Home  /  Berita  /  Internasional

Penembakan Pendeta di Prancis Bukan Aksi Teror, Melainkan Disebabkan Perselingkuhan

Penembakan Pendeta di Prancis Bukan Aksi Teror, Melainkan Disebabkan Perselingkuhan
Tentara berjaga di depan gereja Ortodoks di Kota Lyon, Prancis, usai insiden penembakan pendeta Nikolaos Kakavelakis, pada 31 Oktober lalu. (suara.com)
Senin, 09 November 2020 23:12 WIB

LYON -- Jaksa penuntut menyimpulkan penembakan Nikolaos Kakavelakis (52), pendeta gereja Ortodoks di kota Lyon, Prancis, pada 31 Oktober lalu, bukan aksi teror, melainkan dilatarbelakangi perselingkuhan.

Dikutip dari inews.id, pelaku penembakan yang merupakan warga negara Georgia berusia 40 tahun ditangkap bersama istrinya yang usianya 10 tahun lebih muda pada Jumat pekan kemarin.

Mereka telah menjalani sidang dakwaan di Pengadilan Lyon, Ahad (8/11/2020) malam waktu setempat. Jaksa penuntut, Nicolas Jacquet, membebaskan istri pelaku tanpa dakwaan. Keputusan tersebut diambil setelah perempuan asal Rusia itu tidak terbukti terlibat dalam penembakan di gereja Ortodoks Lyon pada 31 Oktober lalu.

Penembakan itu awalnya menimbulkan kekhawatiran akan aksi teror baru di Prancis terhadap target Kristen setelah terjadi serentetan serangan mematikan dalam beberapa pekan terakhir yang dituduhkan pada kelompok Islam radikal.

Tetapi penyelidikan menunjukkan bahwa motif penyerang di Lyon cukup berbeda. Jaksa penuntut mengatakan, tersangka ''ternyata adalah suami dari seorang perempuan yang selingkuh dengan korban.''

Pelaku mengatakan dirinya menembak pendeta gereja Ortodoks Yunani itu semata ingin melampiaskan kekesalan serta membalas dendam karena korban telah berselingkuh dengan istrinya.

Namun dia mengklaim hanya ingin melukai pendeta, bukan membunuhnya, kata jaksa penuntut dikutip dari AFP, Senin (9/11/2020).

Pendeta Nikolaos Kakavelakis tahun diketahui sudah memiliki istri dan telah mengabdikan dirinya di Gereja Ortodoks Lyon selama satu dekade terakhir.

Dia ditembak dari jarak dekat saat sedang mengunci pintu gereja. Dua tembakan dari pelaku mengenai bagian perut yang menyebabkan korban luka serius.

Sempat koma, pendeta Nikolaos kini telah siuman dan bisa memberikan kesaksian kepada polisi. Dugaan motif cemburu muncul setelah pendeta memberikan ciri-ciri penyerangnya.

Serangan terhadap pendeta itu terjadi dua hari setelah insiden penikaman yang menewaskan tiga jemaat di sebuah gereja di kota selatan Nice. Penyerangan ini awalnya memunculkan kekhawatiran serangan teror lainnya.

Tetapi, para penyelidik dengan cepat memutuskan bahwa penembakan pendeta Nikolaos tidak terkait dengan motif ideologis apa pun, melainkan kasus kriminal langsung.*** 

Editor:hasan b
Sumber:inews.id
Kategori:Hukum, Peristiwa, Internasional
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77