Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Halal Bihalal HMI se-Jawa Barat, Ferry Mursyidan Baldan: Jangan Gara-gara Medsos Silaturahmi Kita Putus

Halal Bihalal HMI se-Jawa Barat, Ferry Mursyidan Baldan: Jangan Gara-gara Medsos Silaturahmi Kita Putus
Minggu, 22 Juli 2018 17:16 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Seiring perkembangan zaman pada era digital, kehadiran Media Sosial (Medsos) memang berdampak sangat luas. Bahkan dengan hadirnya medsos, kita bisa menemukan kembali sahabat, kerabat maupun teman yang sudah lama berpisah.

Namun, tak sedikit juga pengaruh negatif juga timbul dari medsos. Hal ini pulalah yang diungkapkan mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang, serta mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional yang menjabat dari 27 Oktober 2014 hingga 27 Juli 2016 pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, Ferry Mursyidan Baldan.

"Sekarang ini memang sudah serba maju dalam kehidupan kita yang revolusioner, antara lain adalah soal peran dan ketergantungan kita pada IT termasuk perangkatnya. Betapa kita seolah dimanjakan dengan perangkat IT, dinyamankan bahkan juga dinina bobo-kan. Kita dimanjakan karena seolah 'Dunia ada dalam genggaman'. Tapi terkadang kita melupakan nilai dasar dalam kehidupan. Sebagai gambaran saja, Perangkat IT yang seharusnya menjadi tools yang memperkuat silaturahmi, malah menjelma menjadi 'perenggang' Silaturahmi," ujar Ferry Mursyidan Baldan dalam sambutanya di acara Halal Bihalal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Jawa Barat, Minggu (22/7/2018) di Masjid Sunda Kelapa.

Dengan demikian kata dia, apakah hal itu terjadi begitu saja, dan akan menyalahkan perangkat IT? Apa sesungguhnya yang sedang terjadi dalam kehidupan kita?

Sekarang ini kata dia, kita menjadi jarang untuk silaturahmi dengan cara tatap muka, tradisi untuk ricek atau konfirmasi terhadap suatu informasi menjadi sangat langka.

"Sangking engganya bertemu dan hanya mengandalkan medsos, bahkan kita tanpa sadar menjadi 'penyebar' berita tidak benar atau Hoax. Kondisi ini menjadi rawan, bahkan mengancam kemuliaan dan kehebatan Silaturahmi sebagaimana dipesankan dalam Islam. Kita menjadi sangat mudah untuk mempercayai berita/informasi yang belum terbukti kebenarannya," ujar mantan anggota Komisi II DPR RI, periode 2004-2009 sekaligus Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Pemilu itu.

Dalam konteks itulah kata dia, acara silaturahmi Alumni Sabang17 diselenggarakan. "Kami ingin meneguhkan untuk menjaga nilai dan spirit silaturahmi Alumni HMI. Penyelenggaraan acara ini sekaligus merefresh kualitas dan kadar silaturahmi," tandasnya.

Terlebih lagi lanjutnya, saat memasuki tahun politik.Karena pelaksanaan Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif tidak lama lagi akan digelar. Pemilu sebagai ajang kontestasi katanya, tentu menghadirkan ruang kompetisi bagi para Peserta Pemilu.

"Dan tak kalah menariknya adalah kontestasi para pendukung peserta Pemilu, termasuk juga Alumni yang tentu memiliki pilihan yang berbeda. Dalam kaitan dengan topik yang disampaikan Para inisiatif acara silaturahmi ini, ada pesan kuat untuk mengukuhkan kadar dan kualitas dilaturahmi Pasca HMI yang seharusnya terus meningkat. Tantangan itu hadir di tengah putaran dan riuh rendah tahun Politik 2019," tandasnya.

Pokok persoalan sesungguhnya katanya, bukan semata pada Pasca HMI nya, tapi justru terjadi ketika ada ruang kebebasan untuk melakukan pilihan, sekaligus ruang bebas dalam mengekspresikan pilihan masing-masing melalui Sosmed yang memang tersedia.

"Sehingga tidaklah aneh jika berbagai sosmed yang berisi Alumni HMi begitu semarak. Sebagai Ruang ekspresi kebebasan, maka tidaklah mengejutkan, jika terjadi perdebatan Alumni HMI dengan berbagai perbedaan pilihan terjadi di SosMed. Tantangan dan 'godaan' pada tahun politik, khususnya dalam Pemilu Presiden (Pilpres) terhadap Silaturahmi Alumni HMI Harus dimaknai sebagai ujian terhadap kadar relasi Alumni," urainya.

Ia juga mengimbau agar perbedaan pilihan tidak sampai mencederai silaturahmi apalagi sampai merusak bahkan menghancurkan 'bangunan' yang telah berdiri puluhan tahun.

"Catatan diatas hanya sekedar rambu yang mengingatkan kita untuk menjaga dan mengembangkan silaturahmi, yang tidak boleh terganggu oleh sebuah perhelatan Politik. Bukankah Alumni HMI adalah sosok yang terbiasa dan memilki kesadaran tinggi akan sebuah perbedaan," tanya dia.

Secara struktural, HMI kata dia, sudah mengajarkan pada arti sebuah perbedaan, adanya struktur komisatiat sampai PB, atmosfir Konpetcab dengan pengelompokkan keanggotaan berdasarkan program studi atau atmosfir Kongres dengan pengelompokkan anggota berdasarkan Cabang, yang terus terasah dalam sebuah Kolaborasi Pengurus Cabang, Badko dan PB HMI.

"Keragaman Profesi Alumni merupakan suatu yang given dalam interaksi Pasca HMI, yang justru menantang kita untuk membangun kolaborasi dan sinergi dalam suatu Jaringan menyeluruh, yang saling menguatkan, saling mensupport, saling menguatkan dan Saling menjaga jaringan Alumni, denga prinsip dasar, jika tidak dapat membantu, minimal tidak mengganggu," tuturnya.

Kesadaran untuk terus menjaga silaturahmi, lanjutnya, adalah fitrah 'ke-alumni-an' bagi setiap kader HMi Pasca berakhirnya status keanggotaan seorang kader. "Kesadaran ini dalam kesehariannya sering terlontar melalui kalimat simbolik himpunan, alumni, hijau hitam, yakusa, untuk menanyakan seseorang di dalam lingkungan Profesi atau suatu instansi," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/