Home  /  Berita  /  Hukum

Terpaksa Layani 'Hidung Belang', Demi Biaya Anak Sekolah, Meski Terkadang Hanya Dibayar Semangkok Mie Instan

Terpaksa Layani Hidung Belang, Demi Biaya Anak Sekolah, Meski Terkadang Hanya Dibayar Semangkok Mie Instan
Ilustrasi.
Sabtu, 30 Desember 2017 00:53 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
PONTIANAK - Seiring majunya pembangunan fisik dan Gemerlapnya kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, memang menjadi incaran warga daerah seperti dari Singkawang, Bengkayang, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Kubu Raya, Landak, Melawi dan Mempawah untuk mengadu nasib.

Berbagai pekerjaan diburu demi sebuah cita-cita mengubah nasib keluarga. Dari mulai pekerjaan kasar, kantoran dan bahkan menjadi budak pelampiasan nafsu para hidung belang.

Berkesempatan mengunjungi Kota Pontianak Kalimantan Barat pada saat kunjungan kerja Presiden Joko Widodo bersama pimpinan MPR seperti Oesman Sapta, EE Mangindaan dan beberapa Menteri kabinet kerja, GoNews.co menemukan fakta mengejutkan.

Majunya pembangunan baik insfratuktur serta berbagai sektor yang diharapkan bisa mensejahterakan rakyat Kalbar, nyatanya tidaklah semua bisa merasakan sejahtera. Bahkan tak sedikit yang harus mengadu nasib dengan cara-cara instan meski melanggar aturan, baik itu agama, maupun aturan pemerintahan.

Hal ini dapat dilihat dari maraknya Pekerja Seks Komersial (PSK) yang berkeliaran bebas di Kota Pontianak saat matahari "berpamitan dengan siang".

Seakan tak punya tempat khusus atau lokalisasi resmi. Para perempuan yang terdiri dari beragam usia dan latar belakang, sangat mudah dijumpai dipinggir jalan. Bahkan terkesan terang-terangan dan tak ada upaya larangan dari pemda setempat.

Salah satu penjaja seks komersial, sebut saja Intan (bukan nama sebenarnya), terlihat dari bentuk tubuhnya dengan pundaknya yang kecil, dadanya terlihat kencang dengan pinggul ramping dilengkapi kaki yang panjang.

Pakaian yang dikenakan berwarna hitam. Bajunya ketat dengan bagian depan terbuka memperlihatkan belahan payudaranya. Hari itu, ia memakai celana jeans sangat pendek berwarna biru tua. Saking ketat dan pendeknya celana itu, seolah ia seperti mengenakan celana renang.

Kepada GoNews.co Kamis (28/12/2017) yang ditemui di salah satu warung kopi mewah, tak jauh dari kantor Korem dan markas Sabhara Polda Kalbar, ia pun menceritakan banyak hal soal susah senangnya menjadi pemuas laki-laki hidung belang.

"Ya namanya juga cari makan mas, apa-apa susah, cari kerjaan halal payah, inilah jalan terakhir yang kita tempuh," ujar Intan mengawali pembicaraan.

Wanita berparas cantik dengan logat khas Kalbar yang usianya masih cukup belia ini, mengaku terpaksa menjalani profesinya saat ini.

"Saya tak bependidikan, hanya lulusan SD mas, mana ada yang mau terima saya bekerja," ceritanya dengan raut wajah murung.

Sementara itu, seorang perempuan yang mengaku sudah berusia 45 tahun, sebut saja Yanti, (bukan nama sebenarnya) mengaku sudah terjun menjadi wanita penghibur sejak 2011 yang lalu.

"Saya janda mas, suami saya minggat dari rumah, terpaksa saya mencari uang sendiri untuk biaya anak sekolah, makan keluarga dan lainnya," cerita Yanti yang terlihat tak lagi sexy dan tak muda lagi.

Dengan dandanan yang seadanya serta bibir menor dengan make up seadanya itu, mengaku terdesak ekonomi pasca ditinggal suami. Iapun sesekali terlihat berkaca-kaca dan terbata-bata saat menceritakan susah senangnya menjadi PSK diusia senjanya.

"Iya kita ini cuma rakyat kecil mas. Kalau enggak nyari duit sendiri ya tak makan. Anak saya tiga, semua masih sekolah, ada yang SMP, SD dan SMA. Saya tidak punya keahlian atau ketrampilan lain, ya bisanya cuma begini," ujar Yanti sambil memberi kode kalau dia sudah lihai melayani nafsu laki-laki.

"Senangnya bekerja seperti ini ya enggak perlu mikir dan banyak keluarin tenaga mas. Tinggal 'ngangkang' dapat duit," cerita Yanti sambil menghisap sebatang rokok.

Tapi lanjut dia, bukan berarti ia setiap hari dapat pelanggan yang baik. Bahkan ia mengaku pernah diminta melayani laki-laki paroh baya hanya dibayar dengan semangkuk mie instan.

"Kadang ada juga laki-laki setan mas. Emang kita sudah sangat hati-hati tapi kadang jadi korban modus. Pernah saya diajak ke hotel, udah selesai melayani gituan, tak dibayar. Alasannya dia akan bayar kalau mau nemenin dia makan. Ya saya nurut saja, eh setelah makan mie dia alasan buang air kecil, ternyata enggak balik-balik lagi, sakit mas... sakit," ceritanya sambil sesekali mengusap buliran air matanya.

Namun baik Yanti maupun Intan, terkadang juga ada kalanya merasakan kejenuhan dan ingin hidup normal dengan pekerjaan halal.

"Bekerja seperti ini kan bukan tanpa resiko mas, selain ditipu pelanggan, kadang juga kita harus kucing-kucingan dengan aparat," tandasnya.

"Dulu pernah kita ditangkap petugas dibawa ke Dinas Sosial Kalbar, kirain kita mau diajarin buat sesuatu atau dikasih pekerjaan, eh taunya suruh bayar denda terus dilepas lagi. Jadi bohong aja tuh mas, kalau pemerintah bilang mau rehabilitasi kasih bekal ilmu buat kerja," paparnya.

"Kita kan masih punya hati mas, ingin juga bekerja baik-baik. Karena kita juga sadar tak mungkin kasih makan anak dengan uang haram terus," keluhnya.

Tak hanya Yanti dan Intan, hampir semua wanita yang berprofesi sebagai penghibur lelaki kesepian di Kalbar, ingin mengubah nasib dengan cara yang halal dan benar.

Namun sepertinya akan sulit angan-angan mereka bisa terwujud, tanpa adanya uluran tangan dari pemeintah, dan orang-orang yang peduli akan nasib mereka.

Sudah saatnya Pemda Kalbar mendengar dan tidak membiarkan mereka berkeliaran di sepanjang jalan-jalan kota. Selain merusak pemandangan, dan memperburuk citra daerah, pemerintah juga harus memikirkan dampak atau efek buruknya. Karena tak sedikit juga, para pekerja seks tersebut 'mangkal' atau cari mangsanya di daerah pemukiman yang banyak didapati anak-anak dan remaja di bawah umur.

"Miris mas, lihat saja, ini baru jam 9 malam, anak-anak masih banyak yang berkeliaran main-main sepeda dan lainnya. Tapi mereka sudah disuguhi pemandangan buruk, para wanita sexy yang tak jarang berkata-kata tidak sopan kadang jadi beban kita sebagai orang tua," ujar salah satu pedagang minuman yang mangkal tak jauh dari para wanita malam itu berkumpul.

Iapun berharap, agar pemerintah baik itu Kota Pontianak maupun Pemprov Kalbar, serius menangani persoalan tersebut. Ia juga menilai, maraknya para wanita penghibur yang berkeliaran di sepanjang jalan perkotaan, akan berdampak buruk bukan hanya bagi warga sekitar, tapi juga image jelek dimata para pendatang.

"Jika tak ada tindakan, saya kuatir, lama-lama kota ini bisa jadi kota yang melegalkan praktek prostitusi," pungkasnya.

Paling Mahal Rp250 Ribu Paling Murah Rp150 Ribu

Dari catatan GoNews.co, Pontianak bukan kota yang tergolong panas jika malam tiba, bahkan angin yang berhembus kencang juga membuat kota itu menjadi dingin.

Tapi tak membuat sejumlah wanita di kawasan Jalan Sidas, Kota Pontianak, memakai pakaian tebal atau jaket, tapi mereka justru tampak seksi seperti tak peduli dinginya angin yang "menusuk tulang". Ada yang terlihat sudah berumur, ada juga yang masih belia.

Memang, sudah rahasia umum di kalangan hidung belang Kota Pontianak ini, di lokasi itu ramai pramunikmat.

Mereka berdiri di tempat agak remang. Ada lampu jalan tapi tak sepenuhnya terang. Meski tak banyak bicara, sesekali terdengar para wanita itu bercanda. Banyak kendaraan lewat, mobil maupun motor. Tak ada yang ngebut. Rata-rata pengemudi yang lewat menyempatkan diri melirik ke arah wanita-wanita itu.

Dari obrolan dengan para pramunikmat itu, masing-masing ternyata punya tarif atau harga yang berbeda saat melayani kencan dengan laki-laki. Harga atau tarif ternyata juga tergantung dari usia dan kecantikan. Jika masih muda dan cantik, harganya menyentuh level Rp250 ribu. Wanita muda namun berwajah standar senilai Rp200 ribu. Sedangkan wanita yang sudah berumur seharga Rp150 ribu.

Pendapatan mereka dalam satu bulan pun juga berfariasi, dari mulai Rp1,5 juta hingga sampai Rp5 juta. Namun jika "dipukul rata" penghasilan mereka dalam satu bulan sekitar Rp 3 juta. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/