Home  /  Berita  /  GoNews Group

Crossborder Tourism Jadi Tema Diskusi di FESTinFest Kemenpar 


Crossborder Tourism Jadi Tema Diskusi di FESTinFest Kemenpar 

(humas Kemenpar)
Jum'at, 27 Januari 2017 15:34 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Acara Festival Indonesia Festival (Festinfest) yang sudah dilaunching Menpar Arief Yahya di Balairung 26 Januari dan akan berlangsung sampai 29 Januari 2017 itu, menyimpan keunikan dan beragam kegiatan.

Salah satunya, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) rencananya juga akan mengadakan acara Diskusi Destinasi Wisata Lintas Batas atau yang biasa disebut Crossborder dalam rangkaian Festinfest. Diskusi tersebut akan digelar pada tanggal 28 Januari 2017, mendatang di Balairung Sapta Pesona dan halaman depan Gedung Sapta Pesona.

Menpar Arief Yahya memang menyebut di banyak negara yang menjadikan tourism sebagai backbone, selalu menjadikan crossborder sebagai pendulang devisa. Prancis dan Spanyol yang hebat mengelola deatinasi di perbatasan juga melakukan hal yang sama. "Malaysia juga, untuk market travellers Singapore," jelas Mantan Dirut PT Telkom ini.

Arief Yahya yang asli Banyuwangi ini menjelaskan bahwa model bisnis Tourism itu mirip-mirip dengan Transportation dan Telecommunication. Ada faktor jarak, dan timeline (season) yang sangat berpengaruh. Di transportasi, jarak sudah pasti berpengaruh pada harga dan minat orang. Season apa lagi, weekend atau bahkan long week end, pasti lebih ramai. Menjelang Lebaran pasti ramai dan mahal dibandingkan dengan hari-hari biasa. "Telco juga sama! Dan, tourism juga punya behaviour yang sama," kata Arief Yahya.

Nah, karena ada jarak dan waktu itu, maka crossborder adalah area yang terdekat secara jarak yang punya potensi besar untuk menghasilkan tourism. Deputi Pemasaran Mancanegara I Gde Pitana memaparkan, acara tersebut rencananya akan dibagi atas tiga bagian yakni diskusi, refleksi pengalaman dan showcase pertunjukan. Untuk disuksi, akan dibuka dengan tagline diskusi curah pendapat dan ada tema selayang pandang festival perbatasan yang akan disampaikan langsung oleh Profesor I Gde Pitana.

Selain itu, masih kata Pitana, untuk refleksi pengalaman, akan dipaparkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua.

"Nanti juga akan ada bahasan tentang pengalaman lapangan, dimana topiknya adalah pengalaman penyelenggaraan di  Batam Bintan, Aruk Sambas, Atambua dan Skouw Papua. Sedangkan untuk pertunjukan dan Showcase akan hadir Papuan Animale, Jecko Siompo, Nera Ivan Nistreman dari Nusa Tenggara Timur," kata pria asli Bali itu.

?Kata Pitana, acara ini adalah diselenggarakan oleh Tim Percepatan Pariwisata CrossBorder bekerjasama dengan Festinfest. Pitana juga menambahkan, diskusi ini didasari oleh penggalakan Pariwisata Lintas Batas dan Destinasi Perbatasan, yang memperoleh momentumnya di tahun ini  2017.

Kata Pitana, ini semua karena bertepatan dengan Golden Years Asean 1967-2017, serta ditetapkannya tahun ini sebagai The Years of Sustainable Tourism oleh PBB. Program ABCD Festival,  bersandar pada bingkai internasional  dan regional  untuk merajut hubungan antar bangsa dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan.?Kini disadari, imbuh Pitana, pariwisata dianggap sektor paling dinamis mendorong partisipasi sosial, pembukaan lapangan kerja dan inklusifitas ekonomi. Pencanangan Tahun Pariwisata Berkelanjutan 2017, menjadi momentum untuk menjangkau sasaran 17 SDGs dan pencapaian Agenda 2030.

"Momentum Golden Years ASEAN 1967-2017, juga saat tepat untuk memperhatikan kerjasama di daerah perbatasan dalam semangat negara serumpun.Konteks ini disadari, karena daerah perbatasan kita sebagai kawasan penyangga (buffer-zone), memiliki sejarah ketegangan dan persoalannya sendiri," ujar Pitana.

?Selama  setahun terakhir, masih kata Pitana, telah dilaksanakan festival perbatasan di beberapa titik di Papua, Atambua, Sambas dan Batam Bintan. Pengalaman menunjukan  tingkat keberhasilan dan kendalanya sendiri. Berdasarkan atas pengalaman itu, perlu diselenggarakan diskusi dan curah pendapat tentang ABCD Festival, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di daerah perbatasan.

Seperti diketahui, selain diskusi terkait Crossborder, Kemenpar juga akan menggelar pameran dan pertunjukan 10DEST.I.Nation. Paparan karya digelar melalui barang temuan (found object), folklore, narasi mitos, sejarah dan respon artistik terhadap sepuluh destinasi utama. Karya ini tidak saja membangun narasi baru ; tetapi juga realitas bayangannya sendiri,  dan terciptanya branding baru.

?"Sementara pertunjukan dikoreografi dalam alur perjalanan penceritaan berdasarkan visual, gerak, folklore dan kolaborasi antar seniman. Koreografi utama dilakukan oleh Jecko Siompo dengan kolaborasi dengan Animale Pop, Nungki, Besur, Suryadi,” tandasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/