Home  /  Berita  /  GoNews Group

Hari Ini Puncak Perayaan Imlek, 8 Hidangan Lezat Penuh Makna Ini Wajib Ada

Hari Ini Puncak Perayaan Imlek, 8 Hidangan Lezat Penuh Makna Ini Wajib Ada
Istimewa.
Sabtu, 28 Januari 2017 03:22 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Tak terasa, dua hari lagi masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa akan segera merayakan Tahun Baru Imlek atau Sinchia yang ke-2568. Sesuai tradisi yang sudah diwariskan turun temurun sejak ribuan tahun silam, masyarakat Tionghoa akan merayakan pergantian tahun dengan berkumpul bersama anggota keluarga besar.

Saat berkumpul dengan keluarga, biasanya masyarakat Tionghoa akan menggelar makan malam bersama. Acara makan malam ini biasanya akan dilaksanakan di rumah salah satu anggota keluarga yang dituakan. Seperti rumah orangtua atau rumah anak sulung di keluarga.

Namun tak menutup kemungkinan juga, acara makan besar ini dilakukan di restoran makanan China demi kepraktisan bersama.

Tak sembarang makan-makan, acara makan besar bersama keluarga jelang Sinchia ini memiliki menu wajib, lho. Sederet hidangan khusus yang memiliki makna dan filosofi tersendiri harus ada di atas meja makan. Makanan yang dihidangkan haruslah terdiri dari berbagai unsur, yaitu hewan darat berkaki dua, berkaki empat, hingga laut.

Rasanya pun harus merupakan kombinasi dari rasa manis dan asin. Makanan dengan rasa pahit dan asam merupakan pantangan di hari Imlek.

Hidangan khusus Imlek apa saja sih yang harus ada di meja makan para keluarga masyarakat Tionghoa?

1. Mie Panjang Umur

Sepertinya kita semua sudah familiar dengan hidangan yang satu ini. Saat Imlek, makanan ini dikenal dengan mie panjang umur. Mie dengan berbagai variasi gaya masakan ini disantap langsung dalam keadaan tergulung.

Memotong mie menjadi pendek merupakan larangan, karena dianggap bisa 'memperpendek' usia. Dengan menyantap mie panjang umur, masyarakat Tionghoa berharap untuk selalu sehat dan berumur panjang. 

2. Lumpia

Lumpia yang berbentuk persegi panjang dan berwarna cokelat kekuningan diibaratkan sebagai emas oleh masyarakat Tionghoa. Dalam bahasa Kanton, lumpia disebut chun. Varian dim sum yang satu ini dianggap sebagai simbol kekayaan, layaknya emas batangan.

3. Salad Ikan.

Ini merupakan hidangan sejenis salad ikan yang berasal dari masyarakat Tionghoa keturunan Tiochiu. Yee Shang disajikan segar dngan irisan halus sayuran seperti wortel, lobak, mentimun, dan jahe. Hidangan ini biasanya juga disiram dengan minyak wijen, saus plum, merica, dan aneka rempah lainnya. Yee Shang biasanya akan terlihat sangat semarak dan berwarna ketika disajikan.

Ikan yang dipakai biasanya berupa ikan salmon atau tuna yang sebelumnya telah direndam dalam campuran minyak wijen. Saat akan disantap, Yee Shang akan diaduk terlebih dahulu, dan harus diangkat tinggi-tinggi di atas piring.

Konon, semakin tinggi Yee Sang diangkat, semakin beruntung pula orang tersebut. Tradisi mengaduk Yee Sang pun mempunyai nama tersendiri, yaitu Lo Hei. Secara keseluruhan, Yee Shang sendiri mengandung makna yang sangat berarti bagi masyarakat Tiochiu. Yee Shang dianggap sebagai simbol kemakmuran yang berlimpah.

4. Sajian ikan lambang kemakmuran.

Ikan dalam bahasa Mandarin disebut Yu, yang berbunyi mirip dengan kata kemakmuran dan rezeki. Sajian yang satu ini wajib ada dan harus disajikan dalam keadaan utuh, tak boleh terpotong-potong.

Menyantap ikan pada saat Imlek dianggap sebagai simbol harapan agar bisa memiliki kehidupan yang berlimpah rezekinya, usaha lancar, dan rezeki yang terus melaju ke depan. Nilai ini diambil dari kebiasaan ikan yang selalu berenang ke depan, dan tidak pernah mundur. Ikan yang utuh melambangkan satu tahun yang baik.

Tradisi ini dikatakan bermula di Tiongkok pada zaman dahulu, saat menjadi pusat ibukota bagi dinasti berkuasa seperti Xian, Luoyang dan Chang’an. Saat itu, ikan merupakan hewan yang langka keberadaannya dan berharga mahal. Hanya orang kaya yang beruntunglah yang bisa menyantap ikan. Dari sinilah kepercayaan ini bermula.

5. Ayam, Bebek, Babi, atau Udang

Tak jauh berbeda, ayam dan bebek melambangkan rezeki bagi orang Tionghoa. Udang dianggap sebagai hewan lambang kemakmuran, bebek melambangkan kesetiaan dan ketaatan. Sedangkan untuk babi, orang yang memakannya diharapkan tidak mengikuti sifat buruk babi yang pemalas. Seluruh hewan pada malam Imlek haruslah disajikan secara utuh. Kepala dan ekor yang masih menyatu melambangkan awal dan akhir tahun yang baik.

6. Kue keranjang

Nian Gao alias kue keranjang merupakan makanan manis yang wajib ada pada saat Sinchia. Kata Nian berarti tahun, Gao berarti kue. Biasanya, dodol China ini disusun secara bertingkat, dan pada puncaknya diletakkan kue mangkok. Ini merupakan simbol peningkatan rezeki dan mekar pada puncaknya, seperti kue mangkok.

Kue keranjang sendiri berbentuk bulat, terbuat dari tepung ketan, gula merah, dan air. Bentuk bulatnya diibaratkan sebagai bentuk kesatuan sebuah keluarga, teksturnya yang lengket diharapkan sama seperti hubungan anggota keluarga yang selalu erat. Perekat ikatan persaudaraan dan kekeluargaan.

7. Manisan.

Disajikan pada nampan berbentuk segi delapan, atau dikenal dengan istilah Tray of Happiness atau The Tray of Togetherness. Angka delapan pada masyarakat Tionghoa dianggap sebagai angka keberuntungan.

Manisan yang disajikan biasanya berisi delapan jenis kuadapan, yaitu biji teratai, aneka permen berbentuk buah-buahan, seperti jeruk, melon, kelengkeng, kelapa, kuaci, dan lain-lain.

Makanan ini dianggap sebagai simbol permulaan tahun yang manis. Makna yang dipercaya adalah kebersamaan, keberuntungan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Baki kebersamaan ini biasanya dihidangkan bagi tamu yang sedang berkunjung ke rumah atau bisa juga diberikan sebagai hadiah untuk kerabat atau teman dekat.

8. Jeruk mandarin oranye diibaratkan sebagai emas

Warna oranye pada jeruk diibaratkan dengan emas. Buah ini dianggap sebagai lambang kesuksesan sepanjang tahun. Dalam bahasa Mandarin, jeruk disebut Chen dan kerap disamakan dengan emas yang berbunyi jin.

Jeruk yang dihidangkan saat perayaan imlek tidak boleh berjumlah empat, ataupun kelipatan empat yang dianggap sebagai angka sial oleh masyarakat Tionghoa. Ini dikarenakan angka empat dalam bahasa mandarin berbunyi si, sangat mirip dengan kata 'kematian' yang dilafalkan si. ***

Sumber:kumparan.com
Kategori:GoNews Group
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77