Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
Olahraga
13 jam yang lalu
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
2
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
Olahraga
13 jam yang lalu
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
3
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
Olahraga
12 jam yang lalu
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
4
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
Sepakbola
12 jam yang lalu
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
5
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
Olahraga
12 jam yang lalu
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
6
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
Olahraga
9 jam yang lalu
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Benarkah Pembangunan RSUD Bukittinggi Mubazir, Ini Ulasan Praktisi kesehatan

Benarkah Pembangunan RSUD Bukittinggi Mubazir, Ini Ulasan Praktisi kesehatan
ilustrasi (net).
Rabu, 17 Februari 2016 22:43 WIB
Penulis: jontra
BUKITTINGGI - Rencana Pemko Bukittinggi untuk membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dinilai sangat mubazir, oleh seorang Praktisi Kesehatan Kota Bukittinggi, Zainal Abidin.

Menurut Zainal, saat ini di Bukittinggi telah berdiri tiga rumah sakit milik pemerintah, diantaranya Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM), Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN), serta Rumah Sakit Tentara (RST).

Selain itu, dua rumah sakit swasta juga telah ada di Bukittinggi, diantaranya Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi, serta Rumah Sakit Madina.

“Rumah sakit di Bukittinggi itu sudah banyak, jadi tidak perlu lagi dibangun rumah sakit. Kalau ingin memiliki RSUD sendiri, sebaiknya ambil alih saja RSSN dari milik pusat menjadi milik Pemerintah Bukittinggi. Sebaiknya, untuk membangun rumah sakit itu harus sesuai kebutuhan, bukan mengada- adakan rumah sakit,” tukuk Zainal Abidin, Rabu 17 Februari 2016.

Dikatakan juga oleh Zainal Abidin, pengalihan status RSSN akan lebih mudah dibanding RSAM milik pemerintah provinsi, karena bangunan RSSN tidak terlalu besar dan memungkinkan pengadaan biaya operasional melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Sedangkan RSAM merupakan rumah sakit yang besar dan dikhawatirkan Pemerintah Bukittinggi tidak sanggup mengadakan biaya operasional yang rumah sakit yang sangat besar.

“Rumah Sakit Stroke adalah rumah sakit khusus, yang menurut saya tidak urgen di Bukittinggi. Selain itu, dalam undang-undang tidak ada numenklatur rumah sakit khusus stroke, yang hanya ada seperti rumah sakit otak, mata, tulang, jiwa, kulit dan yang lainnya. Jadi, mengambil alih RSSN itu menjadi RSUD Bukittinggi merupakan solusi yang tepat,” ungkapnya.

Zainal menyarankan, sebaiknya Pemko Bukittinggi mengkaji ulang rencana tersebut.(**)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/