Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
21 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
22 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
3
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
20 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
4
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
20 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
5
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
Olahraga
20 jam yang lalu
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
6
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/
Home  /  Berita  /  Pesisir Selatan

Sudah Beroperasi Enam Tahun, Pembuatan Kapal Kayu di Lengayang Ternyata Tanpa Izin

Sudah Beroperasi Enam Tahun, Pembuatan Kapal Kayu di Lengayang Ternyata Tanpa Izin
Pembuatan kapal kayu tanpa izin di Lengayang. (Antara / Didi Someldi Putra)
Kamis, 11 Juni 2020 17:49 WIB
PAINAN - Pembuatan berbagai jenis kapal kayu di Kampung Pasar Gompong, Nagari Kambang Barat, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat yang berlangsung sejak enam tahun terakhir ternyata tanpa mengantongi izin dari dinas terkait.

"Kami tidak tahu ada aktivitas pembuatan kapal di sana, dan kami memastikan bahwa kegiatan itu tanpa mengantongi izin," kata Kepala Dinas Perikanan Pesisir Selatan, Andi Syafinal di Painan, Kamis (11/6/2020).

Terkait hal tersebut pihaknya dalam waktu dekat akan turun ke lokasi untuk memastikan kegiatan yang diduga liar itu.

Terpisah, salah satu tukang pembuat kapal di lokasi "Dr", mengaku bahwa ia telah membuat kapal di sana sejak enam tahun terakhir, dengan ukuran kapal bervariasi mulai dari lima hingga 20 gross tonnage.

Sementara lanjutnya asal usul kayu yang digunakan untuk membuat kapal didatangkan di dua lokasi, selain dari hutan di daerah setempat dan juga didatangkan dari Kabupaten Kepulauan Mentawai.

"Khusus untuk kayu merupakan tanggungjawab pemilik kapal, kami tidak tahu kayu ini dibeli pakai dokumen resmi atau tidak," katanya lagi.

Kayu yang berasal dari hutan di daerah setempat didatangkan dengan menghanyutkannya di aliran sungai, sementara jika dari Kabupaten Kepulauan Mentawai diangkut lewat jalur laut.

Kebutuhan kayu per kapal tergantung ukuran, bisa tujuh sampai 15 kubik dengan jenis yang bervariasi pula mulai dari Merantih dan kayu lain.

Satu unit kapal diselesaikan dengan waktu paling cepat empat bulan dan bisa lebih lama tergantung ukurannya.

"Biaya pembuatan per unit kapal mulai dari ongkos tukang, material dan lain-lain paling kecil Rp100 hingga Rp150 juta tergantung juga pada ukurannya," katanya lagi.

Di lokasi terdapat tiga kelompok tukang kapal kayu yang bekerja setiap harinya, masing-masing kelompok memiliki pekerja dua sampai empat orang dan saat ini terdapat delapan unit kapal yang mereka kerjakan. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:Antara
Kategori:Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Ekonomi
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/