Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
22 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
2
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
22 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
3
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
22 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
4
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
7 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
5
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
8 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
6
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
6 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Tim Verifikasi Asian Games Tidak Tahu Olahraga Bridge

Tim Verifikasi Asian Games Tidak Tahu Olahraga Bridge
Istimewa.
Rabu, 03 Januari 2018 20:20 WIB
Penulis: Bert Toar Polii
JAKARTA - Pada pertengahan bulan Desember 2017, Menpora Imam Nahrawi pontang-panting meminta agar 40 induk organisasi olahraga (PB/PP) segera menyampaikan Rancangan Anggaram Biaya (RAB) untuk Pelatnas Asian Games 2018.

Tentu saja seluruh cabor segera bergerak karena begitu mendadak. Bahkan, deadline penyerahan harus diundur dari tanggal 15 menjadi 18 Desember 2017 tengah malam.

RAB ini kemudian diperiksa oleh tim verifikasi yang dibentuk oleh Menpora dan selanjutnya meminta cabor untuk menandatangani MOU yang dibuat oleh Menegpora setelah RAB dipangkas lebih dari 50%.

Alasan yang disampaikan oleh Menpora melalui Gatot S Dewa Broto, Sesmenpora dalam konperensi pers, anggaran yang tersedia melalui APBN hanya sekitar Rp600 M. Anggaran bisa dari sponsor dan jika memang dibutuhkan kami akan fasilitasi antara cabor dan sponsor.

Penjelasan ini terasa aneh, karena ketika tahu dana hanya ada Rp600 M dan dari proposal yang masuk jelas tidak mencukupi, sponsor sudah harus dicari.

Yang lebih fatal lagi, tim verifikasi yang dibentuk tidak mengetahui seluk-beluk cabor yang diverifikasi.

Saya ambil contoh olahraga bridge yang saya geluti. Olahraga bridge di Asian Games 2018 akan mempertandingkan 6 nomor pertandingan, yaitu : Beregu Putra-putri, Campuran dan Super Mixed serta dua nomor pasangan, yaitu : pasangan putra dan campuran.

Seperti yang sudah dilakukan pada Test Event Asian Games 2018 di Depok, Jawa Barat, 28 Nopember – 5 Desember 2017.

Pada saat bertanding, nomor beregu diselenggarakan secara bersamaan untuk 4 nomor pertandingan.

Nah, setiap regu dalam pertandingan bridge ketika turun bertanding harus diperkuat oleh dua pasangan pemain atau 4 orang dan satu pasangan lagi atau dua orang sebagai cadangan. Keenam pemain ini dilengkapi dengan 1 orang pelatih dan 1 orang Kapten Tidak Bermain atau akrab disebut Non Playing Capten (NPC).

Sesuai aturan dari World Bridge Federation (WBF), induk organisasi bridge dunia maka kedelapan orang ini mendapat medali ketika regu tersebut keluar sebagai pemenang.

Otomatis kalau ada 4 regu yang bertanding sekaligus maka dibutuhkan 8 pasangan atau 16 orang yang bertanding dan 4 pasangan atau 8 orang sebagai cadangan serta 4 orang Pelatih dan 4 orang NPC.

Jadi kebutuhan atlet dan official untuk Asian Games 2018 adalah 4 orang pelatih, 4 orang NPC dan 12 pasangan pemain atau 24 orang atlet.

Menyadari bahwa dana yang ada terbatas maka PB Gabsi sebagai induk organisasi bridge di Tanah Air mencoba untuk ikut memikirkan hal ini.

Usulan untuk Pelatnas Asian Games 2018 dengan target meraih minimal dua medali emas sudah coba disesuaikan dengan menyatukan peran pelatih dan NPC. Jadi, kebutuhan 8 orang dipangkas menjadi cukup 4 orang.

Atlet yang dibina di Pelatnas Asian Games juga dibatasi hanya 4 pasangan setiap regu padahal untuk bertanding dibutuhkan 3 pasangan. Idealnya adalah 5 pasangan sehingga persaingan untuk menjadi 3 pasangan terpilih lebih ketat. Tapi, itulah karena pertimbangan masalah dana maka diatur agar cukup pelatnas dengan 4 pasangan.

Bayangkan dari usulan di atas, tim verifikasi mencoret dan tersisa 12 atlet dan 3 pelatih/NPC bagaimana bisa menggaet 2 medali emas, atlet untuk ikut pertandingan Asian Games saja tidak cukup atau pagi-pagi sudah kalah WO.

Hal lain yang perlu diketahui, target dua medali emas itu dalam olahraga bridge tidak bisa ditentukan dari nomor mana karena peluang meraih medali datang dari semua nomor. Contoh, di Test Event Asian Games yang lalu, Indonesia meraih 4 medali emas dari nomor beregu dan 1 medali perak serta dua medali perunggu dari nomor pasangan. Jadi, dengan kata lain, hampir semua nomor berpeluang menghasilkan medali emas. Malah bisa dikatakan dari 6 nomor yang dipertandingkan, keenam-enamnya berpeluang menghasilkan medali.

Peluang untuk meraih medali sangat besar di semua nomor, tergantung strategi di babak semi final dan final yang akan menentukan apakah bisa menghasilkan medali emas atau perak atau sekadar perunggu. 

Suatu hal yang pasti, keempat tim Indonesia di nomor beregu tidak akan kesulitan untuk lolos ke babak semi final atau berarti minimal bridge telah menyumbangkan 4 medali perunggu. Bagaimana mengubah medali perunggu menjadi medali emas atau perak akan ditentukan oleh strategi yang diterapkan oleh pelatih/NPC ketika menentukan lawan yang akan dihadapi serta strategi yang akan diterapkan karena pertarungan bersifat knock-out baik di babak semi-final dan final.

Sistim pertandingan knock-out ini banyak diterapkan dalam pertandingan di Eropa dan Amerika dan itulah salah satu sebab mengapa butuh training camp, try-out ke sana. Penulis adalah Atlet Nasional, Bert Toar Polii

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Olahraga
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/