Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Sepakbola
23 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
Olahraga
24 jam yang lalu
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
3
Borneo FC Miliki Motivasi Tinggi Untuk Revans di Leg Kedua
Olahraga
23 jam yang lalu
Borneo FC Miliki Motivasi Tinggi Untuk Revans di Leg Kedua
4
Tak Enak dengan Bea Cukai, Enzy Storia Harap Ada Perbaikan Layanan Publik
Umum
18 jam yang lalu
Tak Enak dengan Bea Cukai, Enzy Storia Harap Ada Perbaikan Layanan Publik
5
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
23 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
6
Kandang Persib Siap Membiru Di Semi Final, Energi Bagi Dedi Kusnandar Dkk
Olahraga
23 jam yang lalu
Kandang Persib Siap Membiru Di Semi Final, Energi Bagi Dedi Kusnandar Dkk
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

160 Pasangan Suami-Istri di Desa Ini Mendadak Putuskan Bercerai Bersamaan, Alasannya . . . .

160 Pasangan Suami-Istri di Desa Ini Mendadak Putuskan Bercerai Bersamaan, Alasannya . . . .
(marilynstowe.co.uk)
Senin, 06 Maret 2017 10:23 WIB
TIONGKOK - Ketidakcocokan biasanya menjadi alasan bagi banyak pasangan suami-istri memutuskan bercerai.

Berbeda dengan alasan perceraian sekitar 160 pasangan suami-istri di Desa Jiangbei, Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Mereka memutuskan bercerai demi mendapatkan ganti rugi penggusuran lebih banyak.

Lebih unik lagi, mereka mengajukan gugatan perceraian secara bersamaan alias cerai massal.

Dilaporkan Nanjing Morning Post, gugatan cerai ini dilayangkan baik oleh pasangan muda maupun masangan yang sudah lanjut usia.

Bukan karena ketidakcocokan, mereka berbondong-bondong mengajukan gugatan perceraian dengan alasan supaya mendapatkan ganti rugi yang lebih banyak akibat penggusuran.

Warga kampung Jiangbei rencananya akan mendapat rumah seluas 220 meter persegi karena tergusur demi pembangunan satu kompleks berteknologi tinggi.

Jika ada pasangan yang bercerai maka salah satu dari mereka akan mendapatkan kompensasi berupa rumah utama sedangkan pasangan satunya lagi, yang terpaksa keluar dari rumah, mendapat rumah seluas 70 meter persegi dan uang tunai 131 ribu (sekitar Rp250 juta).

Perceraian yang diajukan para pasangan suami istri tersebut sekedar formalitas belaka.

Seorang pria berusia 80-an tahun mengaku bercerai karena mendapat keuntungan walau perkawinan mereka baik-baik saja. Sementara warga lainnya lain berpendapat tidak ada masalah dengan perceraian jika ia nanti menikah lagi dengan istrinya.

''Itu hal yang tidak saya pedulikan. Semua melakukannya. Kami akan menangani masalah lainnya belakangan,'' kata dia. Uniknya, sebagian pasangan yang sudah bercerai tersebut ternyata masih tinggal bersama.

Berdasarkan peraturan penggusuran dan relokasi, jika perceraian dilakukan petugas kantor sipil setempat maka hanya yang sudah bercerai minimal lima tahun yang mendapat rumah tambahan serta uang tunai.

Namun, sebuah firma hukum dilaporkan mengatakan kepada para warga bahwa jika bercerai lewat proses pengadilan, maka mereka akan mendapat ganti rugi terlepas dari waktu perceraiannya.

Kasus perceraian demi keuntungan ekonomi bukan hal yang baru di China, karena pernah terjadi di Jiangxinzhou, Jiangning, dan Pukou namun yang terjadi Jiangbei adalah yang terbesar dalam selang waktu bersamaan. Praktik serupa juga dilaporkan terjadi di Shanghai karena dengan bercerai maka mantan pasangan bisa mengajukan permohonan untuk membeli dua rumah. ***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.com
Kategori:GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/