Home  /  Berita  /  Olahraga

Kurang Kontrolnya Tinju Profesional Hingga Ketua Abadi

Kurang Kontrolnya Tinju Profesional Hingga Ketua Abadi
Photo : Instagram Hero Tito
Sabtu, 05 Maret 2022 11:53 WIB
Penulis: Azhari Nasution

KEMATIAN Hero Tito yang meninggal dunia usai kalah KO dari James Mokoginta pada Kejuaraan Tinju Profesional bertajuk Hollywings Sports Show Boxing patut menjadi perhatian perhatian dari stake holder olahraga tinju profesional. Hero Tito, ayah dua anak yang telah menjalani operasi pendarahan otak itu menghembuskan nafas terakhir di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta Utara, Kamis (3/3/2022).

Tidak ada salahnya jika pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memfasilitasi usulan dari Ketua Harian Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), Tommy Halauwet agar ada lembaga independen khusus mengawasi olahraga profesional pengganti Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Seperti halnya Games Ammousement Board (GAB) di Filipina yang mengawasi olahraga profesional termasuk tinju profesional.

Ya, sejak BOPI dibubarkan sudah tidak ada lagi kontrol terhadap pelaksanaan olahraga profesional. Tak ada lagi kontrol terhadap perangkat pertandingan maupun petinju yang akan naik ring ataupun bertanding di luar negeri.

"Waktu ada BOPI, masih ada program penataran bagi perangkat pertandingan di tinju profesional. Dari mulai Inspektur Pertandingan (IP), wasit/hakim hingga dokter ring. Program penataran ini untuk menentukan layak atau tidaknya seseorang bertugas dengan kata lain mereka harus punya kompetensi sehingga bisa bertindak cepat untuk menghindari kecelakaan di atas ring. Sekarang, itu sudah tidak ada lagi," kata dr Tommy Halauwet, ahli beda yang sudah bertugas sebagai dokter ting sejak tahun 1988.

"Makanya, saya mengusulkan ada lembaga independen yang mengawasi semua itu. Biar semua bisa terkontrol dengan baik apalagi kita punya 5 lembaga tinju profesional," tambahnya.

GoSumbar.com Heru Tito (Istimewa)
Heru Tito (Istimewa)

Pembentukan lembaga independen ini, kata pengamat tinju, Martinez dos Santoz, pernah dicetuskan mantan Ketua BOPI, Gordon Mogot. "Dulu Almarhum pernah mencetuskan adanya pembentukan lembaga independen tidak dibawah pemerintah. Namun, niatnya itu belum terealisasi hingga saat ini," kata Martinez.

"Waktu ada BOPI, buku ring petinju yang akan bertanding diteliti untuk menghindari petinju yang KO bisa naik ring sebelum waktunya. Begitu juga dengan isi kontrak petinju dengan promotor tidak luput diperhatikan. Dan, seluruh petinju yang naik ring wajib menjalani pemeriksaan kesehatan yang difasilitasi BOPI," timpal penata tanding, Syarifuddin Lado yang dihubungi Gonews.co Group baru-baru ini.

"Pemeriksaan itu bukan hanya diberlakukan kepada petinju yang akan bertanding di dalam negeri. Tetapi, petinju yang mau bertanding ke luar negeri wajib mengantongi surat rekomendasi BOPI. Dan, petinju wajib menjalani pemeriksaan kesehatan dan juga dilihat kontrak-kontraknya dengan promotor. Mereka juga wajib didampingi pelatih dalam pertandingan. Sekarang itu sudah tidak ada lagi. Petinju bebas pergi bertanding keluar negeri," tambahnya.

Dulu, Indonesia hanya memiliki satu badan tinju profesional yakni Komisi Tinju Indonesia (KTI) yang berdiri pada 2 Oktober 1971. Drs. Legowo terpilih menjadi Ketua KTI yang pertama kali.

Pada era KTI dipimpin Capt Anthon Sihombing yang mengalahkan Manahan Situmorang pada Munas KTI tahun 1998 muncul ketidakpuasan. Tokoh-tokoh tinju seperti Manahan Situmorang, Marhin Walewangko, Kusbanu Hadisoemarto, Kid Francis, Amar Singh dan didukung Boy Bolang mendirikan Asosiasi Tinju Indonesia (ATI). Di bawah kepemimpinan Manahan Situmorang yang tercatat sebagai ketua pertama, ATI resmi menjadi anggota BOPI.

Kemudian, dua pengurus teras KTI yakni dr Tommy Halauwet dan Ruhut Sitompul bersama promotor Daniel Bahari mendirikan Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) pada 30 Desember 2005. Ruhut Sitompul alias si Poltak Raja Minyak didaulat memimpin KTPI.

Terakhir menyusul Federasi Tinju Indonesia (FTI) yang dipimpin Hasurungan Pakpahan dan terakhir promotor Yance Rahayaan mendirikan Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI) yang kini dipimpin Milasari Angraeni.

Dari 5 organisasi tinju itu terdapat 3 organisasi yang ketua umumnya tak tergantikan alias abadi. Yakni, Ketua KTI Pusat, Anthon Sihombing, Ketua ATI Pusat Manahan Situmorang dan Ketua KTPI Ruhut Sitompul.

"Saya sangat prihatin atas kematian Hero Tito. Jangan tambah panjang lagi daftar petinju yang meninggal usai bertanding. Harus di evaluasi semua badan Tinju 5 badan Tinju Profesional yang ada di Indonesia. Termasuk ketua-ketua yang sampai saat ini tetap memimpin tanpa ada pemilihan. Begitu juga dengan jajaran pengurus serta wasit/hakim. Kalau terus menerus begini tidak akan maju tinju profesional Indonesia," kata mantan wasit/hakim ATI, Nico Maruanaya yang juga Wakil Ketua FTI.

Penulis: Azhari Nasution, Wartawan Gonews.co Group. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/