Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
Olahraga
24 jam yang lalu
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
2
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
Olahraga
18 jam yang lalu
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
3
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Olahraga
22 jam yang lalu
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
4
FIBA dirikan Kantor Perwakilan di Jakarta, Menpora Dito: Wujud Kepercayaan Dunia Basket
Olahraga
23 jam yang lalu
FIBA dirikan Kantor Perwakilan di Jakarta, Menpora Dito: Wujud Kepercayaan Dunia Basket
5
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
6 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
6
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
5 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Umum

Warga Duri Ini Rela Jual Rumah Warisan, Demi Usaha Baru di Sumbar

Warga Duri Ini Rela Jual Rumah Warisan, Demi Usaha Baru di Sumbar
ilustrasi
Selasa, 14 Juni 2016 06:01 WIB
Penulis: Ira Widana
DURI - Ekonomi global dunia saat ini mengalami krisis yang cukup serius. Dampak buruk dari resisi ekonomi dunia ini pun terlihat hingga ke tingkat Kecamatan seperti Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau ini. Dampak krisis ini terlihat jelas dengan penurunan harga bahan bakar industri seperti minyak mentah dunia dan batubara, harga bahan baku industri seperti karet.

Dengan penurunan pertumbuhan ekonomi terus menerus, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (phk) dimana-mana, tingkat pendapatan masyarakat menurun dan harga kebutuhan pokok terus meningkat. Sehingga membuat kondisi sosial kemasyarakatan di Duri, Kecamatan Mandau saat ini juga semakin memburuk.

Di Duri, mereka yang menjadi korban PHK 80 persen sudah melambaikan tangan keatas. Yang mana artinya tidak dapat bertahan hidup di daerah yang katanya sangat kaya dengan hasil minyak buminya. Sehingga, banyak dari mereka yang memutuskan untuk pulang kampung dan membuka peluang usaha di kampungnya seperti bertani dan beternak.

Untuk usaha yang baru, perlu modal tentunya. Makanya kebanyakan dari korban PHK atau yang telah pensiun ini menjual rumah pribadinya untuk modal awal usaha di kampung halaman.

"Sebab jika bertahan di Duri dan menunggu pekerjaan baru belum pasti juga. Makanya banyak dari kami yang kena PHK ini menjual rumah untuk modal buka usaha di kampung," kata Khalid kepada GoRiau.com, Selasa (14/6/2016).

Rumah HOP lama, peninggalan orangtuanya dulu tidak bisa dipertahankan Khalid karena kondisi ekonomi yang mendesaknya harus membuat keputusan pahit tersebut. Banyak kenangan indah bersama keluarga besarnya yang dihabiskan di rumah berukuran 12x17 itu, harus rela ia lepas demi kelangsungan hidup anggota keluarganya.

"Meski saya laki-laki, tapi rumah tua ini diberikan kepada saya. Sementara adik-adik perempuan saya dibuatkan rumah baru oleh orangtua dulunya sebelum mereka meninggal. Saya jualnya murah, cuma Rp 120 juta. Sementara rumah tipe 36 saja sekarang harganya sampai Rp136 juta. Ya mau bagaimana lagi, sebelum menjual rumah ini saya sudah survey juga ke kawan-kawan lain, harga rumah yang mereka jual juga tidak tinggi. Sekarang ini asalkan laku sajalah," imbuh Khalid lagi dengan rasa tidak menyesal sudah menjual rumahnya dan tengah bersiap pindah ke Sumatera Barat dan akan mencoba usaha ternak sapi.

Khalid yakin dengan hasil jual rumahnya tersebut, ia bisa membawa istri dan 3 orang anaknya untuk pindah ke Sumbar, Kota kelahiran orangtuanya.

"Ya balik kampunglah namanya. Tapi kita mulai dari nol lagi, dan yakin rejeki itu InsyaAllah ada, meski saat ini ekonomi sangat sulit. Selain usaha ternak sapi nanti kami juga akan mencoba bertani, karena masih punya tanah kosong di kampung," katanya lagi.

Saat ini, rumah warisan itu sudah dibeli oleh Pegawai Chevron yang katanya tidak lagi mendapat fasilitas rumah gratis di komplek Chevron. "Mungkin bukan mantan buruh kontraktor Chevron saja yang menjerit, karyawan Chevron juga ikutan menjerit. Kami hanya tinggal berkemas-kemas saja," ujar Khalid.

Dari pengakuan yang membeli rumahnya, Khalid bercerita, menjadi pegawai Chevron saat ini tidak semewah dulu. Sejumlah fasilitas yang dulu didapat karyawan dan keluarga kini tidak ada lagi. Bahkan kabarnya, tinggal di Komplek Talang atau Dempo saja harus bayar yang nilainya mencapai Rp5 jutaan juga.

"Pegawai Chevron aja pahit hidupnya, apalagi kami yang pengangguran. Bahkan katanya lagi, banyak yang melajang tinggal di Duri sementara istri dan anaknya dipulangkan ke Jawa. Sebab di Jawa mereka sudah punya rumah, sementara disini kalau mau bertahan harus ngontrak rumah lagi atau beli rumah," pungkasnya.

Saat ditanyakan, apakah ia juga mengetahui isu ada perusahaan besar buka di Sumbar, Khalid menjawab tahu. Tetapi ia sudah putuskan untuk tidak bekerja pada perusahaan lagi, melainkan ingin membuka peluang usaha. "Sudah tau saya rasanya jadi pekerja," jawabnya singkat. ***

Kategori:Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/