Home  /  Berita  /  Olahraga
SEA Games 2023 Kamboja

Kisah Kasmin dan Firdaus Sukses Buka Warung Bali Restoran di Pnom Penh

Kisah Kasmin dan Firdaus Sukses Buka Warung Bali Restoran di Pnom Penh
Kasmin (kanan) dan H Firdaus. (Gonews.co)
Selasa, 09 Mei 2023 12:25 WIB
Penulis: Azhari Nasution

PNOM PENH - Tak pernah terbayangkan Kasmin dan Firdaus bakal membuka restoran di Pnom Penh, Kamboja. Apalagi, Kasmin datang ke negeri Kingdom of Wonder ini berawal dari pekerja di PT Royal Alita yang merupakan kontraktor Telekomunikasi Kamboja-Indonesia (Kamintel) tahun 1996 dan Firdaus asal Karawang, Jawa Barat sebagai juru masak di Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kamboja tahun 1993.

Keduanya bertemu di Restoran Muslim Kamboja pada tahun 1997. Ketika itu, Kasmin yang lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 18 Mei 1965 itu sudah tidak bekerja di perusahaan kontraktor telekomunikasi tahun 2000 dan melanjutkan jadi pekerja di Restoran Bali Cafe milik bosnya yang berada di Pnom Penh. Dan, Firdaus yang resmi sudah habis kontrak kerjanya dengan Kedutaan Besar RI untuk Kamboja tahun 2000 langsung bergabung di Restoran Bali Cafe. Tahun 2007, Restoran Bali Cafe terpaksa tidak beroperasi lagi karena pemilik gedung menjualnya.

"Waktu itu bos mencoba mencari gedung lain untuk kembali membuka restoran Bali Cafe tetapi ada yang cocok karena tidak ada yang seluas tempat awalnya. Dan, bos menyerahkan seluruh peralatan masak kepasa saya dan Firdaus," katanya.

Merasa peralatan masak itu bermanfaat dan tidak mungkin di bawa kembali ke Tanah Air, Kasmin dan Firdaus yang sudah paham dengan berbagai jenis masakan khas Indonesia itu sepakat membuka warung kecil yang tak jauh dari lokasi Restoran Bali Cafe. "Pilihan kami untuk membuka restoran karena usia kami sudah tidak muda lagi. Dan, kami merasa ada peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lumayan dari restoran," jelas Kasmin.

Gedung berlantai tiga ukuran 4x15 yang terletak di Street 178 Nomor 25 Pnom Penh itu dianggap keduanya lokasi ideal. Makanya, mereka sepakat mengontrak hanya Lantai 1 saja. Warung Restoran Bali pun resmi berdiri di lingkungannya cukup ramai dan posisinya persis bersebelahan dengan hotel Frangipani Royal Palace.

"Modal awal kami waktu itu hanya 2.500 dolar AS. Dengan modal itu lah kami membayan biaya sewa gedung dan membeli kebutuhan bahan-bahan untuk membuat masakan khas Indonesia. Dari mulai rendang daging, nasi goreng, mie goreng, gado-gado, karedok, Ayam Bali, Ayam Penyet, Soto Betawi dan lain-lainnya termasuk minuman ringan pun disajikan seperti kopi dan teh jahe," kata Kasmin yang punya anak lekaki satu-satunya.

Kenapa warungnya bernama Restoran Bali dan bukan Warung Cilacap atau Warung Karawang tempat kelahiran?, Firdaus yang suka ngobrol dengan awak media dari Indonesia yang meliput SEA Games 2023 Kamboja ini menjawab, "Kalau Warung Cilacap atau Warung Kerawang mana ada yang tahu. Makanya, kami memilih namanya Warung Bali Restoran karena nama Bali sudah dikenal di manca negara."

GoSumbar.com Kasmin (tengah) bersawa WNI la
Kasmin (tengah) bersawa WNI lainnya jadi oendukung Timnas U 22 Indonesia.

Pelahan tapi pasti Warung Restoran Bali itu mulai berkembang. Pelanggannya bukan hanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Kamboja tetapi juga turis manca negara. Semula segalanya ditangani berdua saja. Karena semakin repot seiring ramainya jumlah pengunjung, keduanya sepakat mempekerjakan 5 orang lokal dengan bayaran bervariasi antara 100 hingga 250 dolar AS per bulan. "Kalau orang lokal yang sudah bisa memasak makanan kita gaji 250 dolar dan pelayan hanya 100 dolar AS per bulan," jelas Kasmin yang diamini Firdaus.

Dari hasil membuka restoran tersebut, Furdaus bisa membiayai keluarganya yang tinggal di Jakarta. Bahkan, Firdaus bisa naik haji pada tahun 2017. "Saya sempat naik haji tahun 2017 dari hasil keuntungan membuka restoran. Proses naik hajinya hanya setahun karena melalu kuota haji dari Kamboja," kata Firdaus.

Pemasukan yang rata-rata 300 hingga 400 dolar perhari itu hilang begitu pandemi Covid 19 melanda dunia pada tahun 2019. "Kita mengalami masa-masa sulit itu saat Covid-19 melanda karena orang-orang tidak keluar sama sekali. Nyaris tidak ada pendapatan saat itu sehingga kita harus menguras tabungan yang ada. Alhamdulillah pendapatan kita mulai stabil itu tatkala Covid-19 berhenti tahun 2021. Setiap hari pemasukan rata-rata 300 dolar perhari dan kalau ramai bisa lebih," ungkap Kasmin.

Keduanya yang rutin pulang ke Indonesia setiap tahun secara bergantian mengaku akan terus menjalankan usahanya tersebut. "Saya akan berhenti kalau sudah bosan. Saat ini, saya sih masih enjoy saja menjalani kehidupan di Kamboja," kata Kasmin yang sudah 27 tahun di Kamboja.

"Rezeki kita itu adanya di Kamboja. Saya enjoy dengan usaha restoran ini. Apalagi, saya masih bujangan dan tidak ada tanggungan keluarga. Kalau pengen barang-barang bagus tinggal beli aja atau mau liburan ke negara lain ya tinggal berangkat," timpal Firdaus yang sudah traveling ke hampir semua negara Asia Tenggara. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/