Home  /  Berita  /  Nasional

Periode 2018-2019, Indonesia Kehilangan Hutan 462.400 Ha Akibat Konversi dan Karhutla

Periode 2018-2019, Indonesia Kehilangan Hutan 462.400 Ha Akibat Konversi dan Karhutla
Kebakaran hutan pada lahan gambut di Provinsi Riau. (liputan6.com)
Jum'at, 24 April 2020 07:54 WIB
JAKARTA - Selama periode 2018-2019, terjadi deforestasi di Indonesia seluas 462.400 hektare (ha).

Demikian menurut data yang dirilis Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Kamis (23/4/2020).

Dikutip dari Antaranews.com, Direktur Jenderal PKTL Sigit Hardwinarto mengatakan, angka tersebut berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 465.500 ha dengan dikurangi angka reforestasi (hasil pemantauan citra satelit) sebesar 3.100 ha.

Sementara itu, hasil pemantauan hutan Indonesia pada 2019, menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta ha atau 50,1 persen dari total daratan.

''Dari jumlah tersebut, 92,3 persen dari total luas berhutan atau 86,9 juta ha, berada di dalam kawasan hutan,'' kata Sigit.

Angka tersebut, menurut dia, menunjukkan tren deforestasi Indonesia relatif lebih rendah, dan cenderung stabil.

Luas deforestasi tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 162.800 ha, di mana 55,7 persen atau 90.600 ha berada di dalam kawasan hutan dan sisanya seluas 72.200 ha atau 44,3 berada di luar kawasan hutan.

Sebagai pembanding, Sigit mengatakan hasil pemantauan hutan Indonesia di 2018 menunjukkan bahwa deforestasi netto periode 2017-2018, baik di dalam dan di luar kawasan hutan Indonesia adalah sebesar 439.400 ha, yang berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 493.300 ha dengan dikurangi reforestasi (hasil pemantauan citra satelit) sebesar 53.900 ha.

Dengan memperhatikan hasil permantauan tahun 2018 dan 2019, dapat dilihat bahwa secara netto deforestasi Indonesia tahun 2018-2019 terjadi kenaikan sebesar 5,2 persen, namun demikian untuk deforestasi bruto terjadi penurunan sebesar 5,6 persen.

''Hal ini menunjukkan, berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akhir-akhir ini menuai hasil yang signifikan. Berbagai upaya tersebut antara lain penerapan Inpres Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Pengendalian Kerusakan Gambut, Pengendalian Perubahan Iklim, Pembatasan perubahan Alokasi Kawasan Hutan untuk sektor non kehutanan (HPK), Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH/TORA), Pengelolaan Hutan lestari, Perhutanan Sosial, serta Rehabilitasi Hutan dan Lahan,'' kata Sigit.

Akibat Konversi dan Karhutla

Sigit Hardwinarto menjelaskan, berkurangnya tutupan hutan seluas 462.400 hektare pada periode 2+18-2019 disebabkan beberapa faktor, mulai dari konversi hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Sigit Hardwinarto mengatakan, kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya.

Perubahan tutupan hutan, lanjutnya, terjadi dari waktu ke waktu, di antaranya karena konversi hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan, perambahan, dan kebakaran hutan.

Sesuai perkembangan teknologi, perhitungan luas deforestasi sejak periode tahun 2011-2012 merupakan hasil perhitungan deforestasi netto yang sudah mempertimbangkan kegiatan reforestasi. Sementara perhitungan pada periode sebelumnya masih menggunakan deforestasi bruto.

Untuk mengetahui keberadaan dan luas tutupan lahan baik berhutan maupun tidak berhutan, baik di dalam kawasan hutan (hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi) maupun di luar kawasan hutan (areal penggunaan lain), KLHK melakukan pemantauan hutan dan deforestasi setiap tahun.

Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta hektar, baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan, dan berdasarkan penyesuaian terhadap peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang terdapat dalam program Kebijakan Satu Peta (KSP).

Pemantauan ini dilakukan menggunakan citra satelit yang disediakan LAPAN, dan di identifikasi secara visual oleh tenaga teknis penafsir KLHK yang tersebar di seluruh Indonesia.

Secara lengkap pemantauan hutan dan deforestasi Indonesia dapat dilihat dan diunduh di website KLHK https://geoportal.menlhk.go.id dan https://webgis.menlhk.go.id:8080/nfms_simontana/. ***

Editor:hasan b
Sumber:antaranews.com
Kategori:Lingkungan, Nasional
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/