Napak Tilas 611 Tahun Laksamana Tiongkok di Festival Cheng Ho Semarang (bagian-1)
Spirit Akulturasi Tiongkok - Jawa Menghasilkan Budaya Peranakan
Spirit Akulturasi Tiongkok - Jawa Menghasilkan Budaya Peranakan
Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, saat berdandan ala Cheng Ho.

Senin, 01 Agustus 2016 10:35 WIB
Penulis : Muslikhin Effendy

JAKARTA - Rangkaian tradisi perayaan 611 tahun Admiral Zheng He, atau lebih popular dengan sebutan Laksamana Cheng Ho kali ini lebih seru, lebih heboh. Diawali dengan diskusi “Fasilitasi Pengembangan WIsata Sejarah dan Religi, Cheng Ho dan Warisan Budaya” di Hotel MG Suit, Jalan Gajah Mada, Semarang. Diskusi itu ibarat menjadi reminder bagi public akan sejarah dan pengaruh panjang budaya Tiongkok yang terasa sampai sekarang.

Staf Ahli Bidang Multikultur Kementerian Pariwisata, Hary Untoro Drajad membuka diskusi yang diikuti para budayawan, sejarawan, pelaku usaha, industry, akademisi dan unsur pemerintah itu menyebut, konteks lebih penting dari kontens. “Memahami sejarah Cheng Ho itu harus kontekstual. Harus penuh pemaknaan, menengok masa lalu, melihat fakta saat ini, dan memproyeksi masa depan. Bukan hanya text book dan literasi saja,” kata Hary Untoro yang didampingi Lokot Enda, Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kemenpar itu.

Istilah yang sering digunakan oleh Menpar Arief Yahya adalah cultural value dan commercial atau financial value. Sejarah yang dipelajari sebagai ilmu, silakan saja, menjadi science dan cultural value. Tetapi di Pariwisata, sejarah bisa dikemas menjadi atraksi Pariwisata yang menarik setelah digabungkan dengan artefak, bukti peninggalan zaman purbakala, dan legenda atau cerita rakyat yang sudah dipercaya dari mulut ke mulut.

Sejarah bisa dikemas dalam story line yang membuat orang terpikat untuk datang, karena kekuatan cerita. Cerita yang berbasis sejarah, baik itu fiksi maupun non fiksi, bisa menjadi atraksi pariwisata yang khas. Menjadikan sejarah masa lalu dengan segala peninggalan yang masih tersisa, itu punya sensasi yang kuat. “Itulah jawaban mengapa banyak museum di Eropa yang ramai dikunjungi orang. Cerita soal Manneken Pis di Brussels, patung bocah kecil setinggi 61 cm di perempatan jalan di Belgia itu kaya cerita dan membuat orang tertarik datang melihat sendiri patungnya,” kata Menpar Arief Yahya.

Diskusi dengan tiga pembicara itu cukup inspiratif. Taufik Rahzen bertutur soal Implikasi Cheng Ho dan Warisan Budaya. Remy Silado alias Japi PA Tambayong yang berbicara soal Intepretasi Jalur Samodera Cheng Ho sebagai Daya Tarik Wisata Budaya dan Harjanto Halim tokoh komunitas Kopi Semawis yang bercerita soal akulturasi budaya Tiongkok Jawa di Kota Semarang.

Soal sejarah Cheng Ho sendiri, sudah pasti diskusi berlangsung seru, penuh pro dan kontra, dan cukup atraktif. Tetapi yang menarik justru paparan Harjanto Halim bos PT Ulam Tiba Halim, produsen minuman serbuk Marimas itu. Halim yang juga Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Wisata yang biasa disebut Kopi Semawis itu membawa sapu lidi dan celana sarung, baju merah bermotif Tiongkok dan serban Arab.

Apa maksudnya? Sapu lidi ini, rupanya yang akan dipakai oleh sekitar 50 orang anggota Kopi Semawis untuk ikut menjadi penyapu di depan arak-arakan Karnaval Cheng Ho dari Klenteng Tay Kak Sie di Gang Pinggir, ke Klenteng Sam Poo Kong di Gedung Batu, Simongan, Semarang. “Konon, ini punya makna, punya filosofi. Yakni untuk membersihkan diri dari segala sengkolo atau hambatan dan persoalan hidup,” ujar Halim.

Halim juga menjelaskan soal Pasar Gang Baru, Pasar Tradisional dan Tempat Favorit di Pecinan yang direlokasi untuk pemukiman orang Tionghoa sejak tahun 1741 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Dulu mereka berada di Simongan, dekat Sam Poo Kong, tetapi dipindahkan semula di satu wilayah yang dekat Kota Lama, markasnya Belanda, agar mudah memantaunya. “Sampai sekarang pasar Gang Baru ini menjadi pasar tradisional paling hidup budayanya,” kata Halim.

Segala masakan yang berbasis Tiongkok pun banyak ditemukan di sini, karena awalnya memang dari sini. Seperti Leonpia atau dalam sebutan Jawa dilafal Lumpia. Ada kue moci, wingko babad, dan banyak makanan khas yang berasal dari Tiongkok. “Sekarang penjual dan pembelinya lebih banyak orang Semarang, berbaur dalam satu budaya di sana,” kata dia.

Halim juga melihat akulturasi kuat di kesenian, seperti liong dan barongsai yang selalu tampil bersama dalam satu panggung dengan Warak Ngendok. Warak itu, simbul akulturasi, patung binatang berkepala singa (Tiongkok), berleher panjang (Arab) dan bertubuh seperti kambing (Jawa). Tiga kebudayaan yang mempengaruhi Kota Semarang dengan sangat kental. “Dan itu hanya keluar saat sebelum bulan puasa tiba, diarak dalam sebuah karnaval juga sampai ke Masjid Alun-Alun Pasar Johar,” kata Halim yang juga pemilik Sekolah Karang Turi, Semarang itu.

Setiap malam Minggu dan Minggu malam, juga ada street food sepanjang jalan di kamping Pecinan Semarang. Semua jenis makanan ada, dan rasanya original semua, enak-enak. Tempat makan yang mirip Shilin di Taiwan itu sudah hidup sejak lama, dan konsumen atau penikmat warung yang menutup jalan di kota Pecinan lama itu kebanyakan puas dengan cita rasa yang ditawarkan. “Pintu Gerbangnya sudah menggunakan ornament Tiongkok, sumbangan Kemenpar,” kata Halim.

Ketua Yayasan Sam Poo Kong, Mulyadi juga membenarkan analisa Halim itu. Akulturasi juga bisa dia lihat di klenteng Sam Poo Kong. Saat Festival Cheng Ho yang dipusatkan di klenteng itu, ribuan manusia berjubel di sana. Flow dating-pergi orang sampai tengah malam masih ada. Berbaur antara mereka yang menonton pertunjukan kolosal di pelataran tinggi di depan klenteng, dan mereka yang hendak berdoa. “Menyatu saling hormat, saling berbagi, dan semuanya menikmati dengan tertib dan baik,” kata Mulyadi.

Even tahunan perayaan napak tilas Laksamana Cheng Ho, yang dikemas dalam Festival Budaya Cheng Ho di Semarang ini akan berlangsung Sabtu 30 hingga Minggu 31 Juli 2016. Sabtu malam, pukul 00.00 dirayakan dengan pesta kembang api di kompleks Sam Poo Kong itu. Ribuan pasang mata pun menunggu lama sampai duduk-duduk di halaman klenteng yang sangat megah itu.

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain ritual sembahyangan, malam budaya, seminar dan business meeting, serta kirab budaya dari Klenteng Tay Kak Sie ke Klenteng Sam Poo Kong. Kirab pagi ini Minggu, 31 Juli berlangsung heboh. Ribuan warga antusias membawa patung besar Cheng Ho sejauh 6 kilometer dari klenteng di Gang Pinggir, ke klenteng Sam Poo Kong. Perayaan kirab ini memperlihatkan detail-detail bagaimana perjalanan Laksamana Cheng Ho dengan armadanya, termasuk kisahnya saat memutuskan singgah di Semarang.

Cheng Ho bukan hanya tokoh penjelajah Bumi yang mashyur, namun juga seorang penyebar agama Islam yang disegani. Namanya sangat legendaris di tengah-tengah peranakan Tionghoa. Jejak Cheng Ho di Semarang sangat mendalam karena konon keturunan Tionghoa di Indonesia telah bekerja susah payah bersama pribumi untuk membangun Kota Semarang.

Tidak hanya itu, ekspedisi Cheng Ho secara garis besar juga berbuah persahabatan dan ilmu pengetahuan. Pada saat kirab berlangsung, para etnis Tionghoa dapat ikut sembahyang di altar besar Sam Poo Kong ataupun meminum air suci di goa petilasan tersebut. “Saya senang, masyarakat senang, prosesi bagus sesuai rencana, masyarakat terhibur, sudah saatnya destinasi seperti ini dipromosikan ke mana-mana,” ungkap Harry Untoro Drajat. (Bersambung...)


Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 30 Juli 2016 23:32 WIB
JAKARTA - Diposisikan sebagai Destinasi Halal unggul dalam pentas wisata halal dunia, Aceh pun makin kreatif mendesain event. Disupport Kementerian Pariwisata RI, maka provinsi yang biasa disebut dengan Serambi Mekkah itu semakin bersemangat menggelar kegiatan berskala internasional yang bertajuk Aceh International Rapa’i Festival. Masih cukup waktu, acara ini bakal digelar sebulan lagi, persisnya pada 26-30 Agustus mendatang.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:53 WIB
BALI- Benchmark adalah cara paling cerdas, cepat dan cekatan untuk menjadi yang terbaik. Membandingkan dengan cerita sukses dan kehebatan pesaing, itulah yang diminta Menpar Arief Yahya, kepada semua daerah dalam mengembangkan destinasi pariwisata.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:48 WIB
AZERBAIJAN - Lapis legit yang dikenal dengan nama Spekkoek –bahasa Belanda--, yang khas Indonesia dan ngetop di tahun 90-an rupanya menggoda lidah orang Republik Azerbaijan. Kue berlapis-lapis gelap-terang yang memberi kesan rasa manis di ujung lidah itu jadi favorit warga di negara yang merupakan Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya itu. Kue itu menjadi juara II untuk kategori makanan asing di “The Third International Traditional Sweets Festival” yang digelar di Kota Sheki, Azerbaijan, 21 Juli 2016.
Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 23 Juli 2016 08:56 WIB
JAKARTA - Pergerakan wisatawan nusantara (Wisnus) dari seluruh Indonesia tampaknya bakal mengarah ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan membuat lonjakan dari tanggal 27 Juli hingga 7 Agustus 2016 mendatang. Betapa tidak, NTB akan menjadi tuan rumah event akbar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional ke-26. Perhelatan akbar tingkat nasional tersebut akan dipusatkan di Islamic Center, NTB sebagai arena pembukaan dan penutupan.
Wonderful Indonesia 2016
Sabtu, 30 Juli 2016 23:37 WIB
JAKARTA - Kota Tenggarong di Kutai, Kalimantan Timur punya perhelatan festival budaya yang cukup memikat wisatawan. Namanya Festival Internasional Erau 2016, pesta budaya akbar adat Kutai yang dihelat setiap tahun. Tahun ini, salah satu festival di bekas kerajaan tertua di Indonesia itu akan digelar 20-28 Agustus 2016.
Wonderful Indonesia 2016
Senin, 25 Juli 2016 10:40 WIB
JAKARTA - Pesona kuliner Indonesia tak henti-henti menggoda selera lidah orang seluruh jagat. Tak percaya? Saksikan saja Asian Food Channel, 28 Juli 2016, pukul 20.00 WIB. Aneka rasa kuliner dari spesialis Bali, Jakarta, Lombok, Yogyakarta dan Padang dipastikan siap pamer kenikmatan cita rasa nusantara kepada dunia. Inilah alat promosi dan diplomasi teste untuk mendukung sektor pariwisata yang efektif.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 09:11 WIB
JAKARTA - Kemenpar paham betul, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci dari semua persoalan mendasar di pariwisata. CEO Message ke-5 Menpar Arief Yahya menekankan, memilih orang dulu, baru menugaskan pekerjaan. Istilahnya menentukan “who” dulu, baru menjelaskan “what.” Memastikan siapa driver-nya dulu, baru menentukan arah hendak kemana.
Wonderful Indonesia 2016
Minggu, 24 Juli 2016 08:43 WIB
BATAM - Kepri tak menyia-nyiakan potensi wisata bahari yang sudah diberikan Tuhan di wilayahnya. Masterplan pengembangan gerbang wisata sea zone, coastal zone dan underwater zone sudah mulai disiapkan. Targetnya, dalam tiga tahun, provinsi yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia itu menjadi pintu masuk wisman berbasis bahari di tanah air. “Kami fokus kembangkan bahari, mengubah pemikiran dan strategi dari darat ke laut. Tiga tahun ke depan, Kepri harus jadi gapura wisata bahari Indonesia,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kepri Guntur Sakti, Sabtu (23/7/2016).