3-7 hari untuk mendapat cetakan fotonya. Setelah beberapa hari tersebut, pelanggannya pun diminta untuk datang lagi untuk mengambil hasil cetakannya di tempat biasa dia mangkal.

"Tapi suka nggak diambil," ujarnya.

Dia mengatakan, jarang sekali ada pelanggannya yang datang lagi untuk menagih fotonya yang telah dicetak. Bahkan hampir tidak ada. Padahal, dulu dia selalu membawa hasil cetakan fotonya yang hingga saat ini sudah mencapai ribuan.

"Sekarang saya tinggal. Numpuk di rumah," tuturnya dengan suara pelan.

Rumahnya sendiri, kata dia, berlokasi di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Kakek yang tidak lagi bertubuh tegap ini selalu berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00 WIB dengan menggunakan bus Kopaja.

"Trus pulang kadang bisa sampai jam 8 (malam)," imbuhnya. Saat pulang pun dia menaiki bus yang sama.

Saat ditanya mengenai kehidupan pribadinya, dia menolak untuk terbuka. Dia hanya mengatakan kalau dia tidak memiliki anak dan hidup sebatangkara.

Meskipun begitu, dia menolak untuk menyerah. Di umurnya yang sudah renta, dia akan terus berusaha bertahan hidup dengan memanfaatkan apa saja yang dia punya, termasuk kameranya. ***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:merdeka.com
Kategori:Ekonomi, Peristiwa, Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/