Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
24 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
2
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film "That '90s Show" Season 2
Umum
6 jam yang lalu
Mila Kunis dan Ashton Kutcher Tolak Perankan Kembali Film That 90s Show Season 2
3
Dapak Izin SC Heerenveen, Nathan Siap Bela Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
6 jam yang lalu
Dapak Izin SC Heerenveen, Nathan Siap Bela Timnas U 23 Indonesia
4
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
Umum
5 jam yang lalu
Soal Berbagi Sembako, Inul Daratista Balas Kritikan Netizen
5
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
Umum
6 jam yang lalu
Perjuangan Melawan Penyakit SPS, Celine Dion Berharap Mukjizat
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

HKTI Bekali Ratusan Santri Ponpes Miftahul Huda Ilmu Pertanian

HKTI Bekali Ratusan Santri Ponpes Miftahul Huda Ilmu Pertanian
Ketua Umum HKTI, Moeldoko. (istimewa)
Minggu, 18 Februari 2018 16:09 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
TASIKMALAYA - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) membekali ilmu pertanian kepada ratusan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya dalam Workshop bertajuk "Santri Bertani Itu Keren" yang digelar selama dua hari, 17-18 Februari 2018.

Acara ini dibuka langsung oleh Ketua Umum HKTI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko di Aula Pontren Miftahul Huda. Sedikitnya 400 peserta yang terdiri dari santri dan sebagian alumni pesantren Miftahul Huda nampak antusias saat Moeldoko memberikan sambutannya.

Moeldoko mengatakan, melalui workshop tani ini diharapkan para santri memiliki bekal lain selain bekal ilmu agama yang didapatkan di pesantren.

"Saya berpikir, anak-anak lulusan pesantren ini suatu saat akan kembali ke daerahnya masing-masing, dan di sanalah mereka akan menjadi tumpuan masyarakat," kata Moeldoko.

Pada kegiatan ini HKTI juga menghadirkan ahli penguatan produk (branding). Yang diharapkan membagi ilmu bagaimana membranding sesuatu agar yang dihasilkan oleh kalangan pesantren itu bisa ditingkatkan nilai jualnya.

"Lewat workshop ini selain membekali pengetahuan mengenai bertani, juga dibekali cara branding dan pasarnya juga kami siapkan, agar nantinya para santri ini memiliki nilai lain selain ilmu agama juga ada bekal sosial ekonomi saat di aplikasikan di lingkungan masyarakat," ujarnya.

Moeldoko menegaskan, HKTI berkomitmen lewat gerakan santri tani, kedepan akan mengadakan kegiatan serupa di tempat lainnya. HKTI juga melakukan pelatihan dan pendampingan kepada para santri yang mondok di pesantren-pesantren.

"Tujuannya agar para santri itu bisa mandiri dan bakal menjadi narasumber utama bagi masyarakat dalam mengembangkan pertanian," ujarnya.

Moeldoko akan menerjunkan sumber daya yang dimilikinya untuk mendorong ketahanan pangan nasional. Termasuk dalam memberdayakan para santri yang akan dipersiapkan terjun ke dunia pertanian.

“Kami punya badan otonom yang terdiri anak-anak muda yang terjun ke pertanian, mereka akan bisa bersinergi dengan santri-santri dan menjadi centre of gravity masa depan,” ungkap Moeldoko.

Menurut Moeldoko, kedaulatan pangan menjadi hal penting yang harus diperhatikan, jika Indonesia ingin menjadi negara modern. Pengembangan pertanian, terutama tanaman pangan seperti beras menjadi skala prioritas yang tak bisa dipungkiri lagi.

"Santri juga harus bisa menjadi garda depan untuk mendampingi petani-petani di Indonesia. Kalian harus belajar banyak dan merasakan betul bagaimana menjadi petani," pungkas Moeldoko.

Para alumni santri berharap agar HKTI memiliki produk yang mampu mengangkat nilai jual hasil pertanian. Seorang petani yang juga alumni Pospes Miftahul Huda, Sofwan mengatakan, selain mendapat pengetahuan soal bercocok tanam, santri juga mendapat tambahan wawasan mengenai pemasaran produk pertanian hingga bernilai ekonomis tinggi.

"Diharapkan kedepannya santri jadi bagian dalam penyokong ketahanan pangan nasional. Selama ini sebagian besar santri dan ulama hidup dari hasil bertani," ujar Sofwan. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/