Wonderful Indonesia 2016
Titik Temu Lahir dari Pengalaman Menikmati Kota Tua
Titik Temu Lahir dari Pengalaman Menikmati Kota Tua

Selasa, 15 November 2016 02:04 WIB
Penulis : Muslikhin Effendy

JAKARTA - Pemenang Sayembara Desain Homestay Nusantara 2016 ternyata punya cara tersendiri untuk menjadi yang terbaik. Peserta dengan judul karya Titik Temu tersebut dibuat atas dasar pengalaman mengunjungi salah satu destinasi prioritas Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kota Tua, Jakarta. Yang oleh Menpar Arief Yahya disebut paling layak dibuat pusat jalan-jalan di tengah heritage building seperti di banyak negara Eropa maupun Amerika.

”Ide tentang desain Titik Temu (Rumah Beranda) berasal dari pengalaman saat beberapa kali menyusuri Kota Tua. Kami melihat kebanyakan orang hanya ramai di satu titik, yaitu Plaza Museum Fatahillah. Kami mencari solusinya dengan cara menciptakan Homestay yang layak di sekitar tempat tersebut, dan tercipta lah Titik Temu atas dasar pengalaman kami menikmati Kota Tua,” Kata Ketua Tim Aditya Wiratama, Sabtu (12/11).

Aditya membuat karya menjadi pemenang tidak sendirian. Adit-sapaan akrab Aditya-memperoleh hadiah pemenang utama uang tunai Rp 50 juta pada 25 Oktober silam, di Kantor Kemenpar bersama rekannya Rizky Rahmadanti dan Dimas Dianggara Putra.

Sayembara yang didukung oleh Badan Ekonomo Kreatif dan Propan Raya itu memang harus jeli agar bisa menjadi pemenang. Begitu juga yang dilakukan Aditya dkk. Kata Adit, secara detail Homestaynya diciptakan agar para wisatawan bisa nyaman dan tertarik menginap.

Adit menjelaskan, dia berpatokan kepada peta konservasi Kota Tua yang dicanangkan menjadi destinasi wisata. Kota Tua memiliki area yang harus dikonservasi yakni bangunan dan objek-objek memanjang sampai ke ujung Pulau Sunda kelapa. ” Agar wisatawan tidak capek jalan, dan tidak terlanjur malas untuk menyusurinya dengan jalan kaki, maka lahirlah konsep kami yakni lokasi Guest House yang tersebar mengikuti jalur titik-titik objek wisata yang di Konservasi. Jadi mereka sambil istirahat langsung menginap,” ujar Adit.

Adit berharap, nantinya Homestay bukan hanya menjadi rumah tinggal wisatawan namun juga menjadi rumah singgah bagi siapa saja yang merasa lelah ketika menyusuri kawasan Kota Tua.

”Disinilah pemilik rumah dan Tamu akan bertemu berbagai macam pejalan kaki yang singgah ke rumah mereka. Dari sana diharapkan ada sebuah interaksi baru yang tercipta, ada informasi yang bisa dibagi bagi si pejalan maupun penghuni rumah tentang perjalanan mereka ataupun cerita si penghuni tentang Kota Tua. Jadi semakin terkenal daerah Kota Tua,” ujarnya.

Untuk desainnya ? Aditya bersama tim juga memikirkan dengan sangat matang dan terkonsep. Kata Adit, desain rumah berasal dari studi mengenai typologi rumah dan bangunan khas yang ada di Kota Tua. Namun timhya juga berusaha terus mengedepankan tentang budaya local Jakarta dengan beragam kultur yang telah masuk dan bercampur.

”Oleh karena itu bangunan didesain dengan konsep menyatukan berbagai ciri dari bangunan khas dari masing-masing budaya tersebut. Yang pertama, sebagai titik temu bangunan dicirikan dengan adanya menara. Hal ini selain sebagai penanda sehingga keberadaannya sehingga mudah di kenali, juga sebagai tempat sirkulasi udara pada atap yang juga bisa kita temui di bangunan-bangunan kolonial di kota tua. Sedangkan atap dan jendela mengadopsi bangunan klenteng yang ada di kawasan petak sembilan yang juga masih menjadi kawasan dengan kultur yang kental di kawasan Kota Tua,” bebernya.

Selanjutnya, imbuh Aditya, dengan luasan yang terbatas, prinsip efisiensi ruang menjadi isu yang penting dalam membangun Home Stay. Melihat objek dikawasan Kota Tua, jembatan kota Intan menjadi salah satu bangunan yang menerapkan efisiensi ruang. Dengan sistem jembatan yang bisa diangkat saat kapal lewat, ruang tersebut menjadi fleksibel dan dapat menyesuaikan fungsinya sesuai kebutuhan. Prinsip itulah yang juga diterapkan pada Titik Temu.

”Rumah selanjutnya menjadi titik temu bagi penghuni, tamu, turis dan masyarakat sekitar yang melewatinya. Poin utamanya di situ,” kata Adit.

Untuk teras atau beranda didesain dengan dinding yang bisa di buka tutup dan berubah fungsinya sesuai kebutuhan. Fungsinya pun disesuaikan dengan budaya dan perilaku masyarakat dari berbagai budaya. ”Fungsi yang pertama Beranda bisa digunakan sebagai toko atau warung bagi pemilik rumah, hal ini mengadopsi kebudayaan orang Tionghoa yang memfungsikan teras sebagai toko di rumahnya. Yang kedua beranda bisa digunakan sebagai teras publik seperti pada rumah kebaya atau rumah adat Betawi dimana teras menjadi ruang tamu publik yang bisa diakses siapa saja tamu yang singgah,” tambah Rizky Rahmadanti.

Lebih lanjut Rizky menambahkan, saat dinding dibuka, fungsinya pun bertambah menjadi tempat duduk yang bisa diduduki pejalan saat melintasinya. ”Namun saat pemilik menginginkan ruang private pun beranda ini bisa ditutup dan berubah fungsinya menjadi ruang dalam yang privat untuk pemilik rumah. Keberadaan Beranda yang terbuka dimaksudkan agar tamu bisa meningkatkan interaksi dengan pemilik maupun masyarakat sekitar.

Namun tamu juga bisa dimanjakan dengan susasana Ruang Tidur yang seperti berada di dalam Menara, sehingga suasana kolonial dan Kota Tua masih tetap dapat dirasakan walaupun sudah di dalam kamar tidur,” jelasnya.

Selanjutnya, imbuh Rizky, isu mengenai ruang terbuka hijau juga penting di kota padat seperti Jakarta. Ruang terbuka hijau menjadi sangat terbatas didesak oleh kebutuhan runag yang banyak di atas lahan yang sempit. Namun Rizky bersama timnya juga terus berusaha menyelesaikan masalah itu dengan menempatkan Taman di tengah Rumah, sehingga menambah resapan air dan juga sebagai sirkulasi udara dan cahaya yang baik seperti pada Rumah Tionghoa dan colonial Belanda.

”Lagi-lagi kami berusaha menyuntikkan program ruang yang sudah diterapkan pada Rumah-Rumah berbagai macam budaya tersebut. Dengan memperhatikan konteksnya, rumah Beranda dengan konsep titik temu dan multikultural diharapkan mampu menjadi bangunan yang mempunyai nilai ekonomi, meningkatkan interaksi sosial dan kebutuhan pejalan kaki akan tempat singgah selama menyusuri Kota Tua, juga memenuhi kebutuhan rumah tinggal yang nyaman bagi tamu atau wisatawan,” jelasnya. (*/dnl)


Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 30 Juli 2016 23:32 WIB
JAKARTA - Diposisikan sebagai Destinasi Halal unggul dalam pentas wisata halal dunia, Aceh pun makin kreatif mendesain event. Disupport Kementerian Pariwisata RI, maka provinsi yang biasa disebut dengan Serambi Mekkah itu semakin bersemangat menggelar kegiatan berskala internasional yang bertajuk Aceh International Rapa’i Festival. Masih cukup waktu, acara ini bakal digelar sebulan lagi, persisnya pada 26-30 Agustus mendatang.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:53 WIB
BALI- Benchmark adalah cara paling cerdas, cepat dan cekatan untuk menjadi yang terbaik. Membandingkan dengan cerita sukses dan kehebatan pesaing, itulah yang diminta Menpar Arief Yahya, kepada semua daerah dalam mengembangkan destinasi pariwisata.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:48 WIB
AZERBAIJAN - Lapis legit yang dikenal dengan nama Spekkoek –bahasa Belanda--, yang khas Indonesia dan ngetop di tahun 90-an rupanya menggoda lidah orang Republik Azerbaijan. Kue berlapis-lapis gelap-terang yang memberi kesan rasa manis di ujung lidah itu jadi favorit warga di negara yang merupakan Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya itu. Kue itu menjadi juara II untuk kategori makanan asing di “The Third International Traditional Sweets Festival” yang digelar di Kota Sheki, Azerbaijan, 21 Juli 2016.
Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 23 Juli 2016 08:56 WIB
JAKARTA - Pergerakan wisatawan nusantara (Wisnus) dari seluruh Indonesia tampaknya bakal mengarah ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan membuat lonjakan dari tanggal 27 Juli hingga 7 Agustus 2016 mendatang. Betapa tidak, NTB akan menjadi tuan rumah event akbar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional ke-26. Perhelatan akbar tingkat nasional tersebut akan dipusatkan di Islamic Center, NTB sebagai arena pembukaan dan penutupan.
Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 30 Juli 2016 23:37 WIB
JAKARTA - Kota Tenggarong di Kutai, Kalimantan Timur punya perhelatan festival budaya yang cukup memikat wisatawan. Namanya Festival Internasional Erau 2016, pesta budaya akbar adat Kutai yang dihelat setiap tahun. Tahun ini, salah satu festival di bekas kerajaan tertua di Indonesia itu akan digelar 20-28 Agustus 2016.
Wonderful Indonesia 2016
Senin, 25 Juli 2016 10:40 WIB
JAKARTA - Pesona kuliner Indonesia tak henti-henti menggoda selera lidah orang seluruh jagat. Tak percaya? Saksikan saja Asian Food Channel, 28 Juli 2016, pukul 20.00 WIB. Aneka rasa kuliner dari spesialis Bali, Jakarta, Lombok, Yogyakarta dan Padang dipastikan siap pamer kenikmatan cita rasa nusantara kepada dunia. Inilah alat promosi dan diplomasi teste untuk mendukung sektor pariwisata yang efektif.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 09:11 WIB
JAKARTA - Kemenpar paham betul, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci dari semua persoalan mendasar di pariwisata. CEO Message ke-5 Menpar Arief Yahya menekankan, memilih orang dulu, baru menugaskan pekerjaan. Istilahnya menentukan “who” dulu, baru menjelaskan “what.” Memastikan siapa driver-nya dulu, baru menentukan arah hendak kemana.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:43 WIB
BATAM - Kepri tak menyia-nyiakan potensi wisata bahari yang sudah diberikan Tuhan di wilayahnya. Masterplan pengembangan gerbang wisata sea zone, coastal zone dan underwater zone sudah mulai disiapkan. Targetnya, dalam tiga tahun, provinsi yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia itu menjadi pintu masuk wisman berbasis bahari di tanah air. “Kami fokus kembangkan bahari, mengubah pemikiran dan strategi dari darat ke laut. Tiga tahun ke depan, Kepri harus jadi gapura wisata bahari Indonesia,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kepri Guntur Sakti, Sabtu (23/7/2016).