Home  /  Berita  /  GoNews Group

Wakil Ketua MPR: Tantangan Bangsa Indonesia 'Berangus' Korupsi dan Paham Radikalisme

Wakil Ketua MPR: Tantangan Bangsa Indonesia Berangus Korupsi dan Paham Radikalisme
Wakil Ketua MPR RI, Mahyudin saat memberikan sosialisasi empat pilar di Muara Wahau. (GoNews.co/Muslikhin).
Jum'at, 16 Februari 2018 10:14 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
KUTAI TIMUR - Wakil Ketua MPR Mahyudin menilai, kelemahan terbesar bangsa Indonesia gampang diadu domba.

Menurutnya, tidak hanya terjadi akhir-akhir ini, saat Belanda menjajah Indonesia juga praktik adu domba terbukti efektif memecah belah Nusantara.

?"Bangsa ini kelemahannya gampang diadu domba. Dulu Belanda masuk ke Indonesia ya karena itu," ujar Mahyudin saat sosialisasi empat pilar di Muara Wahau, Kutai Timur, Jumat (16/2/2018).

Untuk itu Mahyudin mengajak seluruh elemen masyarakat kembali pada jatidiri yang sebenarnya.

Caranya kata dia, yakni tidak lagi gampang dihasut, lalu kembali menyadari bahwa Indonesia memiliki empat pilar pondasi bangsa yang selama ini terbukti ampuh mempersatukan berbagai perbedaan. Yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI.

"Empat pilar itu alat perekat untuk bersatu dalam artian gotong royong. Dulu Indonesia memiliki itu, harus terus diperkuat karena akhir-akhir ini terkesan mulai luntur," ucapnya.

Mahyudin juga menilai korupsi merupakan tantangan terberat yang harus segera dikikis habis. Pasalnya, penyebaran musuh pembangunan tersebut mulai menyebar dari tingkat pusat bahkan hingga ke desa-desa.

?"Jadi tantangan utama itu korupsi dan satu lagi radikalisme. Tantangan tersebut tak pernah selesai selama 72 tahun Indonesia merdeka," katanya.

Untuk itu, tantangan bangsa ini adalah bagaimana memberangus paham radikalisme dan praktik-praktik korupsi.

"Saya merasa miris ketika para pejabat banyak yang berurusan dengan hukum gara-gara korupsi. Beberapa hari ini kita dengar, ada Gubernur, Walikota, bahkan yang terbaru Bupati Subang ditangkap KPK. Jadi budaya korupsi ini harus dihentikan. Kalau tidak bangsa ini tak akan maju-maju," tandasnya.

Menurut Mahyudin, radikalisme mudah masuk ke Indonesia karena ada kecenderungan masyarakat melihat orang asing lebih baik dari tokoh di dalam negeri.

?"Jadi sudahlah, kalau belajar agama dengan ustaz-ustaz dan kiai yang sudah teruji ilmu agamanya. Jangan mudah tertarik untuk belajar pada seseorang sebelum mengetahui seberapa dalam pemahaman orang tersebut," pungkas Mahyudin. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/