Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Kisah Heroik Petugas ATC Bandara Palu yang Tewas demi Tuntaskan Pesawat Lepas Landas saat Gempa

Kisah Heroik Petugas ATC Bandara Palu yang Tewas demi Tuntaskan Pesawat Lepas Landas saat Gempa
Sabtu, 29 September 2018 16:35 WIB
JAKARTA - Momen dramatis dialami oleh Capt Ricosetta Mafella, pilot penerbangan Batik Air penerbangan ID6231.

Pesawat Airbus A320 yang diawakinya tinggal landas (takeoff) saat gempa bumi melanda Palu pada Jumat (28/9/2018) petang lalu, sebelum menara ATC bandara roboh.

Pesawat ini menjadi pesawat terakhir lepas landas dari Bandara Mutiara Al Jufri Palu, sebelum kawasan ini dilanda gempa yang merobohkan menara ATC dan menewaskan petugas yang membimbingnya lepas landas.

Petugas tersebut adalah  Anthonius Gunawan Agung, yang tewas usai menjalankan tugasnya membimbing Batik Air nomor penerbangan ID6231 mengudara.

Cerita tersebut beredar di sejumlah grup percakapan instan, KompasTekno telah menghubungi Capt. Fella pada Sabtu (29/9/2018) pagi dan mendapat izin untuk menuliskannya. Kisah ini juga dituliskan Birgaldo Sinaga di akun facebooknya.

Diceritakan oleh Capt Fella, hari itu adalah hari terakhirnya terbang di Batik Air, lusa ia sudah kembali ke Lion Air (Batik Air dan Lion Air tergabung dalam Lion Group). Saat di Bandara Mutiara, Palu, sesaat sebelum keberangkatan, Capt. Fella meminta quick handling, sesuatu yang tidak biasa ia minta kepada ground handling. "Entah kenapa kayak diingetin harus buru-buru terbang," tulisnya.

Penerbangan Batik Air ID6231 melayani rute Palu-Makassar, dijadwalkan terbang pada pukul 5.55 waktu setempat. "Pilot Batik Air ID 6231.. Allowed to take off.. Copy", ucap Agung dari menara ATC Bandara Mutiara Al Jufri, Palu. "Copy. Crew attendant.. Air flight ready to take off", ucap pilot Capt. Ricosetta Mafella, dari ruang kemudi.

Saat mendapat izin untuk takeoff, pesawat mulai rolling di runway, Capt Fella merasakan pesawat bergerak ke kanan dan kiri, getaran terasa mendatar, bukan vertikal.

Ia belum menyadari bahwa apa yang dialaminya saat rolling untuk takeoff itu adalah gempa yang sedang melanda di bandara Mutiara, Palu. "Tetapi karena di cockpit fokus untuk airborne phase, jadi tetap dilaksanakan karena gak mengganggu," tulisnya.

Pada mulanya, Capt Fella mengira goyangan itu disebabkan oleh permukaan runway yang bergelombang. Setelah pesawat mengudara, awak Batik Air ID6231 menghubungi tower, sesuai prosedur yang berlaku. Namun saat itu sudah tidak ada jawaban dari menara ATC bandara Palu.

Panggilan ke tower ATC Palu dilakukan beberapa kali, namun tetap tidak ada jawaban. Rupanya, saat itu, tower ATC bandara Palu sudah roboh akibat guncangan gempa, namun hal itu belum disadari awak Batik Air ID6231.

Saat pesawat mencapai ketinggian antara 2.000-3.000 kaki, dan checklist setelah takeoff selesai dilakukan, Capt. Fella melihat gelombang-gelombang aneh di pesisir pantai Palu.

Ia pun mengaku sempat merekam video pendek gelombang tersebut. Namun masih belum sadar apa yang terjadi. "Tahu ada gempa setelah ada info di radio," tulis Capt. Fella.

Akhirnya, semua kru penerbangan diberi tahu kalau mereka adalah pesawat terakhir yang terbang dari Palu, persis saat gempa terjadi. Penelusuran KompasTekno dari situs Flightradar24, penerbangan Batik Air ID6231 pada 28 September, tinggal landas dan tertangkap radar pada pukul 18.17 WITA.

Sementara gempa bumi yang terjadi di Donggala, Palu dan sekitarnya, tercatat oleh BMKG pada pukul 18.02 WITA.

Dalam tulisan Birgaldo, disebutkan sebenarnya sebelum menuntaskan tugas membimbing Batik Air nomor penerbangan ID6231 mengudara, teman-teman Agung sudah mengingatkan ada gempa.

Namun Agung bertahan menuntaskan tugasnya. Ini postingan Birgaldo: Patriot Bangsa Anthonius Gunawan Agung "Pilot Batik Air ID 6231.. Allowed to take off.. Copy", ucap Agung dari menara ATC Bandara Mutiara Al Jufri, Palu. "Copy. Crew attendant.. Air flight ready to take off", ucap pilot Capt. Ricosetta Mafella, dari ruang kemudi.

Pesawat Batik Air itu mulai bergerak perlahan lalu melaju semakin kencang.Brrakkk... Bummmm.. Brakkk... Bummm...

Tetiba gempa berkekuatan 7.7 skala richter mengguncang Palu. Bandara Mutiara Al Jufri ikut terguncang. Puluhan orang berteriak ketakutan sambil menyelamatkan diri keluar dari dalam gedung bandara. Petugas menara control bandara, Anthonius Gunawan Agung juga merasakan getaran gempa yang mengguncang menara air traffic controller.

Agung dalam posisi bertugas memandu pilot Batik Air untuk lepas landas dari landasan. Saat itu jam menunjukkan pukul 17.55 Wita. Saat gempa terjadi, pesawat masih bergerak kencang di landasan terbang . Pesawat belum terbang penuh. Roda pesawat masih tampak di badan pesawat. Belum menutup.

Sementara di bawah menara, banyak teman2 Agung berteriak ada gempa. Mereka berteriak meminta Agung agar turun dari menara. Agung tidak bergeming meski goncangan tempat duduknya semakin keras. Ia kukuh bersikap tenang memandu pilot Batik Air. Tugas harus dituntaskannya. Memastikan roda pesawat Batik Air masuk dalam badan pesawat. "Safe flight Batik Air..Take care", ucap Agung menutup komunikasinya dengan Pilot Batik Air yang sudah posisi aman mengudara.

Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih. Brakk.. Brummm...Menara ATC roboh. Agung terlambat menyelamatkan diri. Ia tewas dalam tugas mulia untuk memastikan semua penumpang dan pilot benar2 sudah mengudara dengan aman.

Ia menjadi patriot yang sungguh2 mengemban tugas sepenuh tanggung jawab meski harus kehilangan nyawanya sendiri. Kami menaruh hormat dan bangga padamu kawan..Selamat jalan Pahlawan.. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa menerima arwahmu dalam damai dan tenang. Salam hormatBirgaldo Sinaga. ***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:kompas.com
Kategori:Pemerintahan, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77