Unri Teliti Potensi Bisnis Ikan Bakut Pelalawan karena Kaya Protein dan Bisa Dijadikan Obat Vitalitas di Singapura
Tim peneliti yang dipimpin Ir Eni Yulinda MP ini, Minggu (16/10) berada di pedesaan Kecamatan Bunut, menghimpun informasi dari para nelayan dan pedagang ikan Bakut. Tim terdiri dari Hazmi Arief SPi MSi, Ir Ridar Hendri MSi, didampingi penyuluh perikanan senior setempat, Syafrijum SPi.
Menurut Ir Eni Yulinda, survai ke sentra-sentra produksi ikan Bakut di Pelalawan sudah dimulai sejak pekan lalu, dan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan. Ini disebabkan, kondisi sungai dan perairan umum di Pelalawan sebagai daerah tangkapan ikan Bakut, secara geografis, sangat luas. "Jadi butuh waktu agak lama," ujar Linda yang juga Ketua Jurusan SEP FPIK Unri itu.
Disebutkannya, dari data sementara, potensi produksi ikan Bakut di Pelalawan cukup tinggi. Namun, nelayan setempat masih 'mengajak-tirikan' hewan air yang mirip ikan gabus ini. Soalnya di tingkat lokal, ikan ini kurang laku di pasaran. Hanya dihargai Rp 20 ribu sekilo. Padahal di pasar luar negeri semacam Singapura, harganya bisa sepuluh kali lipat.
Menjawab pertanyaan, Ir Eni Yulinda MP mengatakan, ikan tersebut mahal karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Dari beberapa literatur terpercaya, ikan Bakut dipercaya bisa membantu memulihkan kesehatan pasien pasca operasi. ''Bahkan ada pula yang meyakini ikan Bakut bisa membantu mendongkrak vitalitas kaum pria," ujarnya tersenyum. ***
Editor | : | Hermanto Ansam |
Kategori | : | Umum |