Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ini Pahlawan Zaman Now Menurut Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini

Ini Pahlawan Zaman Now Menurut Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini
Istimewa.
Jum'at, 10 November 2017 14:05 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa pahlawannya, demikian kita diajarkan oleh orang tua dan para pendahulu kita''. Maknanya adalah bukan saja kita diminta untuk menjaga hasil (warisan) perjuangan para pahlawan, akan tetapi lebih dari itu kita diminta untuk mewarisi nilai-nilai dan semangat kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh para pahlawan bangsa. Sehingga jiwa-jiwa kepahlawanan tetap bersemayam dalam diri/pribadi bangsa ini.

Hal ini diungkapkan Ketua Fraksi PKS DPR, Jazuli Juwaini pada Jumat (10/11/2017) menanggapi sekaligus memaknai hari Pahlawan yang hari ini diperingati di seluruh Indonesia.

"Dengan pemahaman tersebut, kita bisa katakan bahwa para pahlawan adalah mereka yang rela berjuang untuk memerdekakan Indonesia, mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan mereka yang memajukan Indonesia serta mengisi kemerdekaan dengan karya dan kontribusi nyata bagi bangsa. Artinya apa, nilai dan semangat kepahlawanan selalu hidup sepanjang republik ini ada," ujarnya.

Menurutnya, kepahlawanan bukan sekedar soal sejarah bangsa, tapi kata dia, panggilan tanggung jawab untuk menjaga dan memajukan Indonesia. "Hanya manusia-manusia berjiwa pahlawan yang bisa membawa negara ini adil dan sejahtera, (gemah ripah loh jinawi, baldatun toyyibatun wa robbun ghafur)," tukasnya.

Memaknai hari pahlawan "Zaman Now" kata dia, bangsa Indonesia juga harus sadar akan warisan para pendahulu. Karena lanjutnya, untuk menjadi manusia dengan jiwa kepahlawanan, setiap warga bangsa dituntut untuk sadar warisan tentang keindonesia dalam segala aspeknya.

"Harus sadar segala aspek, seperti konsepsinya, penduduknya atau sumber daya manusianya, kekayaan alamnya, kesatuan wilayahnya, keberagamannya, dan lain sebagainya. Inilah kebesaran bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara-bangsa manapun di dunia," paparnya.

Manusia Indonesia yang sadar warisan kata dia, akan menjaganya dengan penuh tanggung jawab. "Menjaga konsepsi bangsa yang sering kita sebut sebagai empat pilar bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menjaga bukan hanya dengan lisan dan slogan dengan merasa "paling Indonesia" tapi dengan sikap dan perbuatan nyata," tandasnya.

dan sebagai warga bangsa kata dia, untuk senantiasa menghadirkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menjadikan seluruh sikap dan perbuatan kita sesuai dengan nilai ajaran agama (apa pun agamanya). Dengan demikian bangsa ini seharusnya menjadi bangsa yang beragama, bermoral, dan berakhlak mulia.

"Maka dengan tegas kita katakan bahwa setiap tindakan amoral, asusila, dan melanggar fitrah manusia itu bukan mencerminkan watak dan karakter bangsa Indonesia. Kita dituntut juga untuk menampilkan nilai persatuan dan kesatuan Indonesia. Konsepsi sila ketiga Pancasila ini tidak lahir dalam ruang hampa melainkan didasari oleh realitas keberagaman masyarakat dan bangsa Indonesia. Maka tanpa nilai persatuan dan kesatuan bangsa ini tidak akan pernah ada," paparnya.

Bangsa ini menurut Jazuli, bisa melakukan refleksi atas realitas kebangsaan kita hari ini dimana sesama warga acapkali saling bermusuhan (saling serang, berkata kasar, menghina, hate speech, persekusi), baik di dunia nyata lebih-lebih di dunia maya (sosial media), hanya karena perbedaan persepsi dan kepentingan politik sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Padahal, lanjut dia, para pahlawan pendiri bangsa telah memberikan pelajaran betapa pun tajam perbedaan pandangan dan pendirian mereka tetap mengedepankan dialog, musyawarah, dan kebersamaan. "Tengoklah debat tajam dan silang pendapat dalam rapat-rapat BPUPKI maupun PPKI antara Bung Karno, Hatta, Syahrir, Supomo, Kasman, Ki Bagus Hadikusumo, Agus Salim dan lain-lain dalam rangka menentukan dasar-dasar Indonesia merdeka. Semua debat tajam itupun berakhir dengan konsensus demi kepentingan yang lebih besar," ucapnya.

Para pendiri bangsa yang notabene berbeda partai dan pendirian politik ceritanya, tetap menghormati dan menghargai satu sama lain bahkan bersahabat karib hingga akhir hayat tanpa ada celaan dan caci maki. Perdebatan tajam mereka berhenti di ruang-ruang sidang/rapat panitia kemerdekaan dan ketika keputusan telah diambil dengan musyawarah mufakat semuanya menghormati dan tunduk melaksanakan. Itu semua terjadi karena semangat persatuan dan kesatuan bangsa lebih dikedepankan daripada ego/kepentingan pribadi.

"untuk itu, kita butuh manusia-manusia Indonesia dengan jiwa dan semangat kepahlawanan yang kuat. Tumpuan harapan untuk itu ada pada generasi muda. Bukan tanpa alasan, karena mereka akan mewarisi kebesaran bangsa ini, memimpin bangsa ini, dan mengarahkannya pada kemajuan. Zaman Now ini kesempatan ada di tangan mereka ('generasi zaman now') dengan segala karakter dan tantangan jamannya sendiri. Satu hal yang pasti, nilai-nilai keindonesiaan tidak boleh luntur dan harus tetap terjaga betapapun generasi zaman ini terpapar globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang secara eksesif menggerus nilai-nilai tersebut," ujarnya.

Pahlawan zaman now kata dia, adalah mereka para pemuda yang taat beragama dan relijius oleh sebab keyakinan yang kuat atas nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara ini. Mereka menghargai betul nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak menghina sesama manusia apalagi sampai menistakannya.

"Mereka cinta persatuan dan kesatuan bangsa lebih dari kepentingan dan ambisi pribadi atau kelompoknya. Tidak akan menyulut konflik, memulai permusuhan, menyebarkan kebencian, dan melakukan tindakan yang mengancam persatuan bangsa,".

Jika pun ada perbedaan pendapat atau persepsi mereka akan mengedepankan dialog, persuasi, toleransi atau tasummuh serta musyawarah untuk mufakat dari pada cara-cara persekusi (pembubaran paksa), provokasi, dan diskriminasi karena hal ini jelas akan menimbulkan konflik dan permusuhan yang meluas sesama anak bangsa. Hal itu dilakukan karena mereka memahami bahwa ada warisan besar yang harus dijaga, ada kepentingan yang lebih besar untuk diperjuangkan, dan ada tujuan bersama yang harus ditunaikan yaitu terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Jadi, generasi zaman now yang berjiwa pahlawan adalah pribadi-pribadi yang selalu berpikir dan berjiwa besar, yang mana pikiran dan jiwa besarnya itu akan menghasilkan karya, kontribusi, dan tanggung jawab besar terhadap bangsanya," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/