Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
21 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
22 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
3
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
19 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
4
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
Olahraga
20 jam yang lalu
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
5
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
19 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
6
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/
Home  /  Berita  /  Politik

Ziarah ke Makam Para Wali, Gus Jazil Doakan Indonesia segera Bebas Corona

Ziarah ke Makam Para Wali, Gus Jazil Doakan Indonesia segera Bebas Corona
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid saat ziarah ke Makam Wali.(istimewa)
Sabtu, 05 September 2020 20:28 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

KARAWANG - Sebagai wujud syukur atas peran para ulama besar dalam menyebarkan Islam secara damai di tanah Jawa, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid melakukan ziarah kubur ke makam para wali yang telah mendakwahkan agama Islam di wilayah Pantai Utara (Pantura).

Kali pertama makam ulama yang dikunjungi Jazilul Fawaid adalah makam Syekh Quro. Syekh yang menyebarkan agama Islam dan mendirikan pondok pesantren di Karawang, Jawa Barat, pada tahun 1418 Masehi atau 1340 Saka, itu juga memiliki sebutan Syekh Qurotul Ain. Sebutan lainnya adalah Syekh Hasanudin dan Syekh Mursahadatillah.

Di makam yang berada di Pulo Bata, Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Lemah Abang, Karawang, 4 September 2020, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu selama satu jam melafalkan doa agar sang ulama mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah dan keberkahan bagi semua ummat manusia.

Selepas dari makam dari ulama yang suaranya merdu dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran itu, Jazilul Fawaid melanjutkan ziarah kuburnya ke makam Sunan Gunung Jati. Makam dari ulama yang merupakan salah satu dari Wali Songo itu di Astana, Cirebon, Jawa Barat. Astana merupakan wilayah yang berada di antara Gunung Sembung dan Gunung Jati.

Tak heran bila menuju ke makam yang berada di tingkat sembilan, pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu menapaki anak tangga dan melewati sembilan pintu gerbang. Masing-masing pintu gerbang itu memiliki asma atau nama, yakni Gapura, Krapyak, Pasujudan, Ratna Komala, Jinem, Rararog, Kaca, Bacem, dan Teratai.

Sebagai ulama yang dihormati oleh para ulama pendahulu dan saat ini, saat memasuki komplek makam Sunan Gunung Jati, alumni PMII itu melakukan apa yang seperti dilakukan oleh para peziarah lainnya, yakni melepaskan alas kaki. Di depan pusara dari ulama yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat, pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu memanjatkan doa dan tahlilan selama 90 menit.

Gus Jazil mengatakan, ziarah kubur bukan hanya sekadar melakukan ritual ibadah buat diri dan keluarganya saja. "Di setiap makam dari para ulama besar, saya selalu memanjatkan doa agar negeri ini selalu diberkahi oleh Allah," ujarnya.

"Saya juga mendoakan agar kita semua segera terbebas dari wabah Covid-19 beserta dampak-dampaknya," tambahnya.

Ia berharap jangan sampai karena pandemi Covid-19 membuat kita hilang kesabaran, muncul sikap saling tuding bahkan saling menyalahkan. "Para tokoh dan pemimpin  perlu menjaga sikap kebersamaan dan kegotong royongan," harapnya.

Ziarah kubur ke makam para ulama yang dilakukan, menurut Gus Jazil, tidak hanya memanjatkan doa keselamatan, namun dirinya juga belajar bagaimana para ulama dalam menyebarkan Islam dan membimbing ummatnya dilandasi dengan penuh rasa kesabaran. "Tantangan yang dihadapi Sunan Gunung Jati dan Syekh Quro dalam berdakwah pada masa itu pastinya penuh dengan rintangan. Pada masa itu agama yang berkembang di Jawa masih Hindhu dan Budha," tandasnya.

Namun berkat kesabaraan, mampu berakulturasi, dan tetap menghormati kepercayaan dan agama yang sudah ada, dakwah yang dilakukan oleh para ulama itu malah disambut masyarakat dengan sangat terbuka. "Penganut agama Islam pun bertambah," paparnya.

Para ulama, menurut Gus Jazil, berkorban dengan ikhlas dan tulus untuk ummat. "Untuk itu dalam ziarah kubur ini kita ingin meneruskan dan menauladani semangat perjuangan tanpa pamrih untuk kebaikan semua," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/