Cerbung Bagian ke-87

Nikah Siri: Tak Usahlah Icha Diperebutkan

Nikah Siri: Tak Usahlah Icha Diperebutkan
Senin, 13 Februari 2017 19:32 WIB
Penulis: Indra Wedhasmara
RUSMAN BUNGKAM - dia seolah tak berkutik dengan dugaan dan tuduhan Siti. Bahwa, ambisi keluarganya untuk memiliki Icha karena Ratna memang belum lagi ada tanda-tanda untuk memberikan keturunan.

''Siti harap dan mohon. Tak usah lah lagi Icha diperebutkan. Siti akui, jika dia memang darah daging abang. Karena Siti yang tau tentang itu. Namun, untuk saat ini berilah Siti kesempatan untuk tak diusik dan diganggu lagi. Biarlah yang lalu itu menjadi suatu hikmah bagi kita,'' suara Siti begitu lirihnya. Dia merasa deritanya seolah masih belum lagi usai. Dan dia sudah merasa, bahwa masalah Icha akan memunculkan lagi masalah baru. Artinya, bakal ada luka baru di atas luka lama yang mulai sembuh.

''Bagaimana kalau Siti saja yang mengatakannya pada Ibu. Abang tak tega untuk menyampaikan nya..'' akhirnya Rusman buka suara.

''Maksud nya...?'' bibir Siti bergetar hebat.

''Mengatakan pada Ibu, agar untuk sementara Ibu tak perlu dulu bersama Icha. Abang tak tega Ti. Dia begitu sayang pada Icha. Selama di rumah, Icha itu tidur bersamanya. Bahkan, Ratna sekalipun yang ingin tidur sesekali bersamanya, tak dibolehkannya,'' suara Rusman tersedak-sedak.

''Mengapa harus Siti yang mengatakannya. Abang sendiri kan bisa. Abang juga harus tau, bahwa selama ini Siti kan hanya beberapakali saja bicara dengan Ibu. Karena Siti tau, Ibu dulunya tak senang melihat Siti. Lalu, mengapa sekarang Siti yang harus bicara...?'' Icha sesaat menggeliat. Siti segera mengusap-usap ujung kakinya. Icha kembali tenang.

''Ibu tak seperti dulu lagi Ti. Abang paham dan mengerti tentang itu''

''Kalau sudah paham, lalu mengapa sekarang harus Siti yang mengalah...?''

''Ibu kan sudah minta maaf...''

''Yahhh... Siti. Sudah terima permintaan maaf Ibu...''

''Berilah dia sedikit kesempatan dan peluang, Siti dapat segera memahami itu semua dengan mengajaknya bicara'' wajah Rusman begitu memelas. Dia seolah sudah patah arang menghadapi sikap Siti.

''Baiklah..., kalau itu memang bisa menyelesaikan masalah ini. Siti akan bicara. Tetapi, jika nanti juga tak bisa selesai. Mungkin cukup sekali ini saja Siti bicara..'' ujar Siti seraya tegak.

Dia beranjak keluar dan segera menemui Ibu. Dia duduk disebelah Ibu Rusman yang galau dan tertunduk lesu. Kehadiran Siti yang mendadak duduk disebelahnya membuat dia memang sedikit agak terkejut.

''Bu...soal Icha. Siti tadi sudah berunding dengan Bang Rusman. Untuk sementara ini biarlah dia berada ditangan Siti. Dalam asuhan Siti'' ini yang pertama dikemukakan Siti. Wajah Ibu mendadak gelisah dan cemas.

''Artinya, dia akan seterusnya bersama Siti. Jika Ibu dan Bapak serta Ratna rindu dengan dia kapan saja Siti akan membuka pintu menerima kehadiran Ibu dan keluarga'' kata Siti lagi. Sesaat Siti melihat dari ujung mata Ibu menyembul air bening. Seolah Ibu sedang menahan sedih, tapi air mata masih diupayakannya tak terbuang keluar... (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/