Home  /  Berita  /  Politik

MPR Yakin Peralihan Kekuasaan Tak Akan Timbulkan Perpecahan

MPR Yakin Peralihan Kekuasaan Tak Akan Timbulkan Perpecahan
Senin, 25 Maret 2019 16:36 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), meyakini bahwa peralhian kekuasaan dalam Pemilu, Pileg dan Pilpres 2019 tak akan menimbulkan perpecahan.

Hal ini diungkapkan Anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar, Ace Hasan Sadzily, dalam diskusi Empat Pilar dengan tema ‘Konsolidasi Nasional Untuk Pemilu Damai', Senin (25/3/2019) di Media Center Wartawan Parlemen, Gedung Nusantara III DPR RI, Jakarta.

Bahkan ia sepakat dengan penuturan Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nurwahid. Bangsa ini kata dia, sudah memiliki pengalaman berdemokrasi yang panjang. Disebut Pemilu 1999, 2004, 2009, dan 2014, semua berlangsung dengan lancar. Pada tahun 2019, Pemilu yang ada berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Pada tahun ini, Pemilu Presiden dan Legislatif dilakukan serentak.

"Ini bukan sesuatu yang mudah namun menjadi tantangan baru," sebutnya.

Kali pertama Pemilu serentak diharapkan dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Jangan gara-gara Pemilu kita terpecah,' harapnya.

Ia mengatakan, Pemilu adalah mekanisme yang biasa dalam demokrasi. “Mekanismenya diatur dalam konstitusi," tuturnya.

Lebih lanjut Ace Hasan menjelaskan, Pemilu hadir untuk mengatur sirkulasi kekuasaan setiap 5 tahun sekali. "Cara ini disebut sebagai cara yang paling beradab," ungkapnya.

Untuk itulah dalam sirkulasi kekuasaan lewat Pemilu, kita dituntut berpikir jernih dalam memilih pemimpin. Sebagai sarana untuk memilih pemimpin maka mantan aktivis HMI Cabang Ciputat itu mengharap kepada semua agar memanfaatkan Pemilu dengan sebaik-baiknya.

Sebagai peralihan kekuasaan yang beradab maka dalam kampanye diharapkan peserta Pemilu, partai politik dan Capres-Cawapres, menyampaikan visi dan misi. Bila petahana, menurutnya, ia harus menyampaikan apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan 5 tahun ke depan. "Dalam kampanye tentu harus menyampaikan harapan baru," ujarnya.

Dari sinilah alumni UIN Syarif Hidayatullah itu menyebut Pemilu sebagai sarana untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. "Sarana untuk 'fastabiqul khairat'. Bila ini terjadi maka kekhawatiran yang ditakutkan, yakni perpecahan, tak akan terjadi," tandasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) juga memaparkan, bangsa Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam berdemokrasi. Dulu ada anggapan kalau Presiden Soeharto jatuh, bangsa ini akan bubar. Kekhawatiran serupa juga terjadi pada Pemilu tahun 1999 dan saat peralihan kekuasaan dari Presiden Abdurrahman Wahid ke Megawati. Namun ketakutan akan terjadinya perpecahan pada peristiswa-peristiwa besar semua tak terjadi. "Jadi tak benar bila peralihan kekuasaan akan menyebabkan perpecahan," ujarnya.

Untuk itu, pria asal Klaten, Jawa Tengah, ini meminta semua pihak tidak memperbesar ketakutan bila dalam Pemilu 2019 akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bagi HNW, Pemilu adalah peristiwa rutin terjadi setiap lima tahun serta merupakan hal yang biasa.

"Untuk itu kita harus berkontestasi dengan baik," harapnya.

Pada Pemilu 2019, diharapkan semua tak pesimis. Kontestasi yang terjadi pada tahun ini disebut akan mendewasakan  rakyat Indonesia. "Sudah sekian Pemilu seharusnya akan menjadikan kita semakin baik," ucapnya.

Narasumber lainnya, yakni Pakar Politik UIN Syarif Hidayatullah, Ady Prayitno, dalam kesempatan yang sama dengan tegas menyebutkan,  Pemilu bukan perang antaragama, suku, dan golongan. "Cukup sudah bila ada konflik seperti itu," ucapnya.

Untuk itu, dirinya meminta Pemilu sebagai pesta demokrasi yang disambut dengan baik. "Jangan sampai adanya Pemilu membuat kita tak produktif," paparnya.

Dalam Pemilu kata dia, rakyatlah sebagai penentu yang menjadikan atau menggagalkan seseorang pemimpin. Dari sinilah maka peserta Pemilu selalu mendekati rakyat dan membentuk asosiasi yang memwadahi mereka. "Agar disebut dekat dengan rakyat maka Caleg dan Capres melakukan blusukan," bebernya.

Diungkapkan, demokrasi pasca reformasi membawa berkah bagi seluruh rakyat. Pada masa lalu, untuk menjadi Presiden biasanya berasal dari garis keturunan orang yang pernah menjadi Presiden. "Sekarang siapa saja bisa menjadi pemimpin," paparnya.

Sama seperti HNW dan Ace, Ady juga optimis Pemilu 2019 berlangsung damai sebab bangsa ini mempunyai pengalaman dalam berdemokrasi sejak masa lalu.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/