Home  /  Berita  /  GoNews Group
Religi

Begini Tradisi Menyambut Idul Fitri pada Era Dinasti-dinasti Islam

Begini Tradisi Menyambut Idul Fitri pada Era Dinasti-dinasti Islam
Kota Baghdad pada masa Abbassiyah berbentuk bundar. (republika.co.id)
Kamis, 22 Juni 2017 13:07 WIB
JAKARTA Semua Umat Islam di berbagai belahan dunia menyambut Idul Fitri dengan mengumandangkan takbir. Namun selain kumandang takbir, ada juga kegiatan tertentu di berbagai negara dilakukan dalam menyambut atau merayakan datangnya Idul Fitri.

Pada era dinasti-dinasti Islam, juga ada tradisi-tradisi menyambut Idul Fitri. Robin S Doak dalam ''Life During the Islamic Empire'' menjelaskan, pada masa Dinasti Abbasiyah (750-1258 M), jalan-jalan di Baghdad diramaikan dengan aksi panggung para musikus andal dan pembacaan syair atau puisi saat Idul Fitri. Istana juga menggelar perjamuan makan selama tiga hari dengan porsi yang banyak.

Pada era sebelumnya, semasa Dinasti Umayah berkuasa (661-750 M), Idul Fitri disambut antara lain dengan merapikan tatanan taman dan masjid. Seperti taman-taman dan masjid di Damaskus yang ditata dan diperbaiki penerangannya.

Menurut Ege Yayinlari dalam ''Discover Islamic Art in the Mediterranean'', para sultan Dinasti Mamluk (1250-1517 M) di Mesir memiliki cara tersendiri menyambut Idul Fitri. Mereka membagikan pakaian, hadiah, dan uang kepada masyarakat saat perayaan Idul Fitri. Di India, para sultan Dinasti Mughal (1525-1858 M) merayakan Idul Fitri dengan arak-arakan bersama para pengawal kerajaan.

Penyambutan yang meriah juga dilakukan oleh para penguasa Dinasti Ottoman (1700-1922 M). Menurut Mehrdad Kia dalam bukunya yang berjudul Daily Life in the Ottoman Empire, sebelum shalat Id, sultan, pejabat negara, dan para bangsawan mendistribusikan makanan bagi warga miskin. Sultan juga mengundang para pejabat untuk jamuan makan hari raya.

Para warga biasanya menyiapkan aneka makanan yang siap dibagikan kepada tetangga atau dhuafa. Bazar menjelang Syawal juga digelar di halaman masjid utama. Aneka dagangan dijajakan di situ, mulai dari daging, buah, sayuran, pakaian, lilin, hingga mainan.

Penghimpunan zakat berlangsung satu atau dua hari sebelum Seker Bayrami, begitu orang Turki menyebut Idul Fitri. Para bangsawan lebih banyak memilih membayar zakat fitrah dengan uang dibanding dengan makanan pokok atau kurma.

Malam terakhir Ramadhan memasuki 1 Syawal, meriam ditembakkan dari istana sultan. Inilah yang disebut Ramazan Bayrami atau Seker Bayrami. Lampu-lampu di menara-menara dinyalakan terang-benderang. Alat musik perkusi dan trompet dimainkan di area-area publik dan rumah-rumah pejabat pemerintah.

Orang tua biasanya membelikan baju baru untuk anak-anak mereka dan saling berkunjung ke teman dan sanak kerabat. Seker, manisan, hidangan favorit anak-anak selama Idul Fitri. Tradisi ini merupakan adaptasi dari sunah Rasulullah yang mengonsumsi kurma sebelum berangkat  shalat Id.

Tak lupa, mereka juga berziarah ke pemakaman. Pasar bunga dadakan marak menjual buku doa, bunga, dan air yang digunakan untuk menyirami tanaman di makam.

Sebagian warga memilih menghabiskan sisa hari Idul Fitri dengan bersantai dan melihat pertunjukkan marching band militer  kerajaan. Pertunjukan teater siluet Hacivat dan Karagoz juga jadi hiburan masyarakat.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:GoNews Group, Umum
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/