Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Jordi, Elkan dan Yance Absen di Laga Lawan Vietnam
Olahraga
24 jam yang lalu
Jordi, Elkan dan Yance Absen di Laga Lawan Vietnam
2
Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Road Race Championship 2025
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Road Race Championship 2025
3
PERBASI Gelar Seleknas untuk Bentuk Timnas Basket 5on5 Putri U-18 di Bali
Olahraga
23 jam yang lalu
PERBASI Gelar Seleknas untuk Bentuk Timnas Basket 5on5 Putri U-18 di Bali
4
Usher Menikah Diam-diam, Kejutkan Keluarga dan Fans
Umum
22 jam yang lalu
Usher Menikah Diam-diam, Kejutkan Keluarga dan Fans
5
Lala Widy Laris, Sebulan Penuh Main di Pesbukers Ramadan
Umum
21 jam yang lalu
Lala Widy Laris, Sebulan Penuh Main di Pesbukers Ramadan
Home  /  Berita  /  Politik

Wauw... Kopi Asal Kenegarian Palupuah, Kabupaten Agam, Tembus Rp2 Juta Perkilo di Eropa

Wauw... Kopi Asal Kenegarian Palupuah, Kabupaten Agam, Tembus Rp2 Juta Perkilo di Eropa
Acara "Ngopi Bareng Senator" yang digagas KADIN dan DPD RI. (GoNews.co/Muslikhin)
Jum'at, 16 Maret 2018 02:23 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Ada yang menarik pada saat acara 'Ngopi Bareng Senator' di Nusantara V DPD RI yang diselenggarakan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dan DPD RI beberapa waktu lalu.

Dimana salah satu yang menjadi sorotan adalah hadirnya beragam kopi dari berbagai daerah termasuk Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Salah satu produk Kopi dari Kabupaten Agam tersebut, adalah Kopi Sibarasok.

Kopi ini dihasilkan dari budidaya para petani kopi di Kenegerian Tanjung Raya, yang dipasarkan ke sejumlah wilayah baik dalam dan luar negeri. Untuk harga, memang lumayan mahal, perkilo gramnya dijual Rp80.000.

Di Indonesia sendiri, kopi ini bisa ditemukan di Kareba Coffee (Jakarta Timur), Waden Coffee (Bukittinggi) dan Coffee De Gallery (Bukittinggi).

Pada saat acara "Ngopi Bareng Senator" itu, Bupati Agam, Indra Catri kepada GoSumbar.com (GoNews Group) menjelaskan, sejarah masuknya kopi di Agama sekitar abad 18 yang lalu.

"Kopi itu di bawa para saudagar dari arab waktu itu namanya Arabika. Selain itu juga dibawa oleh jemaah haji yang pulang dari Mekah," tandasnya.

Ternyata kata dia, setelah ditanam kopi tersebut berkembang pesat di Kabupaten Agam, karena bibit kopi itu kata dia, sangat cocok dengan kondisi geografisnya.

"Pada saat itu masyarakat minang sudah memanfaat daun kopi sebagai minuman dengan istilah "melayu kopdaun" (kawa daun). Dan kebiasaan ini telah dilakukan sebelum Belanda masuk ke Ranah Minang, namun seiring kemajuan zaman, mulailah berkembang jenis kopi lain seperti kopi jenis lain," tandasnya.

Contohnya kata dia, Kopi Luwak Raflesia dan Kopi Luwak Ama. Yang harga perkilonya bisa mencapai Rp2 juta.

"Kopi ini ada di Kenegerian Palupuah, harganya memang mahal, pemasaranya pun di Netherland, Canada, Perancis, Australia dan Amerika. Untuk di Indonesia kita hanya memasarkan ke Bali, Padang serta Bukittinggi," ceritanya.

Tambahnya, di Kecamatan Canduang juga terdapat kopi yang mantap. Namanya Kopi Lasi, saat ini kata dia, pemasaranya masih sebatas di kota Padang, Medan, Pekanbaru dan Bukittingi. Untuk harga perkilo gramnya, hanya Rp100 ribuan.

"Untuk Kecamatan Palembayan, namanya sama, Kopi Palembayan, ini cukup terjangkau ya, cuma Rp75 ribu perkilo. Dan kopi ini sudah ada di Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Padang, Jambi serta Bukittinggi," paparnya lagi.

Dari jumlah dan varian kopi yang ada kata dia, pihaknya telah berhasil mengekspor ke beberapa negara, dengan total pendapatan mencapai milairan rupiah.

"Kopi merupakan salah satu komoditi sub sektor perkebunan yangmemegang peranan penting dalam perekonomian nasional khususnyasebagai sumber devisa dan penyedia lapangan kerja Komoditi kopi padaTahun 2015 total ekspor kami mencapai 502.021 ton senilai USS. 1.197.735.000. Sedangan di Sumatera Barat dengan total luas kebun 35.417 Hamenghasilkan 34 059 ton (Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017)," bebernya.

Untuk itu kata dia, pihaknya juga meminta bantuan para senator di Senayan, untuk memasarkan lebih jauh hasil kopi dari Kabupaten Agam itu.

Sementara itu, Dewan Perwakilan Daerah RI mengaku akan selalu siap untuk membantu memfasilitasi dan mempromosikan kopi-kopi daerah Indonesia dalam setiap ajang kegiatan yang dilakukan, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Hal ini diungkapkan Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono dalam acara 'Ngopi Bareng Senator'.  "Ini merupakan wujud perhatian DPD RI terhadap peningkatan usaha ekonomi rakyat daerah," ujar senator dari Maluku ini di Gedung Nusantara V, Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Nono menjelaskan keadaan produksi kopi Indonesia saat ini yaitu menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi. 

Produksi kopi per hektar Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara utama penghasil kopi lainnya. Data statistik di tahun 2015, Indonesia memproduksi 741 kilogram biji robusta per hektar dan 808 kilogram biji arabika per hektar. Di Vietnam, angka ini mencapai 1.500 kilogram per hektar di di Brazil mencapai 2.000 kilogram per hektar.

"Walaupun produksi kopi kita berada pada tiga besar dunia, ini bukanlah suatu hal yang menggembirakan, jika ditelisik dari sejarah panjang keberadaan, peranan dan pertumbuhan perkebunan kopi di Indonesia, harusnya kita yang berada digaris khatulistiwa, daerah tropis yang sangat cocok untuk tumbuh kembangnya kopi, bisa menjadi pemasok kopi nomor satu di dunia," ungkap Nono. 

Di beberapa daerah, Indonesia memiliki citra rasa kopi yang sangat terkenal dan berkualitas di dunia, yakni kopi luwak yang dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia dan kopi Mandailing.

"Karena itu, dengan kekhasan kualitas kopi di daerah-daerah yang kita miliki, yang tidak dipunyai oleh negara lain, semoga dapat dikemas lebih baik lagi dalam memajukan usaha di sektor kopi ini," kata Nono. 

Disamping itu berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Karena itu DPD RI sangat mendukung dan mengapresiasi langkah para kepala daerah di Indonesia untuk mengembangkan dan memperluas perkebunan kopi, meremajakan perkebunan-perkebunan lama melalui program intensifikasi, serta membina para UMKM kopi di daerah untuk dapat meningkatkan kualitas dan inovasi teknologi pengolahan kopi seperti variasi rasa, kemasan, dan sebagainya.

"Sehingga kopi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dapat bersaing dengan kopi produksi perusahaan besar, dan kopi daerah menjadi pemain utama di pentas dunia," ujar Nono.***

wwwwww