Home  /  Berita  /  GoNews Group

Smesco Designer Parade 2017, Erna Rasyid Serahkan Kain Tenun Lagosi ke Bintang Puspayoga

Smesco Designer Parade 2017, Erna Rasyid Serahkan Kain Tenun Lagosi ke Bintang Puspayoga
Muslikhin/GoNews.co.
Rabu, 20 Desember 2017 01:14 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Pada ajang "Smesco Designer Parade 2017" ada yang berbeda. Dimana designer khusus busana muslim ethnik asal Parepare Sulawesi Selatan, Erna Rasyid Taufan, sempat memberikan kenang-kenangan kain tenun khas Sulsel "Lagosi", ke Isteri Menteri Koperasi, Bintang Puspayoga, Selasa (19/12/2017).

"Kain tenun lagosi adalah kain tenun khas Sulawesi Selatan, atau tepatnya dari Sengkang, Kabupaten Wajo. Dulunya, kain ini wajib dipakai para remaja putri hingga ibu rumah tangga di Sulawesi Selatan (Sulsel) saat Hari Raya Idul Fitri," ujar Erna kepada GoNews.co.

Masih kata Erna yang juga isteri Walikota Pareapare ini. Bahwa kain tenun Lagosi memiliki ciri motif bunga serta corak warna mencolok, bisa membuat siapa saja yang mengenakannya terlihat cantik dan mewah.

Ia juga mengatakan, banyak orang dari berbagai daerah yang datang ke Sulsel juga banyak berburu kain yang juga dikenal dengan nama lipa sabbe lagosi itu.

"Warna kain yang terang dan ciri khas motif bunga menjadikan lipa sabbe lagosi menjadi barang mewah dan indah jika digunakan di perayaan Lebaran, sehingga wajar menjadi incaran para pendatang apalagi kalau menjelang Lebaran, " ujarnya.

Kain lagosi, kata Erna, merupakan kerajinan masyarakat Desa Lagosi Kecamatan Pammana yang letaknya berada di satu sudut Kota Sengkang. 

"Lagosi punya ciri khas yang mudah dikenal, yakni motif bunga dan warna kain yang terang. Selain itu kualitas tenunannya juga sangat baik. Jadi meski juga dibuat oleh desa lain di Kabupaten Wajo tapi yang terkenal itu hanya Desa Lagosi," jelasnya.

Untuk diketahui, proses pembuatan motif  kain tenun ini tak jauh beda dengan teknik pembuatan kain songket. Perbedaannya hanya terletak pada bahan serta motif yang oleh Suku Bugis disebut bunga loppo.

Perbedaan dengan kebanyakan kain songket memakai benang emas atau perak untuk membuat motifnya, sementara Lagosi justru memakai benang yang sama dengan bahan dasarnya tetapi dengan warna yang berbeda, sesuai motif bunga yang dikehendaki.

Sejarahnya, dahulu kain tenun lagosi terbuat dari bahan dasar sutera. Sehingga wajar jika harganya hampir selangit. 

Lagosi menjadi salah satu tolak ukur status sosial bagi pemakainya. Ini dapat dimaklumi karena selain bahan dasarnya yang memang terbilang mahal, juga karena kerumitan dalam pembuatan motifnya yang tentunya membutuhkan ongkos tinggi untuk pembayaran upah pengerjaannya.

Motif bunga dibuat dengan cara menyelipkan satu persatu benang sesuai warna yang diinginkan pada kain dasar. Tak asal, untuk menyelipkan benang ini harus memakai rumus atau hitungan tersendiri.

Hitungan dilakukan secara teliti agar tak salah menyelipkan benang motif agar sesuai dengan hasil yang diinginkan.

"Tidak seperti kebanyakan penenun motif lainnya yang kadang bercanda disela-sela kegiatan menenun mereka. Penenun kain lagosi ini akan serius menenun sambil menghitung helai demi helai benang yang dirangkai untuk membuat motif," tutur dia.

"Sebab jika salah dalam menghitung, maka motif atau bunga yang akan dibuat dipastikan cacat," ujarnya.

Sementara itu, dari pantauan GoNews.co, Bintang Puspayoga tampak sumpringah mendapat cinderamata dari Erna Rasyid Taufan yang juga menjabat sebagai Ketua Deskranasda Kota Parepare itu.

Bahkan ia merasa bangga dan terhormat bisa mengenakan kain tersebut. "Terimakasih, ini sudah saya cari sejak lama, dan alhamdulillah hari ini tak perlu jauh-jauh ke Sulsel saya bisa mendapatkannya dari bu Erna," ujarnya kepada wartawan. ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77