Home  /  Berita  /  Umum

Khas Ranah Minang, Kini Daun Gambir Dibuat Jadi Kerupuk

Khas Ranah Minang, Kini Daun Gambir Dibuat Jadi Kerupuk
Rabu, 21 Maret 2018 09:40 WIB
PADANG - Gambir (Uncaria gambir) merupakan tanaman tua yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit dan pewarna yang banyak tumbuh subur di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten 50 Kota dan Pesisir Selatan. Di dua daerah ini, gambir menjadi komoditas ekonomi andalan.

Gambir merupakan sejenis getah yang dikeringkan. Ia berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan yang bernama sama. Gambir tak hanya bisa dimanfaatkan untuk pewarna, daunnya sering digunakan untuk menyirih.

Di Pesisir Selatan, tepatnya di Siguntua Tuo, Kecamatan Tarusan, daun gambir ini diinovasi menjadi kerupuk yang gurih dan sehat. Mereka menamakan makanan ini Kerupuk Daun Gambir.

Ketua Kelompok Usaha Kerupuk Daun Gambir Lubuak Kasai, Elliza, mengatakan, ide pembuatan Kerupuk Daun Gambir berawal saat ibu-ibu rumah tangga di daerah itu tidak bisa terlibat dalam pengolahan gambir mengingat cara kerja yang cukup berat. Saat diskusi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki proyek di sana, ide itu muncul dan segera ditindaklanjuti.

"Kami berpikir bagaimana dengan ketersedian gambir yang cukup banyak, ibu-ibu rumah tangga bisa memanfaatkan gambir dalam bentuk lain. Akhirnya, kami sepakat membuat kerupuk gambir," ujarnya.

Menurutnya, kebiasan di kampung mereka, daun gambir selain digunakan sebagai pelengkap untuk memakan sirih, juga berguna untuk obat diare, sehingga tidak ada salahnya jika dijadikan kerupuk.

Sejak lima bulan lalu, kelompok mereka aktif memproduksi kerupuk daun gambir dan dipasarkan untuk warga lokal. Harganya Rp 15 ribu per bungkus seberat 2 ons.

Elliza menjelaskan cara pembuatannya. Pertama, daun gambir segar direbus kemudian dimasukkan dalam adonan berupa campuran tepung terigu, bawah putih, cabe merah, dan ketumbar. Setelah itu, daun yang telah diadon digoreng.

"Sekarang, kami juga tambahkan ikan-ikan kecil dan daun kunyit sebagai tambahan rasa, namun rasa pahit dikit dari daun gambir tetap ada sebagai ciri khas dan pertanda dari daun gambir," ujarnya.

Pahit Nikmat Berkhasiat

Saat ini, ia mengaku masih terkendala dalam soal pemasaran. Selain itu, izin usaha baru sebatas izin dari wali nagari. Ia juga berharap ada bantuan lain seperti pemerintah daerah agar usaha mereka berkembang dan bisa dipasarkan ke luar daerah.

"Sekarang Warsi yang bantu pemasaran. Jika ada kegiatan, Warsi mereka pesan produk kami untuk promosi," katanya.

Sementara, Muhammad Leofani, fasilitator KKI Warsi untuk daerah tersebut mengatakan, pihaknya sebagai pendamping mencoba mengedukasi kelompok dalam bentuk pemasaran, kemasan, dan rasa.

"Untuk pemasaran dan promosi kami selalu melibatkan produk-produk hasil kelompok binaan Warsi untuk dijual dan dipamerkan dalam setiap kegiatan Warsi. Ke depan juga kami bantu pasarkan lewat media sosial," katanya.

Belakangan, kerupuk Daun Gambir mulai dilirik oleh pemerintah Pesisir Selatan menjadi kudapan lokal melalui TP-PKK. Ketua TP-PKK Pesisir Selatan, Lisda Hendrajoni, mengatakan, Kerupuk Daun Gambir ini bisa menjadi kudapan khas setempat.

"Sebab, rasanya gurih dan enak," sebutnya.

Selain itu, kerupuk itu juga dipercaya memiliki khasiat karena biasanya daun gambir digunakan untuk pengobatan tradisional seperti sakit perut, ambeien, dan masalah pencernaan. Linda mengatakan akan mencoba mengikutkan Kerupuk Daun Gambir dalam pameran-pameran UKM ke depannya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:liputan6.com
Kategori:Umum, GoNews Group, Sumatera Barat, Pesisir Selatan
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/