Home  /  Berita  /  GoNews Group
Aksi Kolaborasi Menpar Arief Yahya di ASEAN Tourism Forum (ATF) 2017 Singapura (bagian-4)

Jalin Kerjasama Cruise dengan Singapura dan Thailand

Jalin Kerjasama Cruise dengan Singapura dan Thailand
Menpar Arif Yahya di Singapura. (istimewa)
Senin, 23 Januari 2017 20:09 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Kapal Pesiar atau cruise, selama ini masih belum optimal memboyong wisatawan mancanegara ke tanah air. Padahal, dengan kapal berkapasitas 3.500 orang saja, plus 1.500 anak buah kapal, total sudah membawa 5.000 orang hanya dengan satu kapal. Jika 2.000 orang turun, mengambil paket wisata 6-12 jam saja, sudah equivalen dengan 10 flights yang berisi wisatawan.

"Karena itu, kami berinisiatif untuk joint promo, joint destination, membuat route baru dari Singapore ke Bali, singgah di Belitung, Jakarta, Semarang, Surabaya, baru Benoa Bali. Maka destinasi kita di pelabuhan pesisir utara akan hidup," jelas Arief Yahya, saat bilateral meeting dengan Minister of Trade and Industry Singapore, S Iswaran, di Pan Pacific Hotel, Singapore. Ini adalah rangkaian dari ATF 2017 –ASEAN Tourism Forum, 16-20 Januari 2017.

Arief Yahya menjelaskan, Indonesia sudah mnderegulasi banyak hal, salah satunya pencabutan cabotage. Selama ini kapal berbendera asing tidak boleh menaik turunkan penumpang di pelabuhan internaisonal. Sejak tahun lalu asas itu sudah dicabut, dan pemerintah menetapkan 5 port internasional bisa menaikturunkan penumpang. Diantaranya, Medan, Jakarta, Surabaya, Bali dan Makassar.

Lalu apa kata S Iswaran? "Banyak persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah Indonesia untuk membangun sinergitas di bidang cruise tourism. Pertama Imigrasi! Tidak bisa seorang turis harus berdiri 2-3 jam hanya untuk menunggu antre kontrol passport atau visa di counter imigrasi? Itu terlalu lama, menghabiskan waktu mereka ketika docking di satu kota," kritik Iswaran, Menteri Perdagangan dan Industri Singapore yang membawahi Pariwisata.

Kedua, soal port infrastruktur. Atau peralatan dan fasilitas di pelabuhan yang sering tidak siap. Idealnya, terminal kapal barang dengan kapal wisata itu dibedakan, disendirikan. Jangan dicampur, karena handling-nya beda.

"Saya kira ini juga PR penting buat Pariwisata Indonesia. Termasuk kedalaman, minimal 12 meter, idealnya 15 meter. Semarang saja, hanya 10 meter, itu harus docking di tengah laut, sehingga merepotkan jika cuaca tidak terlalu bersahabat," lanjut Iswaran.

Ketiga, pastikan di setiap kota yang dikunjungi memiliki amenitas yang lengkap. Ada cafe, ada destinasi, ada culinary, ada souvenir shop, dan lainnya. Itu semua harus berada dalam satu ekosistem, satu kesatuan yang harus disiapkan. "Dari Singapore – Bali, harus ada banyak titik yang membuat wisatawan bisa turun dan berjalan-jalan di kota tersebut," paparnya.

Bilateral meeting lain dilakukan Menpar Arief Yahya dengan Minister for Tourism and Sport Thailand Kobkarm Wattanavrangkul. Tiga hal yang dicatat sebagai embrio kerjasama ke depan. Pertama, kerjasama air connectivity, dan ditawarkan untuk ada direct flight dari kota-kota kedua, seperti Phuket, Chiangmai, dan lainnya. Tidak lagi dari Bangkok. "Dan kami akan usulkan Bandara Adi Sumarmo Solo," kata Arief Yahya, yang disetujui oleh Menteri Kobkarm Wattanavrangkul.

Kedua, Indonesia-Thailand akan membangun kerjasama wisata bahari, khususnya perahu pesiar atau yachts. Arief Yahya mengusulkan agar ada jalur di segitiga emas, Sabang (Aceh), Phuket (Thailand) dan Langkawi (Malaysia). "Kami akan ada Sail Indonesia, akhir Desember 2017 yang dipusatkan di Aceh. Kami mengundang Ibu Menteri Kobkarm untuk hadir ke Sail Sabang 2017 nanti," katanya.

Ketiga, Arief Yahya mempresentasikan soal Borobudur, yang bisa menjadi satu tempat istimewa bagi bangsa Thailand. Borobudur jauh lebih tua, lebih besar, lebih kuat punya sejarah lebih tinggi. Belum juga menjelaskan, Menpar Thailand Kobkarm juga mengakui, Borobudur itu istimewa.

Seperti diketahui, tiga strategi korporasi yang selalu menjadi concern Menpar Arief Yahya berkorporasi membangun menjadi global player. Yakni, Competitive, Comparative, dan Collaborative, yang biasa disingkat dengan 3C. Itu juga yang dijadikan patokan dalam menjalin kerjasama regional bersama Negara-negara Asia Tenggara, dalam rangkaian ATF 2017, ASEAN Tourism Forum di Singapore, 16-20 Januari 2017.

"ASEAN dengan 10 negara itu dikunjungi lebih dari 115,8 juta wisman tahun 2016, naik sekitar 6,5% dan angkanya terus bertambah. Indonesia masih kecil, hanya di kisaran 10-12%. Tailand sekitar 30%, Malaysia 25%, Singapore 15%, baru Indonesia, dan negara-negara lainnya seperti Vietnam, Filipina, Brunei, Kamboja, Laos dan Myanmar. Artinya, kita harus berkolaborasi untuk menjadi besar," kata Arief Yahya, Menpar dalam 45th Meeting of The ASEAN NTOS dan 20th Meeting of ASEAN Tourism Ministers di Pan Pacific Hotel Singapore itu. (*/dnl)

Kategori:GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/