Home  /  Berita  /  Umum

Serius Nyaleg di Usia 60 Tahun, Ini Cita-cita Penulis Buku dan Pensiuan Guru di Dayun Siak

Serius Nyaleg di Usia 60 Tahun, Ini Cita-cita Penulis Buku dan Pensiuan Guru di Dayun Siak
Komaryatin saat menjabat Kepala Sekolah SMUN 1 Dayun dan mendapat penghargaan dari Bupati Siak. (dok. GoRiau.com)
Senin, 23 April 2018 00:40 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
SIAK - Komaryatin, wanita paruh baya asal Jawa Tengah yang sudah menetap bertahun-tahun di Kabupaten Siak, Riau, dan pernah menjadi kepala Sekolah Menengah Umum (SMU) di Dayun Siak mengungkapkan keseriusannya maju menjadi wakil rakyat.

Keseriusan wanita yang sudah berusia 60 tahun itu, ia tunjukkan dengan mendaftarkan diri di bursa caleg partai Demokrat Siak.

Komrayatin, yang juga dikenal sebagai penulis buku dan sudah sering mendapat penghargaan dari Pemkab Siak itu, mendaftar sebagai caleg DPRD Siak bukan tanpa alasan.

Profesi yang ia geluti bertahun-tahun sebagai tenaga pendidik, tentunya ia sangat paham dan tahu bagaimana suka dan duka para guru di Siak dan Riau pada umumnya. Ya.. memperjuangkan nasib para guru, adalah alasan pertama dan penyemangat baginya untuk maju dalam pemilu 2019 mendatang.

"Meski secara keseluruhan dunia pendidikan sudah lebih baik dari tahun ke tahun, tapi masih ada kekurangan dan perlu diperjuangkan," ujarnya kepada GoNews.co, Minggu (22/4/2018).

Berpuluh-puluh tahun menjadi guru ia sudah kenyang dengan asam garam kehidupan baik sebagai seorang tenaga pendidik maupun sebagai ibu wali murid dari anak-anaknya.

Ada kegalauan dihatinya yang ia tumpahkan dalam sebuah buku. Sudah beberapa buku berhasil ia tulis dan ternyata mendapat respons yang luar biasa bagi masyarakat. Bahkan buku-bukunya juga diapresiasi Bupati Siak Syamsuar kala itu.

Maraknya kekerasan di dunia pendidikan juga tak lepas dari pemikirinya. Komaryatin pun menyampaikan keprihatinan mendalam atas berbagai kasus kekerasan yang terjadi di sekolah, yang mencoreng dunia pendidikan.

Mulai dari kasus kekerasan fisik, kekerasan psikis, sampai kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah. Mulai dari pemukulan sampai penghukuman tak wajar.

"Beberapa tahun terakhir, bahkan baru kemarin kembali terjadi kekerasan dalam dunia pendidikan. Bukan hanya murid yang jadi korban, bahkan guru pun ada yang meninggal dunia karena ulah sang murid. Ini harus dicarikan solusinya. Saya sebagai mantan guru ingin sekali merubah semua kekacauan ini. Jika terpilih dan diberi amanah menjadi wakil rakyat, tentu ini yang akan saya perjuangkan," tandasnya.

Ia pun mendorong adanya pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan peserta didik, mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) sampai SMA/sederajat. "Sedari dini anak harus dididik untuk melindungi tubuhnya agar tidak disentuh oleh orang lain selain dirinya sendiri," ujarnya.

Berdasarkan beberapa kasus penganiayaan seperti orangtua siswa terhadap salah seorang kepala SMP negeri di Pontianak dan kasus meninggalnya guru Budi di Sampang, Madura, kemudian oknum guru memukul murid di Bogor sangat viral dan mengejutkan banyak pihak.

Masyarakat pun kata Komaryatin, mempertanyakan ada apa dengan pendidikan di Indonesia sehingga anak didik bisa berbuat demikian. Para pemimpin organisasi guru pun kata dia beramai-ramai mengusulkan pembentukan Komisi Perlindungan Guru.

Ia pun memiliki cita-cita, agar sekolah-sekolah khususnya di Kabuten Siak, harus didorong membuka posko pengaduan dan mendorong anak-anak berani melapor jika mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, finansial, maupun seksual.

"Meskipun selama ini alhamdulillah di Siak belum terjadi, dan jangan sampai terjadi, tapi antisipasi diperlukan. Sistem perlindungan bagi anak korban dan anak saksi yang melaporkan kekerasan harus dijamin perlindungannya, dan pastinya, itu harus dibahas di Gedung DPRD terlebih dahulu sebelum diterbitkannya perda. Untuk itu jangan sungkan pilih saya nanti," ujarnya promosi.

Usia 60 Tahun Tulis Kegalauannya dalam Bentuk Buku

Komaryatin memang dikenal dengan perempuan paroh baya yang punya hoby menyalurkan unek-eneknya melalui buku. Tahun 2017 lalu dalam bukunya yang ke empat bertajuk "Masih Ada Pintu Lain", merupakan buku yang berisi berbagai kegalauannya.

Buku setebal 130 halaman ini telah resmi diterbitkan "Penerbit Marja" Bandung Jawa Barat, pada 1 September 2016 silam.

Lalu apa isi buku ini? Buku karya Komaryatin ini secara keseluruhan berisi tentang wejangan-wejangan yang baik, atau jika orang Minang Kabau menyebut "Pitawat".

Dalam bukunya, Komaryatin seakan mengajak pembaca untuk melihat sisi lain tentang pelajaran hidup. Dimana ia menyoroti soal sang pemenang, dan mengajak menjadi manusia yang berkualitas dan pantang berputus asa.

Selain itu Komaryatin juga menyoroti soal perselingkuhan yang selalu membawa petaka dalam sub judul bukunya "Yang Tua yang Berkhianat". Tulisan ini menggelitik, karena dibumbui dengan pengalaman pribadinya saat perjalanan dari Siak ke Pekanbaru.

Ia juga menulis tentang kekelaman dan petaka yang dialami semua manuisa, dimana menurut dia, semua petaka dan kekelaman akan berakhir, jika manusianya itu menyadari kekhilafannya dan mengakhiri kesalahan-kesalahannya.

Bukan hanya soal wejangan serius, Komaryatin juga membawa pembaca kepada tulisan-tulisan yang sedikit kekinian. Dimana dalam buku tersebut ia menceritakan kisah hidupnya dengan label kekinian, seperti mengutip judul lagu band asal Pekanbaru Geisha yakni "Lumpuhkanlah Ingatanku". Dari syair atau judul lagu tersebut jelas, Komaryatin ingin mengajak pembaca melupakan kenangan-kenangan hidup yang pahit, dan mengajaknya untuk bangkit. Atau kalau menurut ABG zaman Now, 'Move ON'.

Disisi lain dia juga merangkai tulisannya untuk memberikan motivasi bagi orang-orang se profesinya. Terlebih khusus bagi para guru honorer yang terkadang harus menelan pil pahit dengan menerima kenyataan phk.

Karen bagi Komaryatin, PHK bukan Akhir Segalanya". Masih soal guru, Komaryatin juga sedikit menyentil prilaku para pengajar khususnya kaum ibu yang sudah mendapatkan fasilitas gaji, tunjangan profesi dan lainnya yang cenderung meninggalkan kebiasaan lama yaitu masa bodoh dengan perawatan badan.

Guru perempuan saat ini sering lupa dan cenderung lebih mementingkan Inner Beauty, mempercantik diri, dengan adanya tunjangan-tunjangan tersebut. Padahal setiap tanggal 15, wajahnya selalu berkerut ketika gaji habis, listrik belum bayar, air pam, anak sekolah, biaya dapur dan lain-lain.

Dibandingkan dengan tahun 80an kata Komaryatin, guru sekarang lebih sejahtera. Iapun menuliskan unek-uneknya dengan judul "Guruku yang Sexy". Dan masih banyak lagi isi petuah serta wejangan Komaryatin dalam buku-bukunya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/