Home  /  Berita  /  Umum
Catatan Perjalanan GoNews.co ke Pulau Derawan

Surga Itu Bernama 'Pulau Derawan'

Surga Itu Bernama Pulau Derawan
Hamparan pulau pasir putih di Pulau Derawan, Kaltim. (GoNews.co)
Sabtu, 17 November 2018 14:41 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
DERAWAN - Tidak disangka, beberapa waktu lalu saya bisa hadir dan berkunjung menikmati keindahan ciptaan Sang Khaliq, yakni salah satu tempat wisata yang cukup menggemparkan bukan hanya dikalangan wisatawan lokal, tapi juga sampai ke telinga wisatawan manca negara.

Lokasi yang saya maksud adalah Pulau Derawan di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Sebelumnya, tidak kebayang saya bisa datang langsung ke pulau ini. Jangankan bayangin, mimpi pun saya tidak pernah.

Selama ini, jujur saya hanya tahu Pulau Derawan dari internet dan media sosial saja. Bahkan ketika ada rencana mengunjungi pulau di ujung utara Indonesia ini, saya pun tidak berusaha mencari tahu lebih banyak mengenai tempat yang akan saya tuju.

Informasi yang saya dapat hanyalah sebatas kata bahwa "Derawan sebuah pulau eksotis di perairan Kalimantan Utara".

Alhamdulillah, kesempatan itu akhirnya datang, salah satu lembaga pemerintah mengajak saya, dan sekitar 30 an jurnalis dari media televisi, online, cetak maupun radio berkunjung ke 'Surga' di Timur Indonesia itu.

Kami berangkat pada hari Jumat dinihari, sekitar pukul 04.25 WIB, dengan maskapai Garuda Indonesia dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan.

Perjalanan dari Soetta ke Balikpapan tidaklah lama, karena hanya memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit. Sesampainya di Balikpapan, kami seperti diburu waktu, hanya sekedar ngopi atau menghabiskan rokok sebatang saja tidak bisa, karena harus buru-buru transit menuju Bandara Redeb.

Maklum, penerbanga pesawat Garuda Indonesia ke Bandara Redab dari Balikpapan, hanya ada dua kali penerbangan. Setelah mengurus transit, kamipun langsung naik pesawat jenis OTR sekitar 45 menit.

Sampai di Bandara Kalimarau, Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Utara, barulah bisa menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi.

Nah, sesampainya di Berau ini, ternyata kami harus melanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil yang sudah disediakan panitia. Ups tenang, jika anda kesana, sudah ada kok mobil taxi atau mobil rental yang siap nganterin.

Dari Bandara, saya langsung menuju Pelabuhan Tanjung Batu di Kecamatan Derawan. Perjalan darat itu ternyata bikin capek juga ya, karena sepanjang perjalanan yang memakan waktu sekitar 3 jam itu memang membosankan, hampir semua pemandangan hanya sungai dan bekas galian tambang batu bara.

Sempat tebesit dalam pikiran saya, "Akh katanya indah, eksotis, kok jadi keluar masuk hutan begini". Namun setelah sampai di Pelabuhan, mata saya langsung terbelalak, "wow... keren banget nih,".

Hingga akhirnya pemandu wisata yang menyambut rombongan kami pun bicara. "Jangan terpana, ini baru pinggirnya saja, karena pulau yang mas-mas tuju, masih sekitar 30 menit lagi menggunakan speedboat," ujarnya.

Sejauh mata memandang, saya hanya melihat hamparan laut denga pantai yang jernih dan indah. Rasa bosan dan stres selama perjalanan darat seketika hilang, dan timbul rasa gairah untuk cepat-cepat sampa ke Pulau itu.

Dari kejauhan nampak pulau kehijauan dikelilingi cincin pasir putih kemilau ditimpa sinar matahari. Dengan dermaga kayu dan rumah-rumah panggung asri khas nelayan di beberapa bagian.

Setelah menempuh perjalanan panjang darat-laut-udara yang totalnya kurang lebih sekitar enam jam, akhirnya saya bakal menikmati surga itu. Sesampainya di Pulau Derawan, rasa takjub itu kembali memenuhi otak saya. "Ya Allah, pantes dulu Belanda, Jepang, dan negara eropa berebut menguasai negeri ini. Subhanallah, selain luas, Indonesia benar-benar diberkahi dengan banyaknya surga-surga alami,".

Disini, fasilitasnya juga sangat lengkap, meski pulau ini terpencil, Pulau Derawan jug menyediakan berbagai fasilitas yang sangat lengkap seperti cottage, peralatan menyelam, speedboat, dan berbagai fasilitas lainnya.

Seperti halnya pulau-pulau berpantai pasir yang masih perawan, Derawan menyajikan pantai bersih dan perairan pantai koral bening tembus pandang. Baru saja menginjakkan kaki di dermaga tempat hotel kami menginap, pemandangan bawah laut yang bisa disaksikan dengan mata telanjang telah menyambut kami.

Gerombolan ikan warna-warni yang wara-wiri dan seekor penyu hijau yang berenang malas, menjadi hidangan pembuka paket wisata ini. Semburat senja yang memancarkan sinar tembaga kehitaman di horizon, membuat saya tidak sabar menanti kejutan apa lagi yang akan dihadirkan esok hari.

Setelah makan malam, saya pun buru-buru beristirahat di Home Stay yang benar-benar nyaman dan bertaraf internasional. Paginya, setelah sarapan pagi, dari Pulau Derawan, kami langsung menuju Pulau Maratua.

Perjalanan ke pulau ini ditempuh sekitar satu jam dengan dikawal sekelompok lumba-lumba yang berloncatan mencari perhatian di kejauhan. Pulau Maratua yang relatif lebih besar dibanding Derawan juga menyajikan keindahan pantai koral, pasir putih serta taman bawah laut yang menakjubkan.

Maratua juga seperti surga bagi para penyelam yang mengagumi dunia di bawah laut. Spot yang ditawarkan cukup banyak. Berbagai spesies seperti penyu hijau, penyu sisik, paus, lumba-lumba, duyung, ikan barakuda, dan beberapa spesies lainnya yang semuanya bisa disaksikan di kejernihan perairan sekitar Maratua. Lagi-lagi saya tidak berhenti bersyukur. "Subhanallah, ini pulau cocok banget buat bulan madu," pikir saya.

Namun sayangnya, pulau ini ternyata dikelola pihak asing, dan disana kami tidak bisa berlama-lam karen harus melanjutkan perjalanan ke Pulau Kakaban.

Sekitar 30 menit, kamipun sampai di Pulau yang terkenal dengan ubur-ubur jinak itu.

Namun sebelum ke pulau yang dikenal dengan danau ubur-uburnya tersebut, kami mampir di pulau karang kecil bernama Kehe Daing yang artinya lubang ikan. Waktu yang kami tempuh sekitar 20 menit. Di tengah pulau karang kecil ini terbentuk danau mungil bening tempat para nelayan menangkap ikan. Menurut pemandu kami, biasanya banyak ikan yang terperangkap di tempat ini dan membuat nelayan tidak harus bersusah payah menangkapnya.

Selanjutnya, kami menuju Pulau Kakaban, yang telah menjadi situs warisan dunia UNESCO, karena memiliki empat jenis ubur-ubur tak menyengat. Pulau Kakaban adalah salah satu destinasi wajib dikunjungi ketika kita mengunjungi gugusan Kepulauan Derawan. Pulau Kakaban merupakan salah satu pulau di antara paket pulau-pulau tujuan wisata seperti Pulau Derawan, Pulau Maratua, Pulau Sangalaki, dan beberapa pulau lainnya.

Dari Pulau Maratua menuju Pulau Kakaban ditempuh sekitar 45 menit dengan speedboat. Untuk mencapai danau yang tersembunyi di balik kerimbunan hutan tropis, wisatawan harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak sekitar 200 hingga 300 meter dari dermaga. Setelah melewati jalanan yang licin, akan ditemui surga yang tersembunyi, sebuah danau berair jernih seluas 390 hektare (ha) di pulau yang memanjang seluas 774,2 ha.

Inilah danau purba di tengah pulau yang berisi ubur-ubur tanpa sengat. Keberadaan ubur-ubur 'ramah' inilah yang membuat Pulau Kakaban dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Ribuan ubur-ubur itu "terjebak" sejak ribuan tahun silam dan berkembang biak.

Untuk wisatawan yang ingin melihat lebih dekat dan bercengkrama dengan ubur-ubur, diwajibkan menggunakan kacamata selam, karena air di danau Kakaban ini rasanya asin dan cukup memedihkan mata.

Berdasarkan data, di dunia ini hanya ada dua tempat yang memiliki ubur-ubur tanpa sengat, yaitu di Pulau Kakaban dan di Pulau Palau, bagian Kepulauan Mikronesia yang terletak di Samudra Pasifik.

Namun dibandingkan dengan danau ubur-ubur di Palau, Danau Kakaban memiliki keunggulan yaitu memiliki lebih banyak jenis uburubur. Palau hanya mempunyai satu jenis ubur-ubur tanpa sengat, yakni Mastigias yang populer dengan sebutan golden jellyfish alias uburubur emas.

Sementara di Pulau Kakaban, setidaknya ada empat jenis ubur-ubur tanpa sengat yang menghuni dan beranak pinak di Danau Kakaban. Keempat spesies itu adalah uburubur bulan Aurelia aurita, uburubur totol Mastigias cf Papua, uburubur kotak Tripedalia cystophora, dan ubur-ubur terbalik Cassiopea ornata. Ubur-ubur totol dan uburubur terbalik paling banyak ditemui.

Karena menjadi salah satu tempat warisan dunia UNESCO, banyak hal yang harus diperhatikan jika kita mengunjungi Pulau Kakaban. Hal yang utama adalah menjaga kebersihan. Pemandu kami juga melarang menangkap atau membawa uburubur keluar habitatnya.

Hal lain yang yang juga penting adalah jangan memakai tabir surya sewaktu berenang di Danau Kakaban. Alasannya, karena bahan kimia yang ada di tabir surya akan mencemari perairan danau dan membahayakan kehidupan ubur-ubur.

Danau Kakaban sendiri berasal dari atol yang terangkat dalam proses jutaan tahun. Atol itu terisi air laut dan kemudian terkombinasi dengan air hujan. Biota yang terkandung di Danau Kakaban begitu khas.

Menurut para peneliti, sengat pada ubur-ubur di Pulau Kakaban tidak sepenuhnya hilang. Namun, sengat ini kemudian melemah setelah berevolusi selama jutaan tahun. Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk menari bersama ubur-ubur ramah ini?

Dari Pulau Kakaban yang sarat pemandangan ajaib, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Sangalaki. Inilah tempat menuntaskan hasrat para penikmat keindahan biota dasar laut dengan ber-snorkeling. Perairan yang tenang membuat kita bisa menikmati berbagai macam spesies ikan dan makhluk laut dari yang berbentuk indah, lucu, hingga menakutkan.

Pulau Sangalaki juga merupakan tempat bertelur utama bagi penyu hijau di kawasan Asia Tenggara. Pada malam hari bisa ditemui puluhan penyu yang datang. Setiap tahunnya total ada lebih dari 3.700 penyu yang mampir ke pulau ini.

Jika Anda beruntung, di perairan Pulau Sangalaki ini menurut pemandu, bisa bertemu dengan gerombolan ikan Pari Manta. Ikan yang berbentuk seperti layanglayang ini bisa mencapai bentang lebar 7 meter. Ikan langka ini banyak ditemui di perairan Pulau Sangalaki karena banyak tersedia plankton yang merupakan makanan ikan raksasan tersebut. Sayangnya, kami tidak menginap di pulau ini.

Belum habis kami mengeksplor keindahan perairan Kepulauan Derawan dari pulau ke pulau, kami diajak mengunjungi pulau pasir putih bersih yang memanjang di sebelah Pulau Derawan. Pulau ini hanya pulau pasir yang menyembul seluas sekitar 300 hingga 500 meter persegi. Namun, pasirnya yang putih bersih dan lembut, membuat kita tergoda untuk bermain-main dan menginjakkan kaki telanjang di atasnya.

Nama pulau pasir ini adalah Gusung Sanggalau. Pulau kecil dengan hamparan pasir putih itu hanya muncul disaat laut sedang surut. Para wisatawan bisa bermain pasir sepuasnya di sana dan menikmati suasana yang bikin kening anda berkerut, karena takjub dengan keindahannya.

Tiba dilokasi, kami pun menyia-nyiakan kesempatan langka itu. Satupersatu mengeluarkan ponsel dan cameranya untuk berfoto-foto ria. Lantas apa istemewanya Pulau Gusung Sanggalau, di Derawan ini? Yang menjadikan pulau ini unik dan istimewa adalah gundukan pasir di sini akan muncul jika air laut sedang surut tapi jika air laut sedang pasang maka pulau ini akan hilang tertutup air laut.

Gundukan pasir di pulau ini juga disebut sebagai Gosong Pasir. Entah darimana nama Gosong Sanggalau ini berasal, namun dari cerita warga sekitar, mungkin diakibatkan karena cuaca panas di tempat ini membuat kulit para pengunjung bisa gosong dan galau, maka jadilah Gosong Sanggalau.

Lokasi Gosong Sanggalau sangat dekat dari Pulau Derawan. Jadi cukup naik speedboat beberapa menit saja, kami sudah sampai di pulau berpasir putih Gosong Sanggalau.

Uniknya lagi, di Pantai pulau Gosong Sanggalau ini juga ada pedagang dadakan, yang menjajakan jajanan ringan seperti mie instan, gorengan, dan kopi.

Pedagang ini muncul ketika melihat ada kapal speedboat melintas dan menuju pulau tersebut. Dengan meja dan tenda alakadarnya, pedagang inipun langsung menjajakan dagangannya. Namun jika pengunjung sudah sepi atau kembali ke penginapan, maka pedagang tersebut secara otomatis juga akan menutup lapaknya.

Para wisatawan disana juga bisa lebih leluasa mencari sudut-sudut terindah untuk mengambil foto. Panorama pasir putih tak berujung di kelilingi air pantai berwarna hijau tosca benar-benar mempesona, membuat siapapun betah berlama-lama disini, tidak ada rasa galau sama sekali. Warna langit mulai menjelma jingga. Perlahan mentari kembali keperaduanya. Dan dengan berat hati kami harus meninggalkan Pulau Gosong Sanggalau.

Nah, jika anda sedang berada di Pulau Derawan jangan lupa menyempatkan untuk mampir di Gosong Sanggalau, jika tidak, anda pasti akan menyesal. Namun ingat, anda harus bertanya jam-jam berapa saja pulau itu akan muncul, sebelum memutuskan pergi ke sana.

Puas mengunjungi pulau-pulau di perairan Berau, kami pulang kembali ke Pulau Derawan. Pulau ini juga menawarkan berbagai barang kerajinan yang tersedia di pasar seni. Namun tidak seperti di Bali, Pangandaran, atau wisata pantai lainnya, toko-toko suvenir di Pulau Derawan tidak terlalu banyak.

Pulau Derawan sendiri dihuni sekitar seribu penduduk dengan 499 kepala keluarga. Karena wilayah pantai, berbagai makanan yang disajikan pun tidak jauh dari aneka ragam masakan laut. Dari mulai ikan bakar, sate cumi, sop ikan, gulai ikan, dan berbagai macam masakan ikan-ikanan. Tapi jangan khawatir, rasanya cukup akrab di lidah.

Mengapa namanyan Derawan? Menurut cerita penduduk setempat, kata Derawan sendiri berarti perawan, yang mengisahkan legenda tentang seorang gadis yang akan menikah, namun batal karena rombongan diterjang badai. Sang gadis perawan akhirnya menjelma menjadi sebuah pulau yang dinamai Derawan.

Bagi calon wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Derawan bisa menggunakan pesawat Garuda Indonesia atau Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan Balikpapan. Kemudian dilanjutkan ke Bandara Kalimarau, Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Utara, dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Catatan Perjalanan Muslikhin Jurnalis GoNews.co ke Pulau Derawan

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/