Home  /  Berita  /  Umum
"Riau Menyapa Dunia"

Mitos Ombak Bono 'Tujuh Hantu' dan 3 Kisah yang Bikin Orang Merinding

Mitos Ombak Bono Tujuh Hantu dan 3 Kisah yang Bikin Orang Merinding
Tim Ekspedisi Disparekraf Riau, saat menjajal ombak Bono. (foto: Disparekraf)
Jum'at, 18 November 2016 14:31 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy dan Chairul Hadi
PEKANBARU - Fenomena Ombak Bono akibat pertemuan arus sungai dan laut yang terjadi di Muara Sungai Kampar, Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan, Riau ternyata punya banyak kisah misteri dan sudah jadi buah bibir masyarakat yang bermukim di sana secara turun temurun.

Selain tim Touring Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Riau, sekitar bulan Maret 2016, GoRiau.com sempat menelusuri langsung ke daerah tersebut dan menghimpun beberapa cerita menarik, termasuk mitos terbentuknya fenomena ombak besar tujuh lapis yang kini dikenal dengan sebutan tujuh hantu (seven ghost), dan jadi favorit peselancar dunia.

1. Seven Ghost atau tujuh hantu. Menurut warga sekitar, dulunya ombak disepanjang muara Teluk Meranti sangat besar, ganas dan ada tujuh lapis, siap menerjang kapal apapun. Ini membuat Belanda di masa penjajahan kesulitan melewatinya, sehingga mereka mencoba meledakkan gelombang ini dengan meriam.

"Ceritanya begitu. Walau sudah diledakkan, ombak Bono tetap mampu menenggelamkan kapal Belanda. Tapi sampai sekarang tak ada yang tahu di mana lokasi persis kapal tersebut tenggelam," sebut Darto (32) selaku kapten speedboat yang dijumpangi GoRiau.com.

2. Ribuan Buaya Penghuni Muara.

Tidak hanya terkenal dengan terjangan ombak besarnya yang bertubi-tubi, masyarakat sekitar Teluk Meranti juga tahu kalau Muara Sungai Kampar ini dihuni buaya. Bahkan para peselancar yang surfing di sana kerap melihatnya, baik di air ataupun tengah berjemur di tepian sungai yang landai.

"Wah kalau dihitung sudah banyak korban terkaman buaya di sini, ada yang sedang mancing dan lainnya. Kalau mau buktikan enaknya malam. Sambil naik sampan lalu senter lah ke sungai, itu banyak terlihat pantulan mata buaya. Sepanjang sungai ada, mungkin jumlahnya ribuan. Anehnya bule yang selancar di sini tak takut. Itu kawan kata mereka," sebut Darto bersemangat.

Bahkan James Cutton, peselancar asal Australia yang berhasil pecahkan rekor dunia berselancar terlama tanpa jatuh melawan Ombak Bono pada Kamis (10/3/2016), juga melontarkan hal ini. "Saya bahagia dengan ombaknya serta buaya-buaya disini," ucapnya sambil tertawa lepas.

3. Mitos Istana di atas Sungai.

Ini juga sudah jadi buah bibir masyarakat setempat. Meski tak melihat langsung, Darto yang berprofesi sebagai kapten speedboat pengantar surfing ini sangat mempercayainya. "Pernah ada yang melihat istana muncul di tengah sungai ini. Mirip kerajaan dan ada kotanya juga," jawab dia.

"Cuma sekarang karena sudah ramai termasuk yang berselancar, jadi sudah tidak ada lagi penampakan itu. Kalau dulu zaman saya remaja, orang kampung takut sekali ke sungai. Kalau sekarang sudah jadi wisata dan sumber rejeki kami," ungkapnya.

4. Kisah Tanaman Cabe Sebesar Pohon.

Sambil mengangkat tangannya, Darto menunjuk satu tempat dengan jarinya dan mengatakan kalau daerah (yang ditunjuknya) itu disebut-sebut ada tanaman cabe sebesar pohon. Bahkan orang dulu bisa memanjat pohon tersebut saking besarnya.

"Tapi sampai kini umur saya, saya belum pernah melihatnya langsung. Di sana juga harus jaga omongan dengan baik. Misalnya tak sengaja kita bilang jauh, maka akan betul-betul jauh dan lama sampainya. Mungkin karena mistisnya," kata dia.

Adapun gelombang Bono juga dikenal dengan sebutan Seven Ghost atau ombak tujuh hantu secara teori tercipta dari peristiwa alam akibat benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Tak ayal ombak yang dihasilkan jadi idaman setiap peselancar.

Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara sungai Kampar bisa mencapai ketinggian empat sampai lima meter, dengan ditandai sebelumnya dengan suara gemuruh yang hebat. "Dari beberapa kilometer saja kami bisa tahu kalau Bono sedang mendekat," paparnya.

Kisah-kisah tersebut menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Riau (Kadisparekraf) Fahmizal Usman, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, khususnya dari luar negeri.

"Kisah-kisa mistis ini juga menjadi buah bibir dan memancing rasa penasaran mereka. Terbukti saat pameran di Bali beberapa bulan yang lalu, para turis yang mampir ke Stand Disparekraf Riau, rata-rata tertarik ingin melihat Bono," ujarnya kepada GoRiau.com, Jumat (18/11/2016).

Untuk selanjutnya, pihak Pemerintah Provinsi Riau kata dia, juga akan segera mengupayakan berbagai pembangunan pendukung baik sarana maupun prasarana mulai dari lokasi Bono sampai infratuktur menuju ke lokasi tersebut. (*/dnl)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/