Home  /  Berita  /  Ekonomi

Omzet Turun, PKL Paling Rasakan Dampak Pandemi Covid - 19

Omzet Turun, PKL Paling Rasakan Dampak Pandemi Covid - 19
Pedagang Kaki Lima di Seputaran Lapangan Kantin Wirabraja, Kota Bukittinggi.
Rabu, 28 Oktober 2020 12:59 WIB
Penulis: Jontra
BUKITTINGGI - Dampak wabah Covid -19 juga berimbas pada banyak sektor kehidupan, tak terkecuali lapisan masyarakat bawah seperti para Pedagang Kaki Lima (PKL).

Para PKL ini merasakan kerugiaan signifikan akibat menurunnya pembeli. Gerakan Dirumahaja membuat perekonomian pedagang kaki lima terus merosot.

gosumbar coba melakukan survei ke salah seorang Pedagang Kaki Lima bernama Salman (56) yang berjualan juice dan buah di daerah Sapiran, Kawasan Lapangan Kantin Wirabraja, Bukittinggi, Selasa 27 Oktober 2020.

Salman mengakui dirinya mengalami kerugian akibat sepinya pembeli karena imbas pandemi Covid -19, dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa waktu lalu.

“Untuk sementara ini sepi pelanggan. Pas Corona ini muncul usaha saya sepi banget jarang ada yang beli banyak. Dagangan saya pernah jual belinya cuman satu sampai lima bungkus saja. Saat saya pulang, buah - buahan masih banyak. Pendapatan sama pengeluaran ya otomatis tidak seimbang, alias kebanyakan pengeluarannya karena saya juga mesti bayar sewa tempat untuk jualan,” ucap Salman.

Salman juga bercerita saat masih berjualan normal sebelum pandemi dulu, dirinya masih bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hingga uang jajan untuk belanja anaknya juga masih ada. Namun sekarang, ini dirinya tidak bisa memenuhi semua itu karena perekonomian keluarganya sangat terganggu. Nasib dagangannya jadi tidak menentu akibat kondisi darurat COVID-19 yang tak kunjung usai hingga sekarang ini.

“Kalau penghasilan dari berjualan ini dulu Alhamdulillah masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga, anak saya minta belanja juga uangnya ada, soalnya tiap hari kan berangkat jualan ya, nah sekarang ini kalau gak jualan tentu kebutuhan keluarga saya tidak terpenuhi” ucapnya.

Karena itu, Salman sangat berharap agar Pandemi COVID-19 ini segera berakhir. Selain itu, dirinya juga berharap pemerintah tidak terlalu berlama-lama menerapkan kebijakan Work From Home (WFH) seperti waktu PSBB lalu. Sebab pemberlakuan kebijakan tersebut sangat terasa dampaknya untuk mereka yang menyambung hidup dengan berjualan secara langsung kepada masyarakat.

“Biasanya jualan dan nongkrong sebentar, nanti juga habis dagangannya. Tapi sekarang keluar rumah aja mikir-mikir, ujarnya.

Selain Salman, kondisi ini justru dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk berjualan kebutuhan individu sekarang ini seperti masker kain dan masker scuba. Puluhan Pedagang Kaki Lima yang menjual masker kain kini mulai bermunculan di beberapa persimpangan jalan di Kota Bukittinggi guna memanfaatkan kelangkaan masker medis di tengah pandemi COVID-19.

Salah seorang pedagang masker itu adalah Amin (29). Ia mengungkapkan kalau penjualannya lumayan menguntungkan untuknya. Amin sendiri adalah salah seorang Pedagang Kaki Lima yang berjualan masker di Jalan Sudirman, Bukittinggi.

“Penjualan masker ini lumayan, ya kurang lebih udah 50 an orang yang beli perharinya, tapi jumlah itu terus menurun setiap harinya” ungkap Amin.

Ia menjual berbagai macam masker kain dengan harga berkisar 8 ribu hingga 15 ribu per helai tergantung model maskernya. Variasi masker mulai dari yang polos namun banyak warna yang ditawarkan hingga yang bermotif sablon yang harganya sudah tentu lebih mahal. Selain jualan masker, Amin juga menawarkan sarung tangan berbahan kain seharga 15 ribu dua pasang.

“Biasanya orang beli ya minimal dua masker, tapi ada juga yang beli borongan, mungkin buat dijual lagi atau emang keluarganya yang banyak, ” ujarnya.

Amin mengucapkan sudah dua minggu terakhir ia berjualan masker kain di Jalan Sudirman ini. Sebelumnya ia berjualan aksesoris perempuan di jalan Urip Sumoharjo, namun kini sepi pembeli karena pandemi COVID-19 ini.

“Sekarang dagang aksesoris sepi, jadi ditutup sementara dan berjualan masker aja,” katanya.

Kita pilih bahan juga tidak sembarangan, yang harus menyerap keringat supaya tidak panas waktu dipakai,” katanya.

Seorang pembeli bernama Andry mengatakan ia sangat terbantu dengan adanya pedagang masker kain ini. Pembeli tidak perlu susah mencari masker yang sekarang ini sudah termasuk jadi barang langka.

“Lagian masker kain juga lebih mudah dicuci dan bisa dipakai lagi nantinya. Nggak perlu dibuang-buang juga kayak masker medis yang cuma sekali pakai.” Ucap Andry.

gosumbar menyimpulkan bahwa ada beberapa sektor yang merugi akibat pandemi COVID-19 ini. Seperti contoh di atas, dimana Pedagang Kaki Lima cukup kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari karena terpaksa harus menutup usahanya sampai batas waktu yang tidak menentu.

Namun di samping itu pun banyak Pedagang Kaki Lima yang banting stir untuk tetap menjalankan usaha demi memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun usaha yang dijalankan bukanlah usaha awalnya tapi peluang pasarnya tidak kalah besar. Akibatnya beberapa pelaku usaha yang memanfaatkan situasi ini mendapatkan untung yang lumayan besar, ada berkah tersendiri bagi mereka di tengah pandemi ini. (**)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/