Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Katy Perry Tampil Memukau di Video Lip Sync Lagu Sabrina Carpenter 'Espresso'
Umum
24 jam yang lalu
Katy Perry Tampil Memukau di Video Lip Sync Lagu Sabrina Carpenter Espresso
2
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
11 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
7 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
5 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
5
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Sepakbola
4 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Kisah Bamsoet saat Jadi Wartawan, Kesulitan Ketemu Narasumber Hingga Wawancara Menteri di Toilet

Kisah Bamsoet saat Jadi Wartawan, Kesulitan Ketemu Narasumber Hingga Wawancara Menteri di Toilet
Acara buka bersama Ketua DPR RI, dengan Koordinatoriat wartawan Parlemen. (GoNews.co)
Sabtu, 09 Juni 2018 11:39 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Menjadi seorang wartawan atau jurnalis memang tidak mudah. Selain dituntut profesional, pewarta ini juga dituntut disiplin, kerja keras, dan pantang menyerah.

Hal ini juga yang pernah dialami Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo saat masih menjadi wartawan media cetak era Presiden Soeharto.

Selain kendala alat komunikasi, pada saat itu Bamsoet juga sering terkendala dengan narasumber. Pasalnya, pada era orde baru, tidak semua pejabat bebas bicara dan mau memberikan keterangan.

Hal ini diceritakan Bamsoet saat menggelar buka puasa bersama dengan koordinatoriat Wartawan parlemen, di kediamannya, Jumat (8/6/2018).

Ia pun menceritakan pengalaman serta kenangannya terhadap wartawan senior Derek Manangka yang ketika itu menjabat redaktur Harian Prioritas dan baru saja meninggal dunia akibat serangan jantung tiga pekan lalu.

Saat itu Bamsoet masih menjadi wartawan pemula yang penuh perjuangan dalam mengejar dan menunggu narasumber.

"Suatu waktu, saya kembali ke kantor. Tapi kemudian sama Bang Derek di pager (alat komunikasi sebelum ada telepon genggam). Bambang, kamu jangan pulang dulu. Kamu kejar menteri yang menangani masalah ekonomi. Minta konfirmasi. Infonya ekonomi kita sedang gawat. Ini A1, kamu kejar ya sampai dapat. Jangan kembali ke kantor kalau belum dapat," tutur Bamsoet.

Bamsoet kemudian menuju kantor Menkeu di lapangan Banteng, karena disitu sedang ada rapat terbatas. Saat itu tidak ada satupun menteri yang bersedia keluar untuk melayani wartawan. Salah satu cara mendapat info itu adalah menunggu di dalam toilet, karena para menteri pasti akan ke toilet pada saat-saat tertentu.

"Saya bingung juga gimana dapatnya, kan mereka sedang rapat. Ah tungguin aja di toilet. Pasti mereka akan kesitu juga nanti," kata Bamsoet terkekeh.

Akhirnya salah satu menteri yaitu Joop Ave (saat itu menjabat Menteri Pariwisata) keluar untuk buang air kecil. Di dalam toilet, Bamsoet berhasil mendapatkan secara eksklusif soal info ekonomi Indonesia sedang gawat saat itu.

"Yang penting, jadi wartawan harus semangat dan jangan mudah menyerah. Pasti akan dapat info yang kalian kejar," ujar Bamsoet.

Pada acara buka bersama itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo juga menyinggung soal profesionalisme jurnalis.

Untuk itu, dia pun mengaku siap memfasilitasi uji kompetensi wartawan parlemen dengan Dewan Pers.

Semangat Bamsoet untuk memfasilitasi uji kompetensi wartawan parlemen berawal dari keluhan wartawan yang selama ini mereka dituntut mempunyai sertifikasi. Tetapi, ternyata banyak perusahaan pers yang tidak membiayai, sehingga dibebankan ke wartawan itu sendiri secara pribadi.

"Sekarang ini, kita wartawan dituntut harus mempunyai sertifikat wartawan melalui uji kompetensi di dewan pers. Tetapi, biaya untuk ikut itu kan mahal. Sementara dari kantor tidak bisa atau tidak mau membiayai. Ini menjadi masalah bagi kami," ujar seorang wartawan saat sesi tanya jawab setelah buka puasa.

Bamsoet pun kaget. Karena ternyata dari wartawan yang hadir, banyak yang belum mempunyai sertifikasi sebagai wartawan. Padahal, perusahaan mereka bekerja sudah mempunyai sertifikasi sebagai perusahaan pers.

"Oke, nanti silakan didata ya untuk teman-teman yang meliput di DPR yang belum ikut uji kompetensi. Nanti saya fasilitasi. Jadi nanti bisa bareng-bareng semua ujiannya," ujar Bamsoet yang langsung disambut tepuk tangan.

Seperti diketahui, biaya untuk mengikut uji kompetensi wartawan sejauh ini rata-rata hampir Rp 3 juta. Biaya inilah yang menjadi hambatan para wartawan untuk ikut ujian, terutama atas biaya sendiri.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/