Home  /  Berita  /  Lingkungan

Era Mobik Listrik di Indonesia, Menyiapkan Infrastruktur atau Mematangkan Desain Mobil?

Era Mobik Listrik di Indonesia, Menyiapkan Infrastruktur atau Mematangkan Desain Mobil?
Ilustrasi Autonomous Vehicles, sebuah teknologi lanjutan dari Electric Vehicles | hypersystem.com
Jum'at, 05 Juli 2019 14:29 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Director Strategic & Technology Engineering Development Institut Otomotif Indonesia (IOI), Eko Rudianto, mengungkap adanya kebutuhan untuk memperiapkan infrastruktur mobil listrik di Indonesia guna menjawab tantangan dunia transportasi di masa mendatang.

Sebagai era yang tak bisa dihindari, Indonesia perlu memiliki infrastruktur electric vehicle (EV) yang memadai. Bukan hanya untuk EV produk dalam negeri tapi juga EV yang berasal dari pasar dunia. Kesiapan infrastruktur, hanya satu dari beberapa PR penting lainnya untuk Indonesia memasuki era electric transportation.

Dengan kondisi infrastuktur yang ada sekarang, kata Eko, mobil-mobil listrik bisa terganggu-terkena radiasi elektromagnetik saat mendekati infrastruktur dengan voltase tinggi seperti Trafo, Sutet dan Rel Kereta Api.

"Kalau mobil listrik lewat di situ, ini voltase tinggi bisa 'loncat' ke mobil dan mobil itu bisa 'meledak' baterainya. Jadi hati-hati. Jangankan mobil listrik, mobil biasa saja kalau menyebrang rel kereta api harus hati-hati karena itu memiliki voltase, elektromagnetik yang tinggi," kata Eko saat menjadi pembicara seminar dalam rangkaian HUT ke-16 FORWOT di, Bogor, beberapa waktu lalu.

Terkait hal itu, Kepala Peneliti Kendaraan Listrik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Muhammad Nur Yuniarto berpendapat bahwa, yang harus dibenahi adalah desain mobil listriknya, bukan mengubah infrastruktur yang ada.

Mengutip CNNIndonesia, Nur mengatakan bahwa, saat ini mobil listrik yang dijual di pasaran, logikanya, sudah lolos tes Electromagnetic Interference (EMI) dan Electromagnetik Compability (EMC).

Nur tak menepis jika elektromagnetik bisa saling menginduksi ketika bersentuhan, menimbulkan medan magnet, dan bisa merusak komponen elektronika. Tapi kata Nur, "sebenarnya sudah ada caranya biar tidak jadi induksi, misalnya dikasih isolator alumunium foil untuk mendefleksikan radiasi,".

Menanggapi hal itu, kepada GoNEWS Grup, Jumat (05/07/2019) Eko mengatakan, "Prof Nur (ITS) benar bahwa test Kompatibilitas Elektromagnetik (EMC) dan Rekayasa Interferensi Elektromagnetik (EMI) adalah jaminan syarat lulus sistem Passive Safety Elevtric Vehicle (EV) dari hantaman gelombang elektromagnetik.

Tetapi, kata Eko, "hantaman gelombang elektromagnetik disyaratkan type approval harus dihindari saat driving EV, dengan sistem OBD (On Board Diagnostic), mengkontrol EV akan berhenti secara otomatis,".

Eko menjelaskan bahwa OBD akan menghentikan EV sebelum melewati gelombang elektromagnetik. Sehingga, konsumen akan kecewa jika EV-nya sering mendadak berhenti di tengah jalan, "kalau terlalu banyak sumber gelombang elektromagnetik di jalan,".***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/