Home  /  Berita  /  Olahraga
Asian Games 2018

Agnes Rahawarin, Dari Mulai Bayar Tiket Sendiri Hingga Ongkosi Delegate

Agnes Rahawarin, Dari Mulai Bayar Tiket Sendiri Hingga Ongkosi Delegate
Agnes Sarce Grizelda Rahawarin
Minggu, 26 Agustus 2018 01:41 WIB
Penulis: Azhari Nasution

PALEMBANG – Boleh jadi ada yang beranggapan jadi relawan atau voulenteer itu gampang. Itu anggapan keliru. Lihat saja, sejumlah persyaratan yang tak mudah diberlakukan Panitia Pelaksana Asian Games (INASGOC). Dari mulai mengikuti serangkaian tes tertulis hingga psikotes serta diutamakan mahasiswa berusia di bawah 20 tahun.

Meski persyaratan cukup berat, tapi tidak menghalangi niat Agnes Sarce Grizelda Rahawarin, akrab di sapa Agnes. Gadis kelahiran 25 Juli 1997 ini nekat melamar menjadi voulenteer.

Sulung dari dua bersaudara pasangan Christian Rahawarin dan Hasnawati ingin merasakan pengalaman unik menjadi sukarelawan di Asian Games 2018. Karena itu, ia berjuang mendapatkan yang terbaik dari perhelatan olahraga Asia yang terakhir digelar di Indonesia 56 tahun lalu.

Sebenarnya, mahasiswi semester 5, Fakultan Kehutanan, Universitas Hassanudin, Makassar, ini punya banyak kemudahan, tak saja untuk jadi Volunteer, tapi menjadi panitia pelaksana pun ia bisa. Sebab, pamannya, Brigjen TNI Jeffry Rahawarin adalah Wakil Ketua Umum PP Pertina (Pengurus Pusat Persatuan Tinju Indonesia) dan Venue Manager Cabang Olahraga Tinju di Jakarta.

Namun, kemudahan itu tidak dimanfaatkannya. Bahkan, ia menolak ditawari menjadi panitia di cabang olahraga tinju. Bagi Agnes memilih ikut tes sesuai jalur dengan kemampuannya sendiri sangat fair.

“Saya diajak Om dan papa juga menyarankan ikut Om masuk Panpel tinju. Tapi, saya lebih suka ikut tes secara normal untuk membuktikan kemampuan saya sendiri karena saya optimistis bisa,” jelas dara manis yang merasa banyak meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya dengan menjadi volunteer.

Agnes tak mau separuh-separuh berjuang. Ketika lolos tes volunteer dan mengajukan penempatan, ia justru memilih Cluster Palembang sebagai base-nya. Bahkan ketika harus membayar tiket PP sendiri dan biaya nge-kost selama di Palembang dengan kocek sendiri pun, Agnes rela.

Agnes sudah bertugas di Palembang sejak 15 Agustus dan akan selesai pada 3 September. Saat ditemui di venue Skateboard dan Rollersport (lokasi tugas Agnes), Sabtu (25/8), gadis murah senyum ini mengaku ingin mendapat real sejarah untuk dirinya.

“Berpartisipasi di Asian Games 2018 itu nilainya tak terukur dengan uang karena belum tentu sampai saya tua Asian Games mampir lagi ke Indonesia. Saya ingin membuatnya benar-benar sejarah buat diri saya. Jauh dari orang tua, mandiri dan menjalankan tugas dengan baik dan ikhlas. Sebagai volunteer, Kami di bayar per hari Rp. 300.000,- saya sudah berterima kasih banget kepada panitia yang membayar kami karena apa yang saya dapat di sini dengan banyak teman dan jaringan, juga meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan juga belajar bagaimana memenej diri dengan orang banyak dalam sebuah pekerjaan besar. Saya bangga sekali. Apalagi Indonesia hebat dalam helatan raksasa ini. Terima kasih Asian Games 2018,” tutur Agnes yang mengaku belum punya pacar ini.

Ada juga pengalaman menyesakkan yang ia dapat, seperti membayar ongkos Grab salah satu delegate negara tetangga yang tak mau bayar karena merasa ada fasilitas transportasi khusus. “Tapi, itu tak saya ambil di hati karena saya bahagia. Delegate-nya marah-marah karena ditinggal shuttle. Saya minta naik Grab dia marah karena tak mau bayar. Akhirnya saya bayar aja biar solved the problem,” ceritanya.

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/