Wonderful Indonesia 2016
Homestay Tanjung Lesung Berlantai Tanah, Beratap Daun Kelapa
Homestay Tanjung Lesung Berlantai Tanah, Beratap Daun Kelapa
Pemenang utama Sayembara Desain Arsitek Homestay Nusantara 2016 kategori Tanjung Lesung Banten Edwin Adinata dan khattiya hendarta dengan judul karya New Gateaway to Adventure In The West Edge of Java.

Kamis, 03 November 2016 11:41 WIB
Penulis : Muslikhin Effendy

JAKARTA - Bagaimana dengan konsep homestay desa wisata Tanjung Lesung, Banten? Sang jawara Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016, yang diumumkan 25 Oktober lalu, oleh Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi Kreatif dan PT Propan Raya di Kantor Kemenpar banyak yang mengapresiasi.

Salah satu pemenang utamanya adalah desain berjudul New Gateaway to Adventure In The West Edge of Java. Desain itu karya Edwin Adinata asal Sungai guntung, Riau dan Khattiya Hendarta dari Jakarta. Mereka mampu mempesona dewan juri sayembara nasional tersebut dengan karya yang kaya filosofi. Kontestan sayembaradengan nomor registrasi 00103 itu menjadi pemenang utama untuk kategori destinasi prioritas yang ditetapkan pemerintah yakni Tanjung Lesung, Banten.

”Kami mencoba merancang Homestay desa wisata ini dengan tampak sederhana, namun yang ingin kita suguhkan adalah pengalaman dan alur ruang saat didalamnya, kami jamin wisatawan yang menginap di Homestay desa wisata ini akan merasa nyaman dan betah berlama-lama tinggal,” kata Edwin.

Edwin mengaku sangat gembira karena bisa menjadi pemenang utama dari ratusan peserta yang masuk ikut sayembara tersebut. Apalagi Menpar Arief Yahya sangat serius mempersiapkan sayembara ini. Karya-karya mereka akan dijadikan model di homestay desa wisata yang akan dibangun di 10 top destinasi di tahin 2017.

”Ide dasar kami adalah bangunan yang sederhana, penggunaan material lokal yang tersedia, mengikuti karakteristik bangunan daerah, dan memberi integrasi yang baik secara ruang antar penghuni dan wisatawan yang menginap. Sedang Lantai dasar beralasakan tanah dan batu, lantai atas menggunakan papan pohon kelapa dan panel-panel bambu.

Kedekatan dengan material alam menciptakan kesan hangat dan seimbang di dalam homestay jadi secara garis besar arsitektur yang ingin kita sampaikan berupa ruang yang terangkat, terkesan ringan ,melayang dan menyatu dengan dengan konteks tempat arsitektur itu berdiri,” beber Edwin.

Selain itu, imbuh Edwin, yang paling penting dari desain karyanya tersebut, adalah tetap mengedepankan kepentingan masyarakat asli Tanjung Lesung yang mayoritas merupakan berprofesi sebagai nelayan. ”Kita bentuk seperti panggung, jadi masyarakat masih bisa berjualan hasil tangkapan ikannya di bawah rumah serta dijadikan ruang perjamuan. Selain itu meskipun didesain tanpa menggunakan pengudaraan buatan, namun ruangan dirancang tetap memiliki sirkulasi pengudaraan yang baik dengan material anyaman bambu yang sejuk. Kadar ketipisan dan ketebalannya pun kita pikirkan dengan seksama untuk setiap zona ruangnya,” katanya.

Desain karya Edwin dan Khattiya ini memiliki bagian sebagai berikut: Penutup atap yang dibuat dari pelepah kelapa , rangka atap dari usuk bambu dan reng bambu, kuda-kuda atap dari balok kayu kelapa, pengisi dinding rumah dari panel anyaman bambu, kolom utama rumah dan dinding kamar menggunakan balok kayu kelapa, lantai rumah dari papan kayu kelapa, dan rangka lantai rumah dari balok kayu kelapa.

Bagian bawah rumah didesain untuk menjemur atau menjual hasil panen sayuran dan ikan, dapur dan ruang makan semi-publik. Bagian atas rumah diperuntukan sebagai kamar dan teras semi-privat. ” Dan tingkat transparansi anyaman bambu akan kami tentukan berdasarkan zona privat maupun non-privat. Jadi kenyamanannya terjamin. Serta menurut mereka adanya tantangan menarik dalam setiap konteks site yaitu untuk mata pencaharian sebagian penduduk berupa nelayan yang merupakan mata pencaharian utama yang rangkap juga sebagai petani padi,maka dari itu bangunan ini mencoba untuk mengakomodasi profesi penduduk lokal tersebut,” imbuh pria berkacamata itu.

Sementara itu, Khattiya menambahkan, gagasan utama dengan permainan transparan dinding anyaman bambu yang ringan dan ekonomis, ruang-ruang yang terbuka di Homestay itu akan menciptakan pengalaman ruang yang kaya dengan interkoneksi orang secara interior dan eksterior lantai atas dan lantai bawah.

”Di sekeliling rumah ada serambi yang memberikan keteduhan inti rumah. Morfologi rumah mewarisi ciri-ciri rumah tradisional masyarakat Tanjung Lesung, sedangkan pengembangan hierarki denahnya, berdasarkan hierarki candi yang tersebar di Jawa. Tentu selain itu kami berharap, desain kami bisa mengurangi mereka yang berkeinginan meninggalkan Tanjung Lesung, malahan ikut mengembangkan potensi wisata kampung halamannya sendiri dengan tumbuh bersama Pariwisata Indonesia,” tandas Khattiya. (*/dnl)


Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 30 Juli 2016 23:32 WIB
JAKARTA - Diposisikan sebagai Destinasi Halal unggul dalam pentas wisata halal dunia, Aceh pun makin kreatif mendesain event. Disupport Kementerian Pariwisata RI, maka provinsi yang biasa disebut dengan Serambi Mekkah itu semakin bersemangat menggelar kegiatan berskala internasional yang bertajuk Aceh International Rapa’i Festival. Masih cukup waktu, acara ini bakal digelar sebulan lagi, persisnya pada 26-30 Agustus mendatang.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:53 WIB
BALI- Benchmark adalah cara paling cerdas, cepat dan cekatan untuk menjadi yang terbaik. Membandingkan dengan cerita sukses dan kehebatan pesaing, itulah yang diminta Menpar Arief Yahya, kepada semua daerah dalam mengembangkan destinasi pariwisata.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:48 WIB
AZERBAIJAN - Lapis legit yang dikenal dengan nama Spekkoek –bahasa Belanda--, yang khas Indonesia dan ngetop di tahun 90-an rupanya menggoda lidah orang Republik Azerbaijan. Kue berlapis-lapis gelap-terang yang memberi kesan rasa manis di ujung lidah itu jadi favorit warga di negara yang merupakan Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya itu. Kue itu menjadi juara II untuk kategori makanan asing di “The Third International Traditional Sweets Festival” yang digelar di Kota Sheki, Azerbaijan, 21 Juli 2016.
Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 23 Juli 2016 08:56 WIB
JAKARTA - Pergerakan wisatawan nusantara (Wisnus) dari seluruh Indonesia tampaknya bakal mengarah ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan membuat lonjakan dari tanggal 27 Juli hingga 7 Agustus 2016 mendatang. Betapa tidak, NTB akan menjadi tuan rumah event akbar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional ke-26. Perhelatan akbar tingkat nasional tersebut akan dipusatkan di Islamic Center, NTB sebagai arena pembukaan dan penutupan.
Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 30 Juli 2016 23:37 WIB
JAKARTA - Kota Tenggarong di Kutai, Kalimantan Timur punya perhelatan festival budaya yang cukup memikat wisatawan. Namanya Festival Internasional Erau 2016, pesta budaya akbar adat Kutai yang dihelat setiap tahun. Tahun ini, salah satu festival di bekas kerajaan tertua di Indonesia itu akan digelar 20-28 Agustus 2016.
Wonderful Indonesia 2016
Senin, 25 Juli 2016 10:40 WIB
JAKARTA - Pesona kuliner Indonesia tak henti-henti menggoda selera lidah orang seluruh jagat. Tak percaya? Saksikan saja Asian Food Channel, 28 Juli 2016, pukul 20.00 WIB. Aneka rasa kuliner dari spesialis Bali, Jakarta, Lombok, Yogyakarta dan Padang dipastikan siap pamer kenikmatan cita rasa nusantara kepada dunia. Inilah alat promosi dan diplomasi teste untuk mendukung sektor pariwisata yang efektif.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 09:11 WIB
JAKARTA - Kemenpar paham betul, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci dari semua persoalan mendasar di pariwisata. CEO Message ke-5 Menpar Arief Yahya menekankan, memilih orang dulu, baru menugaskan pekerjaan. Istilahnya menentukan “who” dulu, baru menjelaskan “what.” Memastikan siapa driver-nya dulu, baru menentukan arah hendak kemana.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:43 WIB
BATAM - Kepri tak menyia-nyiakan potensi wisata bahari yang sudah diberikan Tuhan di wilayahnya. Masterplan pengembangan gerbang wisata sea zone, coastal zone dan underwater zone sudah mulai disiapkan. Targetnya, dalam tiga tahun, provinsi yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia itu menjadi pintu masuk wisman berbasis bahari di tanah air. “Kami fokus kembangkan bahari, mengubah pemikiran dan strategi dari darat ke laut. Tiga tahun ke depan, Kepri harus jadi gapura wisata bahari Indonesia,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kepri Guntur Sakti, Sabtu (23/7/2016).