Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
21 jam yang lalu
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
2
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
Olahraga
20 jam yang lalu
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
3
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
Olahraga
10 jam yang lalu
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
4
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
9 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pemerintah Tambah Utang Rp76,6 Triliun Tahun Ini

Pemerintah Tambah Utang Rp76,6 Triliun Tahun Ini
(republika.co.id)
Sabtu, 08 Juli 2017 07:35 WIB
JAKARTA - Pemerintah mengajukan kepada Badan Anggaran DPR pembiayaan utang sebesar Rp461,3 triliun atau naik dari nilai dalam APBN induk 2017 yang hanya Rp384,7 triliun. Peningkatan itu terjadi karena Pemerintah berniat menambah pembiayaan utang pada tahun ini sebesar Rp76,6 triliun.

Angka ini tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2017.

Penambahan utang ini bakal digunakan untuk menambal defisit anggaran yang semakin lebar pada tahun ini, seiring dengan penambahan kebutuhan belanja negara dan kekurangan penerimaan pajak (shortfall).

Penerimaan negara tercatat berkurang dalam RAPBN-P 2017 yakni sebesar Rp1.714,1 triliun. Angka ini merosot sebesar Rp 36,2 triliun dari penerimaan yang tertuang dalam APBN induknya, Rp1.750,3 triliun. Shortfall perpajakan tercatat sebesar Rp48 triliun.

Angka ini didapat dari penerimaan perpajakan dalam RAPBN-P 2017 yang diajukan pemerintah sebesar Rp1.450,9 triliun, meleset dari target dalam APBN induk senilai Rp1.498,9 triliun.

Di sisi belanja, pemerintah mengajukan revisi belanja negara dalam RAPBN-P 2017 sebesar Rp2.111,4 triliun atau naik Rp29,9 triliun dari targetnya dalam APBN induk sebesar Rp2.080,5 triliun.

Dari penjabaran belanja dan penerimaan negara, baik dari APBN induk atau RAPBN-P 2017, terlihat memang ada pelebaran defisit. Mengacu pada APBN sebelum perubahan, defisit fiskal pemerintah sebesar Rp330,2 triliun atau 2,41 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara itu, bila mengacu pada RAPBN-P 2017, maka defisit fiskal melebar hingga 2,92 persen dari PDB dengan angka Rp397,2 triliun.

''Itu (utang) untuk menjaga agar defisit (fiskal) tidak melampaui yang diperkirakan. Tentu dalam bentuk penerbitan surat utang,'' ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di kantornya, Jakarta, Jumat (7/7).

Darmin juga meyakini Indonesia mulai merasakan aliran dana masuk yang cukup deras. Pemerintah, ujarnya, juga sudah memperhitungkan kemampuan pasar untuk bisa menyerap seluruh aliran dana yang masuk. Meski pembiayaan utang tercatat mengalami kenaikan, Darmin meminta masyarakat tidak melihatnya hanya dari satu sisi saja.

Ia menilai, selama ini penarikan utang ditujukan untuk menaikkan belanja produktif, di samping menjadi pengaman defisit anggaran. Defisit anggaran tidak boleh melampaui 3 persen dari PDB, sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

''Kita nggak ingin memangkasnya (anggaran) supaya kita ingin menjaga supaya APBN itu tidak kontraktif, dia ekspansif,'' kata Darmin.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:GoNews Group, Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/