Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Sepakbola
22 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
2
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Sepakbola
22 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
3
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Sumatera Barat
19 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
4
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
21 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
5
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
21 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
6
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
18 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Olahraga

Okto: Sistem Bubble Paling Ideal Untuk Atlet

Okto: Sistem Bubble Paling Ideal Untuk Atlet
Raja Sapta Oktohari (Dok. NOC Indonesia)
Jum'at, 21 Januari 2022 14:18 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA -  Sistem bubble atau gelembung merupakan bentuk paling ideal untuk karantina bagi atlet luar negeri. Pasalnya, sistem bubble yang dijalankan luar negeri sudah pernah dilakukan dan sukses pada saat Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia Badminton Festival (IBF) di Bali pada November-Desember 2021.

Sistem bubble artinya para atlet, pelatih dan ofisial memenuhi persyaratan tertentu seperti vaksinasi lengkap, tes PCR negatif, aktivitas di tempat itu saja, tidak diizinkan meninggalkan hotel dan venue pertandingan, tetapi masih bisa berlatih.

"Sistem bubble juga dilakukan saat Olimpiade 2020 Tokyo kemarin (Jepang), Piala AFF 2020 di Singapura, dan kejuaraan lain di negara-negara lain, termasuk bulutangkis IBF di Bali. Saya rasa sistem bubble ini paling ideal untuk dilaksanakan dan punya referensinya," kata Ketua Umum Komite Olimpiade (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari yang dihubungi Jumat (21/1/2022).

Menurutnya, diskresi karantina untuk pelaku olahraga bisa digunakan di berbagai event, tidak hanya MotoGP Indonesia 2022. Dan, dia juga sudah mengusulkan diskresi karantina pelaku olahraga dari luar negeri.

Usulan itu disampaikan setelah dia mendengar pengalaman dan masukan dari federasi nasional yang kesulitan menyelenggarakan turnamen internasional di Indonesia karena durasi karantina. Keluhan serupa juga disuarakan atlet, pelatih, dan ofisial yang pulang ke Tanah Air seusai tryout atau ujicoba dan bertanding dari luar negeri.

Diskresi yang diusulkan merupakan kewenangan untuk menjalani karantina dengan kebijakan yang berbeda, seperti karantina dengan menerapkan sistem gelembung atau bubble yang biasa digunakan dalam kejuaraan olahraga.

Pria yang akrab disapa Okto itu menjelaskan bahwa kebijakan tersebut diperlukan karena keterbatasan akses latihan selama karantina panjang akan mempengaruhi stamina dan performa para atlet.

"KOI melihat masa karantina sangat berdampak terhadap kebugaran atlet. Kami menerima masukan dari federasi olahraga nasional yang sempat menjalani karantina, akses mereka terbatas dan tidak bisa berlatih optimal. Selain karena tidak boleh keluar kamar, belum tentu di hotel karantina memiliki fasilitas latihan,” ujarnya.

"Bulan Maret 2022 bukan hanya ada MotoGP, tetapi juga Davis Cup yang diadakan Pelti (Persatuan Lawn Tenis Indonesia). Nanti ada juga panjat tebing dan esport, jadi event-nya banyak. Saya kira kebijakan itu bisa dipakai rata," ujar Okto.

"Namun, yang paling penting kita akan mengikuti SEA Games, Asian Games, Islamic Solidarity Games, dan lain-lain. Atlet harus latihan. Kalau tidak, pasti kemampuan berkurang," tandasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/