Home  /  Berita  /  Nasional

Polisi Tembak Mati 6 Pengawal HRS, UAS: Neraka Jahanam bagi Pembunuh Orang Beriman

Polisi Tembak Mati 6 Pengawal HRS, UAS: Neraka Jahanam bagi Pembunuh Orang Beriman
Ustaz Abdul Somad. (int)
Selasa, 08 Desember 2020 18:42 WIB

JAKARTA - Ustaz Abdul Somad (UAS) mengingatkan, pembunuhan 6 Laskar Front Pembela Islam (FPI) pengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) oleh aparat kepolisian bisa menjadi fitnah berkepanjangan bila tidak diusut tuntas.

Dikutip dari Okezone.com, terkait kasus tersebut pembunuhan 6 pengawal HRS itu, UAS menyampaikan tiga poin pernyataan sikap. Pertama, dalam ajaran agama Islam membunuh satu orang sama saja dengan membunuh semua orang. Kemudian, membunuh orang beriman maka balasannya adalah neraka jahanam.

''Audzubillahiminassyaitonnirojim, man qatala nafsan bighayri nafsin faka-annamaa qatala nnaasa jamii'an. Siapa yang membunuh satu orang maka dia sama seperti membunuh semua orang. Waman yaqtul mu'minan muta'ammidan fajazaa'uhu jahannam, siapa yang membunuh orang beriman maka balasannya adalah neraka jahanam,'' ucap UAS melalui video yang dikirimkan oleh Jurnalis Islam Bersatu (JITU), Selasa (8/12/2020).

Ustaz sejuta jamaah itu menyebutkan, dalam agama Islam atau agama manapun tidak ada ajaran untuk membunuh sebagai solusi menyelesaikan masalah. Karenanya, tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.

''Poin kedua, meminta kepada Komnas HAM untuk mengusut tuntas supaya tidak terjadi fitnah berkepanjangan untuk mematikan percikan-percikan api di tengah ilalang kering. Kalau Komnas HAM bertindak, diusut tuntas apa yang sebenarnya terjadi maka Insya Allah, Allah menolong, selesailah masalah,'' jelasnya.

Pascainsiden ini, UAS juga mengajak seluruh bangsa Indonesia tidak terprovokasi serta banyak berdoa kepada Allah. Sebab, seluruh aspek hidup ini sudah diatur oleh-Nya. Tak lupa, ia berpesan agar masyarakat tetap cerdas berpikir dan bermedia sosial.

''Ketiga, kepada seluruh jamaah seluruh bangsa Indonesia agar tidak terprovokasi, cerdas berpikir, cerdas bermedsos, dan banyak berdoa kepada Allah, jangan lupa hidup ini ada yang mengatur, tidak ada satu pun yang luput dari pandangan Allah, tidak ada satu yang lepas dari pengetahuan Allah, Allah tidak tidur,'' tutupnya.

Ada Misi Lain

Sementara mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As'ad Said Ali mengatakan, bila penguntitan atau penjejakan fisik sampai ada kekerasan, apa lagi sampai membunuh, berarti ada misi lain.

Dikutip dari Okezone.com, As'ad Said menegaskan hal itu menanggapi penguntitan yang dilakukan polisi terhadap rombongan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) yang berujung pada pembunuhan oleh terhadap 6 Laskar FPI pengawal HRS, di Tol Jakarta - Cikampek, Senin (7/12) dini hari.

As'ad Said menjelaskan penguntitan atau dalam istilah ilmu intelijen disebut penjejakan fisik (physical surveillance) seharusnya dilakukan.

''Terjadinya aksi kekerasan antara bbrp anggota Polri dg FPI di Karawang, mengusik sy utk berbagi ilmu ttg 'penguntitan'. Istilah yg lazim dalam dunia intelijen adalah 'penjejakan fisik' atau 'physical surveillance'. Tujuannya adalah utk mengetahui keberadaan lawan,'' ujar As'ad Said Ali yang dikutip dari laman Facebook-nya, Selasa (8/12/2020).

Mantan Wakil Ketua BIN yang menjabat selama sembilan tahun di era tiga presiden, yakni era Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati dan Presiden SBY ini, menuturkan, jika penguntitan dilakukan menggunakan mobil, minimal yang digunakan dua kali lipat dari jumlah mobil yang diikuti.

''Kalau lawan curiga, penjejak bisa membatalkan misinya atau menekan lawan untuk menghentikan mobil, tetapi tetap berpura pura tdk menjejaki ybs, misalnya mengatakan ada kesalah pahamanan,'' tulisnya.

Namun jika penguntitan sampai berujung pada aksi kekerasan apalagi pembunuhan, menurutnya ada misi lain.

''Kalau sampai terjadi aksi kekerasan apalagi pembunuhan, maka misinya bukan surveillance, tetapi ada misi lain atau kecerobohan petugas. Walllahu a'lam,'' katanya.

Berdalih Diserang

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran mengatakan, Tim Polda Metro Jaya terpaksa melakukan tindakan tegas dengan menembak mati enam simpatisan HRS karena tim dari kepolisian mendapat serangan terlebih dahulu.Tindakan tegas tersebut dilakukan oleh anggota tim dari Ditreskrimum Polda Metro Jaya di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.

Anggota yang sedang melakukan pengintaian terhadap keberadaan Habib Rizieq tiba-tiba dipepet oleh sebuah kendaraan yang ditumpangi 10 orang yang melakukan pengawalan terhadap HRS.

"Anggota yang sedang melakukan pengintaian secara tiba-tiba langsung dipepet,'' ujar Fadil di Mapolda Metro Jaya, Senin (7/12/2020).

Setelah dipepet, anggota yang berjumlah enam orang tidak hanya dipepet melainkan diserang juga dengan tembakan dan juga dengan senjata tajam. Mendapat perlakuan seperti itu, petugas kemudian langsung membalas tembakan. “Dari 10 orang yang menyerang, enam dinyatakan tewas, sedangkan empat lainnya berhasil melarikan diri,'' ucapnya.

Kata Kapolda, dari tangan pelaku, petugas menyita dua senjata api jenis revolver, satu bilah samurai, satu buah besi pemukul dan 10 butir peluru aktif.

Dibantah FPI

Sekretaris Umum Front Pembela Islam atau FPI Munarman membantah keterangan pihak polisi yang menyebut 6 laskar khusus FPI tewas saat insiden tembak-menembak dengan aparat polisi di Tol Cikampek Senin dini hari.

Dikutip dari Tempo.co, Munarman yakin polisi menggiring enam laskar itu ke suatu tempat dan kemudian menembaknya.

Dituturkan Munarman, salah seorang laskar mengirimkan rekaman suara alias voice note rintihan anggota yang tertembak. ''Ada laskar mengirimkan voice note rintihan dari salah satu laskar kami yang ditembak,'' kata dia saat konferensi pers yang disiarkan channel Youtube eradotid, Senin (7/12/2020).

Sebelumnya, Munarman mengatakan orang tak dikenal menguntit rombongan mobil Rizieq Shihab di dekat pintu Tol Karawang Timur. Laskar FPI yang mengawal Rizieq lantas berupaya melindungi mobil pimpinannya agar tiba di tempat tujuan dengan selamat. Namun, satu mobil berisikan enam anggota laskar menghilang.

Semula, FPI menganggap keenam laskar telah diculik. Namun, Polda Metro Jaya kemarin menyatakan telah menembak enam laskar itu. Polisi mengakui memang menguntit rombongan mobil Rizieq.

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mohammad Fadil Imran menerangkan mobil laskar memepet dan menyerang mobil polisi dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam. Polisi akhirnya melepaskan tembakan yang menewaskan enam anggota FPI.

Enam laskar itu, kata Munarman, tak bisa dihubungi setelah rekaman suara terkirim. Telepon genggam mereka tidak aktif. FPI mencari laskar ke rumah sakit hingga kantor polisi.

''Kami menganggapnya orang hilang. Ternyata ada pengumuman fitnah tembak-menembak itu,'' ujar Munarman.***

Editor:hasan b
Sumber:okezone.com
Kategori:Hukum, Peristiwa, Nasional
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77