Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
19 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
2
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
11 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
3
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
7 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
4
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
7 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
5
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Nasional
7 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Usai Menonton Film Bakung di Tepi Tasik, Ini Masukan Buat Sanggar Seni Kepurun

Usai Menonton Film Bakung di Tepi Tasik, Ini Masukan Buat Sanggar Seni Kepurun
Diskusi usai menonton Film Bakung di Tepi Tasik
Minggu, 31 Januari 2016 15:12 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Sanggar Seni Kepurun Desa Alai Selatan telahpun memutar perdana film Bakung di Tepi Tasik, Sabtu (30/1/2016) malam. Berbagai masukan pun diberikan ke sanggar yang digawangi Saipul Rizan itu.

Seperti yang disampaikan Presiden Komunitas Seni Muda Bernas (Kemas) Kepulauan Meranti, Berty Asmara. Usai menonton, dalam diskusi singkat, Berty melihat ada kelemahan pada dialog antar pemain.

Dimana, laki-laki yang memang basic bahasa ini mengatakan bahwa dialog antar pemain itu terlalu cepat. Penggunaan bahasa melayu (bahasa tempatan, red) dengan logat yang begitu cepat bisa membingungkan bagi orang yang tidak mengerti bahasa melayu.

"Kalau yang menonton itu masyarakat Meranti, mungkin mereka mengerti. Kalau disaksikan orang lain, mereka pasti akan kebingungan," kata Berty memberikan masukan.

Kemudian, di sisi syuting, Rudy Rizal alias Rudi Kodon mengatakan, ada beberapa kelemahan. Rudi Kodon yang lebih banyak mengulas tentang teknik pengambilan gambar memaparkan kelemahan dan memberikan masukan-masukan agar kedepan bisa lebih dimaksimalkan lagi.

Selain itu, Rudy tidak menampik bahwa dalam editing gambar (video, red) memang membutuhkan alat yang maksimal kerjanya. Kalau tidak, pengeditan video akan terganggu dan hasilnya kurang memuaskan.

Kelemehan ini pula, sebelumnya diakui oleh Saipul Rizan dan beberapa anggota sanggar. Menurut Saipul, dalam penggarapan film yang menceritakan tentang pentingnya menjaga hutan itu, mereka sangat terbatas, baik IQ maupun IT.

"Ini hobby dari anggota sanggar, kita coba dalam bentuk film. Alhamdulillah seperti inilah hasilnya, kita memang sangat terbatas akan IQ dan IT," kata Saipul.

Sebelumnya, baik pihak kecamatan, kepolisian, dan Disparpora Meranti mengapresiasi atas usaha dan kerja keras sanggar ini dalam menggarap film. Kedepannya, kegiatan positif dari anak-anak muda akan tetap didukung.

"Kita wacanakan buat festival film setiap tahunnya. Jadi setiap sanggar di kecamatan bisa menampilkan film karyanya," ujar H Ismail, wakil Disparpora Meranti. ***

Kategori:GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/